“Sulap Bak Koreografi dalam Teater”

21 Desember 2017 17:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Riana masuk ke dalam kotak di atas panggung, dan menutup kotak itu. Mayat-mayat hidup menghampirinya, membuka kotak, dan memasukkan kepala ke dalam kotak untuk mencari Riana. Sisi kanan, kiri, dan depan kotak dibuka. Namun Riana tidak ada di sana. Ia tak ada lagi di dalam kotak. Ia hilang.
ADVERTISEMENT
Tak lama kemudian, Riana mendadak muncul di seberang kotak itu, di luar panggung, tepat di belakang Anggun, salah satu juri Asia’s Got Talent. Anggun, yang terlambat melihat Riana muncul dari balik punggungnya, memekik kaget dan ngeri.
Bagaimana Riana bisa masuk ke dalam kotak, menghilang, dan tiba-tiba muncul di luar kotak pada jarak yang cukup jauh dari kotak itu? Bagaimana ia bisa berpindah tanpa terlihat penonton dan juri?
Pertanyaan-pertanyaan semacam itu kerap muncul di benak ketika seseorang menyaksikan atraksi sulap. Kenapa bisa begini? Kenapa bisa begitu? Rasa penasaran membuncah di dada, bercampur dengan rasa kagum.
Pesulap: Oge Arthemus dan Bow Vernon (Foto: Ulfa Rahayu/kumparan)
Manajer Riana, Bow Vernon sang pickpocket magician, bersama rekannya, escapologist Oge Arthemus dari Trilogy Magic Factory (magic management), berbincang dengan kumparan di “kantor” mereka di kawasan BSD City, Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (7/11), saat Riana bersiap melaju ke babak semifinal Asia’s Got Talent.
ADVERTISEMENT
Berikut petikan percakapan santai bersama Bow dan Oge (keduanya bergantian berbicara dan saling menimpali):
Tampilan Riana menakutkan, ya?
Nah itu, ada orang mikir, “Wah, ini pakai jin, setan, apalah.” Padahal pesulap ya nggak mungkin begitu. Kami kan performer di atas panggung. Ada prosesnya, how-nya, caranya--yang secara sains bisa dijelaskan.
As a magician, kami harus menunjukkan, “I have the ability to do it like this and appears like that.” Cuma ada saja yang menganggap, ujung-ujungnya apa yang dilakukan pesulap itu pasti karena setan, hantu, jin. Kayak komentar-komentar ke Riana. Padahal orang nggak tahu kami (kru) yang di belakang panggung kelabakan.
Riana jadi seperti itu kan pasti ada tim di baliknya. Jadi ketika ada orang bilang, “Wah, harus dirukiah nih,” ya kami ketawa-ketawa saja. Karena kami dari awal tahu magic is science.
ADVERTISEMENT
Tapi memang di Indonesia, apapun yang nggak bisa masuk di akal, suka dibilang, “Ini setan. Pakai setan.” Mereka nggak tahu kerja rumit di baliknya. Too complicated for them.
The Sacred Riana (Foto: Instagram/@rianariani)
Sulap apa yang paling diminati masyarakat Indonesia?
Menurut gue, orang Indonesia itu paling suka dengan hal berbau mistis atau supranatural, dan tegang atau yang bikin teriak. Jadi escape dan bizarre magic. Tipikal orang Indonesia banget. Secara logika, suka nggak nerima (yang berbau mistis), tapi nyari.
Orang juga suka dengan permainan close-up, misal main sulap kartu atau koin di depan mata mereka.
Jenis sulap banyak banget, ya? Pesulap sama ilusionis itu beda nggak?
Sulap--magic. Di bawahnya ada banyak aliran. Sama kayak musik, ada jazz, dangdut, pop, pop alternatif. Nah, misal bizarre, itu salah satu aliran sulap.
ADVERTISEMENT
Ilusionis itu seperti David Copperfield. Dia pure illusionist. Benar-benar megah dan wah gaya performance-nya. Sedangkan bizarre magician itu performer-nya selalu menyangkutpautkan atraksi dengan hal-hal mistis, berhubungan dengan hantu, telekinesis, atau alam gaib. Makanya disebut bizarre (ganjil). Bizarre illusionist.
