news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Indonesia Orchestra & Ensamble Festival Beri Ruang Bagi Musisi Jalanan

21 Agustus 2018 19:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Subject Indonesia Orkestra dan Ensamble Festival 2018. (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Subject Indonesia Orkestra dan Ensamble Festival 2018. (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia Orchestra & Ensamble Festival (IOEF) kembali digelar di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada 25-26 Agustus mendatang. Menggelar konferensi pers di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (21/8), Founder sekaligus Festival Director IOEF, Dr. Nathania Karina, mengatakan bahwa festival tahunan ini merupakan ruang untuk mengakomodir banyak talenta musik orkestra di Indonesia yang kerap kali terlupakan.
ADVERTISEMENT
"Tujuan kita adalah mengakomodir grup orkestra dan ensamble yang ada di Indonesia. Karena kalau bicara orkestra, orang banyak mikirnya Addie MS, padahal ada banyak grup orkestra di Indonesia yang belum diwadahi," ungkap Nathania.
IOEF juga ingin mematahkan stigma masyarakat yang kerap menganggap orkestra sebagai pertujukan mahal yang tidak bisa dinikmati oleh orang banyak, dan harus ditonton secara formal dan kaku. Karena itu, sejak awal digelar hingga kini, IOEF selalu memberi ruang bagi musisi-musisi orkestra dari kalangan bawah untuk mengekspresikan diri tanpa diskriminasi.
"Setelah festival ini digelar, banyak orang yang tahu kalau ada orang-orang yang berkekurangan suka orkestra. Mereka biasa yang latihan di stasiun bus atau taman rumah, tapi mereka sangat semangat berlatih. Jadi, kami beri mereka panggung yang layak agar mereka bisa berekspresi," tutur Nathania.
ADVERTISEMENT
Tak cuma musisi orkestra jalanan, ada tiga grup orkestra internasional, dua dari Hong Kong dan satu dari Jepang, serta lebih dari 20 komunitas musik orkestra dan ensamble lokal yang tampil. Nathania sengaja tidak mau banyak menampilkan grup orkestra dari luar negeri karena ingin memberi ruang besar bagi grup orkestra lokal di rumah sendiri.
"Kita rasa akhir-akhir ini terjadi banyak serbuan dari musisi-musisi internasional. Jangan sampai festival orkestra di rumah sendiri, di Indonesia malah diserbu asing. Karena banyak grup internasional yang ingin main, ada dari Italia, Malaysia, Jepang. Kalau itu tidak dibatasi, grup lokal nanti tidak bisa main," terangnya.
Subject Indonesia Orkestra dan Ensamble Festival 2018. (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Subject Indonesia Orkestra dan Ensamble Festival 2018. (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
Total 27 grup orkestra dan ensamble yang tampil akan dibagi dua hari. Tak hanya grup orkestra dan ensamble pada umumnya, ada pula grup orkestra bertema Tiongkok, juga grup ensamble kolintang, angklung, sasando, bahkan gamelan. Meski beragam, semua grup lokal dan internasional yang tampil harus membawakan komposisi musik bertemakan Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Pokoknya, saya memaksakan semua grup untuk jadi Indonesia banget. Memang, budaya orkestra ini kan datang dari Barat, tapi semuanya harus berwarna Indonesia. Mereka nantinya harus mainkan lagu, seperti 'Rasa Sayange' atau 'Sabda Alam'," kata Nathania.
Selain penampilan dari grup orkestra dan ensamble, IOEF juga menggelar workshop dan seminar yang diisi oleh banyak penggiat musik, mulai dari produser Andreas Arianto hingga gitaris jazz ulung, Dion Janapria. Acara IOEF bersifat non-profit dan masyarakat bisa datang secara gratis. Namun, jika ingin menyaksikan Gala Show pada Minggu (26/8), penonton wajib menyumbang dana minimal Rp 50 ribu.