Candil dan Kikan Ajak Remaja Jauhi Hoax Lewat 'Generasi Warbyasak'

7 Mei 2018 19:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Candil dan Kikan. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Candil dan Kikan. (Foto: Munady Widjaja)
ADVERTISEMENT
'Generasi Warbyasak' adalah sebuah gerakan sosial yang dibuat untuk mengajak masyarakat Indonesia untuk membuat konten-konten menarik di media sosial. Tujuannya, agar bisa mengalahkan konten-konten yang banyak menyebarkan hoax dan berita-berita buruk.
ADVERTISEMENT
Dua artis yang peduli dan merasa risih dengan banyaknya hoax yang menyebar sekarang ini adalah Candil dan Kikan eks-Cokelat. Menjadi story teller di acara ‘Generasi Warbyasak’ yang digelar di Auditorium Pusat Studi Jepang, Fakultas Ilmu Bahasa, Universitas Indonesia, Depok, Senin (7/5), Candil menceritakan kisah inspiratif dari Ahmad Faqih dan Heiko Rendra, siswa SD dari Purwokerto yang menciptakan charger handphone tiup.
“Lihat mereka, Ahmad Faqih dan Heiko Rendra, siswa SD dari Purwokerto yang menciptakan charger handphone tiup. Mereka ini Generasi Warbyasak. Generasi yang melawan penebar kebencian,” kata Candil. “Ayo ceritakan dan sebarkan kehebatan mereka ini untuk Indonesia.”
Kikan eks 'Cokelat' dan Candil eks 'Seuriues'. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kikan eks 'Cokelat' dan Candil eks 'Seuriues'. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
Setelah menyanyikan lagu ‘Apanya Dong’ yang merupakan lagu milik Titiek Puspa, Candil kembali membagikan satu lagi kisah inspiratif dari seorang desainer muda asal SMK di Kudus bernama Nia Faradiska. Candil menceritakan bahwa Nia telah mengharumkan nama Indonesia degan menggelar fashion show di Hong Kong.
ADVERTISEMENT
Tak hanya bercerita, pria bernama asli Dian Dipa Chandra itu juga mengajak masyarakat untuk ikut dalam gerakan ‘Generasi Warbyasak’ yang senang mengharumkan nama Indonesia dan menjauhi hal-hal berbau kebencian dan hoax. Menurutnya, dengan hal sederhana seperti memberitakan kabar baik di media sosial, masyarakat akan semakin pintar dalam memilih konten yang dibaca.
“Apa ceritamu? Lakukan perubahan yang lo mau! Detik ini, kita lakukan perubahan, detik ini juga kita sebarkan kebaikan. Karena kita, Generasi Warbyasak! Kita untuk Indonesia,” ujarnya.
Candil. (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Candil. (Foto: Munady Widjaja)
Kikan juga merupakan salah satu musisi yang merasa bangga bergabung dalam gerakan Generasi Warbyasak. Menurutnya, saat ini terlalu banyak masyarakat Indonesia yang merasa senang bisa terkenal karena menyebarkan berita-berita menghebohkan tanpa memikirkan latar belakang kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, tidak baik jika seseorang menyalahkan berita hoax yang tersebar. Juga, akan lebih berguna apabila seseorang bisa terjun langsung menciptakan karya hebat atau menceritakan hal-hal baik yang dibuat anak bangsa.
“Berapa banyak berita busuk yang kita baca? Berapa banyak kehebatan anak bangsa yang hilang karenanya? Semua itu pertanyaan yang tak pernah terselesaikan, yang harus kalian tanamkan adalah, bertarung dengan diri sendiri untuk selalu menentang pemberitaan hal-hal busuk,” seru Kikan lantang.
Kikan saat launching single Berkibarlah Indonesia (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Kikan saat launching single Berkibarlah Indonesia (Foto: Munady)
Setelahnya, wanita berusia 41 tahun itu pun menceritakan kisah Muslikin, anak seorang petani yang menjadi mentor animasi di US Animation Studio, serta Rafa Jafar, siswa SMP yang menjadi inisiator pengumpul sampah elektronik sekaligus Duta Cilik PBB.
“Kita harus selalu membanggakan mereka. Kisah mereka harus kita ceritakan. Ceritakan prestasi mereka, sebarkan kebaikan yang ada, karena kita Generasi Warbyasak, kita untuk Indonesia!” kata Kikan.
ADVERTISEMENT
Dalam acara yang digelar oleh gerakan Generasi Warbyasak, Candra Widyarjana, Head of Brand Communication dari kumparan (kumparan.com) pun menceritakan 'The Power of Storytelling' bagi anak-anak muda yang ingin mengunggah berbagai hal di media sosial. Berbagai hal baik bisa tersampaikan pada publik, namun jika tidak bijak, justru hal negatiflah yang tersebar di ranah publik dan menjadi konsumsi bagi banyak orang.
Oleh karena itu, Candra pun menuturkan bahwa penting bagi seseorang untuk memiliki data jika ingin menyampaikan opini. Selain itu, berimbang bisa menjadi kunci untuk menentukan mana berita yang baik dan yang tidak.
“​Kalau kita berhadapan dengan netizen, netizen itu makin pintar dalam mengonsumsi informasi dan berkomentar terhadap tulisan kita. Jadi intinya, kita harus bukan berpihak, tapi berimbang. Beda sama opini. Kalau opini yang penting ada data, kalau enggak ada data, habislah sama yang punya data,” kata Candra.
ADVERTISEMENT