Ada juga permainan sulap kartu--cardiction. Ini beda dengan Tarot. Kalau Tarot bukan sulap, lebih ke clairvoyant (ahli nujum yang meramal nasib orang).
Soal meramal itu, ada lagi yang namanya dice teller. Dia meramal pakai dadu.
Meramal sungguhan?
Iya.
Jadi, dia sebagai pesulap punya kemampuan yang tidak dimiliki orang lain, dong?
Iya dan tidak. Bikin penasaran kan, hahaha… Jadi sebenarnya, pesulap itu 100 persen tentang trik. Intinya, apa yang dilakukan pesulap itu semua murni sains. It all can be learned.
ADVERTISEMENT
Umpamanya, kamu tiga bulan saja belajar sulap, pasti bisa. Soal bakat atau nggak, itu lebih soal kemauan dan dedikasi.
Jadi kalau bahasanya apakah ada unsur klenik, nggak ada. Seratus persen sains.
Pesulap itu harus belajar psikologi, public speaking, teater, gerak, musik, tata panggung, lighting. Dan itu semua baru sebagian dari yang harus dipelajari.
Pesulap adalah orang yang bisa cutting barrier in stranger zone. Dalam psikologi ada tingkatan “stranger”, “friend”, dan “personal zone”. Nah, pesulap itu bisa langsung masuk ke personal zone seseorang.
Dia punya kemampuan masuk ke personal zone tanpa orang itu merasa “Apaan, sih?!” (dilanggar privasinya). Padahal kalau orang biasa dan nggak kenal, lalu tiba-tiba mendekat, kita pasti akan mengelak. Tapi dengan pesulap, tidak begitu.
ADVERTISEMENT
Itu pentingnya pesulap belajar psikologi. Tatapan mata ke kanan, kiri, itu punya arti berbeda.
Menjadi pesulap profesional itu sulit. Itulah kenapa banyak yang mundur. Yang harus dipelajari sangat kompleks.
Dia harus mengerti posisi penonton di mana, eye level setinggi apa. Kalau dia (menghilang dan) muncul dari belakang, posisinya di mana dan efeknya akan seperti apa.
Makanya pesulap harus aware dengan sudut yang mungkin “bocor” (membuat trik ketahuan). Kalau misal dari sebelah kanan pandangan penonton berpotensi bocor, ia bermain harus geser ke sebelah kiri. Karena mata manusia itu tidak bisa ditipu.
Intinya pesulap itu one step ahead. Saat bermain sulap, dia sudah memikirkan cara. Way in and way out.
ADVERTISEMENT
The Sacred Riana (Foto: Instagram/@rianariani)
Bagaimana dengan kemampuan telekinesis yang dimiliki Riana?
Pengertian telekinesis itu kemampuan seseorang untuk menggerakkan benda atau objek dengan menggunakan pikiran. Konon, manusia kan hanya menggunakan sekian persen otaknya. Mungkin dia (Riana) menggunakannya lebih dari 10 persen, dan dilatih.
Tujuan utama pesulap adalah meng-entertain orang. Jadi apapun yang kami lakukan, pasti arahnya untuk menghibur. Kalau misal ditanya, “Benar atau enggak (orang terbang terpental tanpa disentuh, meja geser tanpa dipegang),” ya yang terlihat memang efeknya begitu.
Tapi kalau ditanya, “Bagaimana caranya melakukan itu?” kami sulit untuk memberi tahu. Itu bagian dari trik. Kami hanya bisa kasih tahu sebatas itu: bahwa ya, benar, orangnya memang terbang.
Tugas lain pesulap adalah: disturbing the comfort, comforting the disturbed. Hahahaa…
ADVERTISEMENT
Jadi buat orang yang terlalu skeptis, kami akan buat dia jangan sampai terlalu skeptis. Andai dia orang yang nggak skeptis, kami akan membuat dia berpikir, “Ada hal yang loe nggak tau, loh.” Begitulah magician.
Ada berapa orang kru yang membantu pertunjukan sulap Riana?
Banyak banget. Untuk permainan kecil saja minimal lima orang. Itu untuk yang prepare di atas panggung. Belum bagian musiknya.
