Konser Ebiet G. Ade dan Filosofi di Balik Tembangnya

7 September 2017 6:10 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampilan Ebiet G. Ade di TIM, Jakpus (Foto: Dok. Yose Riandi)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Ebiet G. Ade di TIM, Jakpus (Foto: Dok. Yose Riandi)
ADVERTISEMENT
Penyanyi legendaris Ebiet G. Ade telah sukses menggelar konser yang bertajuk 'Pagelaran Musik Puisi Ebiet G. Ade' di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Rabu (6/9) malam. Di hadapan ratusan penonton, penyanyi berusia 63 tahun ini tidak lelah membawakan hampir 20 lagu. Bayangkan saja Ebiet harus menjadi tuan rumah acara ngamen yang berlangsung hampir kurang lebih selama 2,5 jam.
ADVERTISEMENT
Tapi, tidak terasa waktu berlalu begitu cepat saat konser itu diadakan. Karena selain pelantun 'Berita untuk Kawan' itu menyanyikan tembang-tembang lawasnya, Ebiet juga bercerita mengenai kisah di balik pembuatan karya dan juga maknanya yang terpendam.
kumparan (kumparan.com) mengambil tiga kisah paling menarik yang diceritakan Ebiet usai membawakan tembang-tembangnya.
Camellia 1 - Camellia 4
Lagu 'Camellia 1' adalah lagu ke-4 yang dibawakan Ebiet dalam konsernya. Setelah menyanyikan tembang yang diiringi Afif Gifano pada piano dan Hendri Lamiri pada biola, ayah empat anak itu pun menguak rahasianya.
Penasaran siapa itu Camellia? Mengapa ia sampai bisa dibuatkan empat lagu oleh Ebiet yang masing-masing berjudul 'Camellia 1', 'Camellia 2', 'Camellia 3', dan yang terakhir adalah 'Camellia 4'?
ADVERTISEMENT
"Sejujurnya Camellia adalah hanya figur imajinatif yang saya ciptakan di dalam kepala saya dan saya puja-puja," ungkap Ebiet.
​Pagelaran Musik Puisi Ebiet G. Ade​ (Foto: Dok. Yose Riandi)
zoom-in-whitePerbesar
​Pagelaran Musik Puisi Ebiet G. Ade​ (Foto: Dok. Yose Riandi)
Setelah berpuluh-puluh tahun sejak lahirnya keempat lagu tersebut, Ebiet tetap menyimpan rahasia di balik sosok Camellia. Ternyata ia diam-diam menikmati publik yang kerap berspekulasi terhadap sosok Camellia.
Banyak yang mengira bahwa wanita itu adalah kekasih hatinya, tapi ada juga orang yang ingin membuktikannya dengan mengatakan telah menemukan makam 'Camellia'.
"Saya membiarkan masyarakat menikmati itu (berspekulasi tentang Camellia) karena saya pikir saya tidak menanggung rugi apapun. Saya sudah berumah tangga, punya istri yang cantik yang saya cintai dan mencintai saya, dan anak-anak yang baik," katanya diikuti tawa penonton.
Elegi Esok Pagi
ADVERTISEMENT
Lagu yang satu ini masuk dalam album "Camelia 3' yang dirilis pada 1980. 'Elegi Esok Pagi' ternyata merupakan salah satu tembang yang ia dedikasikan kepada istrinya, Koespudji Rahayu Sugianto.
Ebiet membuka curahan hatinya dengan mengatakan bahwa setiap manusia pasti pernah muda dan mencintai seseorang. Emosi cinta yang menggebu-gebu itu sudah pasti ingin diluapkan dengan berbagai cara. Pria kelahiran Wanadadi, Banjarnegara, ini pun menceritakan caranya meluapkan perasaan tersebut kepada gadis yang ia kejar-kejar saat itu.
"Saya mengirim bunga bahwa dengan harapan nanti bunga ini punya makna tertentu. Apa yang saya harapkan jadi kenyataan," ujarnya.
Mestro musik Indonesia, Ebiet G. Ade (Foto: Dok. Yose Riandi)
zoom-in-whitePerbesar
Mestro musik Indonesia, Ebiet G. Ade (Foto: Dok. Yose Riandi)
"Gadis cantik yang saya coba pengaruhi dengan cara saya alhamdulillah jadi istri saya," sambungnya diikuti tepuk tangan riuh dari penonton.
ADVERTISEMENT
Di akhir ceritanya itu, Ebiet memberikan nasihat kepada penonton untuk tidak menyerah dalam menggapai cintanya. "Ada yang berhasil, ada yang tidak. Yang tidak berhasil, coba lagi. Kalau nggak efektif, kirim yang lebih mahal daripada bunga. Kirimin cek, sudah beres," candanya.
Titip Rindu Buat Ayah
'Titip Rindu Buat Ayah' memiliki tempat tersendiri di hati para pendengar dan penggemar Ebiet. Lagu ini sungguh-sungguh menyayat hati lantaran bercerita tentang kerinduan seorang anak kepada ayahnya yang sudah tua renta. Apa yang dikatakan Ebiet mengenai tembang legendarisnya yang satu ini?
"Dirindukan adalah kemewahan yang harus kita perjuangkan. Menjadi orangtua yang dirindukan anak-anaknya secara langsung itu sangat mahal sekali," jelas Ebiet sesaat sebelum menyanyikan lagu itu dengan khidmat.
ADVERTISEMENT
​Pagelaran Musik Puisi Ebiet G. Ade​ (Foto: Dok. Yose Riandi)
zoom-in-whitePerbesar
​Pagelaran Musik Puisi Ebiet G. Ade​ (Foto: Dok. Yose Riandi)
Menurutnya, saat ini menitipkan rindu kepada orangtua sudah tidak sama lagi dengan zaman dulu kala. Sekarang gawai sudah menyalurkan kerinduan anak kepada orangtua atau vice versa secara instan. Namun bagi pelantun 'Aku Ingin Pulang' ini, hal tersebut tidaklah sama rasanya.
"Padahal bagi kita orangtua, tentu ingin kerinduan yang ditampilkan itu adalah wajah anak yang sesungguhnya," katanya.
Ketiga lagu tersebut hanyalah beberapa tembang yang filosofinya diceritakan oleh solois kebanggaan Tanah Air ini. Dengan karya yang seabrek-abrek pastinya memiliki maknanya masing-masing. Namun sayang waktu tidak mengizinkan Ebiet untuk bercerita di setiap lagunya.
Belum lagi ia harus menampilkan multimedia dari puisi-puisi karya Mustofa Bisri atau yang kerap disapa Gus Mus. Puisi-puisi itu ditampilkan di antara satu lagu Ebiet dengan yang lainnya. Sayangnya Gus Mus berhalangan hadir pada acara ngamen sahabatnya itu sehingga hanya ditampilkan berlatar belakang sand art.
ADVERTISEMENT
Pada konser yang dihadiri oleh ratusan orang itu, Ebiet membawakan lagu lama hingga yang paling baru. Beberapa di antaranya adalah 'Cintaku Kandas di Rerumputan', 'Tanah Air Mata', 'Masih Ada Waktu', 'Lagu untuk Sebuah Nama', dan tentu saja 'Berita Kepada Kawan'.