Joko Anwar vs Timo Tjahjanto, Siapa Sutradara Indonesia Favoritmu?

29 Oktober 2018 17:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joko Anwar dan Timo Tjahjanto (Foto: Munady. Infographic: Sabryna Putri)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Anwar dan Timo Tjahjanto (Foto: Munady. Infographic: Sabryna Putri)
ADVERTISEMENT
Industri perfilman Indonesia sedang berkembang. Para sineas Tanah Air berlomba-lomba untuk menampilkan karya terbaik versi mereka.
ADVERTISEMENT
Kehebatan anak bangsa dalam mencipta film juga diakui dunia. Beberapa dari mereka, hasil karyanya mampu memenangkan festival film Internasional. Sementara yang lainnya, diberi tawaran untuk terlibat dalam penggarapan film Hollywood ternama.
Dari sejumlah sutradara hebat yang dimiliki Indonesia, dua di antaranya adalah Joko Anwar dan Timo Tjahjanto. Mereka berdua sedang sering dibicarakan oleh publik berkat karya-karyanya yang mampu 'menaikkan kelas' film-film Tanah Air.
Kali ini, kumparan akan mengulas tentang sosok dan karya yang pernah digarap oleh dua sutradara itu.
1. Joko Anwar
Joko Anwar (Foto: Munady)
zoom-in-whitePerbesar
Joko Anwar (Foto: Munady)
Menjadi seorang sutradara mungkin merupakan cita-cita yang sudah diimpikan oleh Joko Anwar sejak ia masih kecil. Joko dilahirkan di sebuah perkampungan miskin di daerah Sumatra Utara. Dia tumbuh dengan menonton film-film kungfu dan horor.
ADVERTISEMENT
Joko sudah mulai menulis skenario dan jadi sutradara pertunjukan drama sejak duduk di bangku SMP. Hanya saja, ia tak melanjutkan pendidikannya ke sekolah film saat beranjak dewasa. Faktor ekonomi menjadi salah satu hambatannya. Joko akhirnya memutuskan untuk mengambil pendidikan Aerospace Engineering di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pria kelahiran 3 Januari 1976 ini mengawali kariernya sebagai seorang jurnalis di The Jakarta Post. Nia Dinata cukup memiliki peran penting dalam karier Joko di dunia film. Di awal tahun 2000-an, Nia cukup terkesan saat diwawancarai oleh Joko, dan mengajaknya untuk menulis skenario film 'Arisan!' (2003).
Kolase Film Joko Anwar (Foto: Dok. IMDB & filmindonesia.or.id)
zoom-in-whitePerbesar
Kolase Film Joko Anwar (Foto: Dok. IMDB & filmindonesia.or.id)
Sukses dengan film tersebut, Joko memberanikan diri untuk menggarap film pertamanya. Adalah 'Janji Joni' (2005) yang menjadi debut Joko sebagai seorang sutradara. Ia telah menulis skenario film itu sejak masih duduk di bangku kuliah tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Film perdananya itu berhasil meraih kesuksesan dan mendapatkan berbagai macam penghargaan. Joko Anwar semakin percaya diri dalam mengerjakan proyek-proyek selanjutnya seperti 'Jakarta Undercover', 'Kala', 'Pintu Terlarang', hingga 'Pengabdi Setan' yang baru saja dapat penghargaan di ajang festival film Toronto.
Joko Anwar menolak batasan-batasan yang mengekang. Dalam film, ia mencoba beragam genre mulai dari komedi romatis, thriller, drama berbau politik, dan kini horor. Menghadirkan gaya bercerita yang berbeda-beda. Hingga menentang pandangan umum yang seringkali patriarkis dan misoginis.
Adegan film Pengabdi Setan (Foto: Rapi Film)
zoom-in-whitePerbesar
Adegan film Pengabdi Setan (Foto: Rapi Film)
Meskipun menggarap film dengan berbagai macam genre, namun sebagian besar filmnya berpusat pada satu titik, yakni feminisme. Perempuan hamil menjadi salah satu trademark dari enam film yang ia tulis dan sutradarai langsung, di luar skenario film lain yang ia tulis atau film-film pendek yang ia buat.