Semua terkoreografi kayak orang main teater. Harus dibikin sesempurna mungkin. Exactly mintes by minutes, seconds by seconds. Umpama dia gerak ke sini, lalu gerak ke mana lagi. Habis itu ngapain, musiknya apa, tim di belakang panggung harus bagaimana, alat apa yang mesti ditarik keluar, apa yang dibawa masuk ke dalam.
Dunia di balik sulap. (Foto: Shutterstock - Nugraha Satia P./kumparan)
Basically, melihat sulap itu menonton pertunjukan. Semua sudah terkoreografi.
ADVERTISEMENT
Riana sehari-hari seperti apa?
Dia memang gitu, hahaha… Anyway, karena Riana ini karakter yang sudah dibentuk, ya harus stick to that. Sebab itu berpengaruh pada performance. Sama kayak Limbad, nggak ngomong. Kalau dia ngomong, pasti penonton komentar, “Ngomongnya kok begitu?”
Ini memang tidak seperti aktor aktris yang bisa berakting di film, lalu di luar beda lagi. Riana ini stick to that character in real life.
Ada cerita, zaman dulu tuh ada seorang magician yang berpakaian kayak vampir China. Setelah dia show hampir 40 atau 50 tahun, baru ketahuan kalau dia tuh orang Amerika sejati. Bule. Tapi dia setiap hari berdandan seperti vampir China tanpa ada yang tahu (bagaimana dia aslinya).
ADVERTISEMENT
Yang tahu karakter aslinya in real life hanya segelintir orang.
The Sacred Riana (Foto: Instagram/@asiasgottalent)
Kenapa Riana sering bawa boneka bocah perempuan?
Ceritanya kan boneka itu ada penunggunya, hahaha… Ada latar belakang kenapa wujud Riana seperti itu--dari tangannya yang goyang-goyang, kepalanya yang gedek-gedek, bajunya yang model begitu, boneka yang dia bawa terus. Ada background history-nya.
Jadi, ada penunggu, sosok anak kecil (Riani), yang masuk ke dalam boneka itu. Kadang kalau penunggu itu keluar dari boneka, dia sering ajak main Riana. Misalnya dengan pegang tangan kirinya. Terus kalau (Riani si penunggu boneka) dicuekin, dia akan bertingkah nyebelin, narik-narik rambut Riana.
That’s why kepala Riana gedek-gedek. Karena rambutnya ditarik (Riani), hahahaa...
Eugh… Anyway, reaksi juri di Asia’s Got Talent itu spontan?
ADVERTISEMENT
Spontan. Sebelum tampil, di sana kan ada dua kali GR (geladi resik). Dua-duanya itu bukan dengan juri. Jadi misal, pas GR 1 di meja juri ada orang pengganti juri. Mereka nggak pernah tahu peserta mau main apa. Jadi reaksinya asli.
Nah, begitu GR 1 selesai, dan prepare untuk GR 2, tiga orang yang duduk di kursi juri itu diganti lagi dengan yang lain. Jadi orang baru, dan reaksinya asli.
Bagaimana secara umum dunia sulap di Indonesia?
Animo terhadap sulap lagi turun banget. Banyak komunitas sulap yang hilang, nggak ada acara televisi tentang sulap.
Anak mau belajar sulap sekarang ini kayak orang mau ngeband zaman dulu. Orang tuanya mikir, “Ngapain sih loe jadi anak band? Mau apa?” Sama dengan sulap sekarang. Mau jaadi industri, tapi belum bisa. Belum ada wadah untuk berkreasi.
ADVERTISEMENT
Malah ada yang ingin semua acara sulap dilarang karena dianggap pembodohan publik. Kami disebut bohongin orang dan bikin orang kelihatan bodoh.
Padahal menonton sulap itu like you watch a movie, teater, drama musikal. Waktu nonton film misal, kita masuk ke dalam bioskop, terus adegan berjalan, itu orang-orang kan nggak nanya “Kenapa dan gimana caranya bisa begitu?” Cuma nonton, terus ya udah.
Jadi ketika kami, pesulap, perform ke audience, hilang terus muncul lagi, ya udah. It’s part of the show, nikmatin aja intinya. Karena tugas kami menghibur.
Dalam sejarah, sulap itu kan salah satu seni tertua di dunia. Dia pertama kali digunakan untuk menghibur raja dan tamu-tamunya--si Joker itu, yang bermain menggunakan trik. Makanya disebut Joker, karena dia juggler--pemain sulap.
ADVERTISEMENT
Saat zaman kerajaan sudah lewat, akhirnya mereka berpencaran. Show di pinggir jalan, macam tukang jual obat. Sampai akhirnya orang Prancis bikin magic show lagi di dalam gedung. Begitulah sejarah pertunjukan sulap.
David Copperfield (Foto: REUTERS/Danny Moloshok)
Zaman dulu waktu David Copperfield datang ke sini, kan heboh banget, sempet muncul isu jin-jin segala. Kami sebagai pesulap kalau lihat yang begitu cuma bisa ketawa, karena lucu banget gitu loh. Nggak sebegitunya.
Magic is science. Segala sesuatunya bisa dijelaskan secara scientific. Cuma, the way we perform membuat orang berpikir, “Ah, nggak mungkin dia bisa begini.”
Tapi kalau kami udah berhasil membuat efek (ilusi) dan membuat orang berpikir begitu, artinya kami berhasil.
Oh, dan David Copperfield itu perfeksionis banget. Selesai show, saat penonton sudah tepuk tangan dan bubar, dia set lagi itu semua alat di atas panggung, latihan lagi sekali lagi, baru break. Always like that.
ADVERTISEMENT
Jadi ya, gila! Dia show-nya misal satu jam setengah pas di Las Vegas, jadi usai show, dia set lagi alat-alat dan latihan--ulang show dari awal.
Kalian belajar sulap dari mana?
Belajar beneran sih tahun 2000 waktu gabung sama Deddy (Corbuzier). Terus dia bikin Pentagram School of Magic. Sebelumnya sporadis.
Yang lucu, ketika gue (Bow) dateng belajar ke Deddy, lalu Oge, lalu Demian. Kami nggak sadar kalau ternyata satu kampus di Trisakti, hahahaa...
Deddy Corbuzier, dalam wawancara di kediamannya, Bintaro, Jakarta Selatan, Selasa (5/12), mengatakan Romy Rafael, Demian, Bow Vernon, Oge Arthemus, dan Riana memang semua muridnya hingga mereka kini berkarya sendiri.
Demian, Sarah Wijayanto, Oge Arthemus, Bow Vernon (Foto: Instagram/ogearthemus )
Kenapa Pentagram lalu bubar?
Sedikit susah, menyangkut idealisme. Begini, semisal sekarang banyak sekolah musik yang jatuhnya komersial. Nah, kalau sulap itu belum ada bentuk komersialnya kayak gimana.
ADVERTISEMENT
Yang ada, “Loe belajar sulap, ya mau jadi pesulap.” Kadang demand dari pesulap tinggi. “Untuk jadi seorang magic performer, loe harus belajar ini, itu, dan ini, ini, ini dulu.” Semua mesti dipelajari. Orang jadi jengah. Too much karena mereka pikir sulap cuma “gitu doang”.
Padahal banyak hal harus dipelajari dulu sebelum bisa sulap. Di sini sulit mencari titik temu.
Saat mereka datang ke Pentagram, mereka beranggapan sulap itu fun. Tapi sulap tidak sekadar fun. Ini serius. Sekolah di situ (Pentagram) memang hanya untuk yang serius. Dulu gue ujung-ujungnya disuruh baca-baca buku. Bukuuu terus.
Buku Maximum Entertainment (Foto: Amazon)
Salah satu judul buku itu Maximum Entertainment: Director's Notes For Magicians And Mentalists (karya Kenneth J. Weber). Gue nggak tahu sekarang masih ada atau nggak di toko buku. Buku itu yang bikin pesulap, gue referensikan ke beberapa teman pesulap. Gue anggap itu Bible-nya magician.
ADVERTISEMENT
Di situ loe diajari cara bagaimana ketika sedang show, tiba-tiba ada orang yang mati--jantungan misal. Loe harus tetap show atau berhenti, atau bagaimana?
Di buku itu ada banyak pelajaran buat pesulap. Lebih ke arah general, sih. Tapi bagus banget buat performer or magician.
Jadi, sulap itu: belajar.
6 Aliran Sulap (Foto: Sabryna Muvioal/kumparan)