ADVERTISEMENT
“Semua film aku itu punya ciri khas. Kayak trademark tentang perempuan hamil dan kesuburan gitu,” kata Joko kepada kumparan pada Oktober 2017.
Gundala. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gundala. (Foto: Alexander Vito/kumparan)
Joko Anwar memilih menghadirkan tokoh perempuan yang bisa mengontrol diri dan tubuhnya sendiri. Ia menolak patuh pada pandangan umum bahwa perempuan adalah makhluk lemah yang senantiasa patuh pada laki-laki sebagai pelindungnya.
Saat ini, Joko Anwar sedang fokus menggarap film terbarunya yang diangkat dari komik legenda Indonesia, 'Gundala Putra Petir'. Ia juga menulis sendiri skenario dari film yang dibintangi oleh Abimana Aryasatya dan Tara Basro tersebut. Film itu rencananya akan tayang pada Juli 2019 mendatang.
2. Timo Tjahjanto
Timo Tjahjanto (Foto: Instagram/@sigiwimala)
zoom-in-whitePerbesar
Timo Tjahjanto (Foto: Instagram/@sigiwimala)
Timo Tjahjanto mulai menggarap proyek film setelah bertemu dengan Kimo Stamboel di Sydney pada 2002 lalu. Saat itu, keduanya tengah menyelesaikan pendidikan di School of Visual Arts. Duet maut ini kemudian disebut 'The Mo Brothers'.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2004, pria berusia 38 tahun tersebut melalang buana ke Amerika Serikat untuk bekerja sebagai freelance. Tak hanya itu, ia juga memanfaatkan keberadaannya di Negeri Paman Sam untuk mengambil short course di New York Film Academy. Sementara itu, Kimo kembali ke Indonesia untuk mengembangkan rumah produksi miliknya.
Tiga tahun kemudian, mereka berdua berkolaborasi kembali dan membawa sesuatu yang baru dan segar ke industri film Tanah Air. Ya, The Mo Brothers fokus untuk menggarap film-film bergenre horor-thriller.
Tak seperti kebanyakan film horor yang sekadar menjual jumpscare, mereka lebih dari itu. Film-film yang dihasilkan The Mo Brothers cenderung sadis dan brutal. Mereka tak segan menghadirkan cipratan-cipratan darah dalam bentuk visual yang mengerikan.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi pertama mereka dalam film horor Tanah Air, terdapat dalam film horor pendek, 'Takut: Faces of Fear', yang merupakan antologi horor dan terdapat enam film pendek di dalamnya. The Mo Brothers menggarap segmen terakhir yang berjudul 'Dara'.
Menyusul kesuksesan karakter Dara dalam film pendek tersebut, The Mo Brothers akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kisah Dara dalam film panjang berjudul 'Rumah Dara'. Shareefa Daanish menjadi sosok dibalik kebrutalan seorang Dara yang terkenal akan paras cantiknya itu.
Beberapa film aksi-brutal lain yang digarap oleh Timo adalah 'Killers', 'Headshot', dan yang terbaru adalah film Netflix berjudul 'The Night Comes for Us'. Suami dari aktris Sigi Wimala itu mendapat pujian positif dari banyak orang atas masterpiece-nya di film itu.
ADVERTISEMENT
Pujian-pujian itu tak hanya datang dari masyarakat Indonesia saja. Timo juga mendapat apresiasi dari kreator 'Deadpool', Robert Liefeld. Ia bahkan menawari Timo untuk menggarap film 'Deadpool 3'.
Berikan Timo Tjahjanto uang untuk Deadpool 3!!! Oh Tuhan, aku melihat masa depan film aksi dan itu ada di Timo Tjahjanto!!” tulis Liefeld dalam akun Twitter-nya, baru-baru ini.
Setelah menyelesaikan 'The Night Comes for Us', kini Timo Tjahjanto sedang fokus dalam menggarap film horor yang diangkat dari video game populer berjudul 'DreadOut'. Selain itu, Timo juga akan menyutradarai film yang diangkat dari komik legenda, 'Si Buta dari Gua Hantu'.
Timo Tjahjanto menggarap film Si Buta dari Gua Hantu (Foto: Instagram @timobros)
zoom-in-whitePerbesar
Timo Tjahjanto menggarap film Si Buta dari Gua Hantu (Foto: Instagram @timobros)