Menyiapkan Ruang Bagi Special Effect Makeup Artist Indonesia

27 Februari 2019 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Special Effect Makeup di Indonesia Foto: Graphic: Putri Sarah Arifira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Special Effect Makeup di Indonesia Foto: Graphic: Putri Sarah Arifira/kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak yang mengatakan jika Indonesia mencapai puncak kejayaan di industri film horor di dekade 1970 hingga 1980-an. Saat itu, mendiang Suzzanna Martha Frederika van Osch disebut sebagai aktris horor terbaik Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Sepanjang hidupnya, Suzzanna membintangi lebih dari 40 film bergenre horor. Tak heran rasanya jika Suzzanna disebut sebagai Ratu Horor dan mendapatkan banyak penghargaan. Sebab, dia konsisten menyuguhkan segala 'kengerian' untuk mereka yang menyaksikan film-filmnya.
Dari puluhan film yang diperankan Suzzanna, dan film-film horor lain yang tayang di masa itu, tentu semua sepakat jika suasana horor yang ditampilkan begitu terasa. Salah satunya ditunjang dengan maksimalnya sentuhan special makeup effect yang dihadirkan.
Luna Maya vs Suzzanna Foto: Munady/kumparan, dok. Nama Film
Padahal, jika dibandingkan dengan film-film horor masa kini, riasan wajah Suzzanna kala itu terbilang cukup sederhana. Kulitnya putih pucat, rambut hitam panjang yang terurai, dan sepasang bola mata besar yang memiliki lingkaran hitam di sekelilingnya.
Kritikus film Shandy Gasella mengatakan, film terdahulu, seperti film-film yang diperankan Suzanna, dalam pengerjaannya menggunakan special effect practical, semacam pemakaian prostetik atau darah buatan. Di mana membutuhkan kerja keras dan waktu yang lebih banyak, serta yang pasti biaya.
ADVERTISEMENT
"Misal untuk memberikan efek seorang manusia berubah jadi harimau, frame per frame sang aktor mesti didandani, lalu direkam kamera untuk beberapa detik, lalu didandani kembali, lalu direkam kembali, begitu terus, hingga efek yang diinginkan tercapai, hasilnya selalu baik dan mengesankan," ujar Shandy.
Special Effect Makeup di Indonesia Foto: Graphic: Nunki Lasmaria Pangaribuan/kumparan
Hal itu, jelas Shandy, karena tak banyak sutradara dahulu yang mahir bermain atmosfer atau memainkan psikologi penonton lewat gaya penceritaannya. Karena itu banyak dari mereka yang lebih mengedepankan bagaimana sosok hantu itu terlihat. Dan penontonnya sendiri pada saat itu, ujar Shandy, barangkali diberikan tontonan yang demikian sudah ketakutan.
"Ada faktor experience dan cinema culture yang membentuk. Dahulu, saat saya masih kecil, saya selalu merasa takut luar biasa," kata Shandy.
ADVERTISEMENT
Kembali ke Skala Produksi
Secara keseluruhan, Shandy menilai kualitas special effect makeup di film-film horor atau action Indonesia saat ini sudah bagus. Namun memang hanya untuk film-film yang memiliki budget memadai. Berbeda hasilnya dengan film yang ber-budget rendah.
"Jadi semua kembali ke budget," kata Shandy.
Begitu juga dengan pemanfaatan Computer-Generated Imagery (CGI). Menurutnya, tetap diperlukan keberpihakan yang tinggi dari sutradara ataupun produser dalam membuat konsep dan memberi sentuhan nilai dalam film garapannya. Yakni memperhatikan segala pos yang ada dalam pembuatan film, termasuk special effect.
"Bagi mereka yang mau gampangan tinggal pakai CGI --bukan berarti CGI pasti jelek-- tapi untuk mendapatkan hasil yang baik dan believable, pengerjaan CGI yang demikian diperlukan biaya dan waktu yang juga tak sedikit. Nah, kebanyakan filmmaker kita memakai budget seadanya dan waktu yang minim untuk pengerjaan CGI ini, mestinya kita kembali ke practical effect," kata Shandy.
Riasan Hantu Wewe Gombel Foto: Dokumentasi pribadi Vania Thufaila
Sementara bagi SFX Makeup Artist, juga perlu untuk meningkatkan kapasitas, demi hasil yang lebih baik lagi.
ADVERTISEMENT
"Kemahiran, kerja keras, ditambah dengan budget yang memadai dan waktu yang cukup, saya kira dapat menjadi rumus agar special effect makeup baik practical maupun digital dapat tergarap dengan baik," ujar Shandy.
Pendapat serupa juga diutarakan oleh pemeran Ibu di film 'Pengabdi Setan', Ayu Laksmi. Selama terjun di dunia hiburan, Ayu banyak bertemu dengan SFX Makeup Artist yang biasa merias karakter di perhelatan teater atau film-film horor.
Berdasarkan pengamatannya di lapangan, banyak SFX Makeup Artist yang masih sering bingung dengan pekerjaannya. Bahkan terkadang, ada beberapa step yang luput dari perhatian mereka.
Ayu Laksmi Foto: Munady Widjaja
"Ada beberapa SFX Makeup Artist yang tidak membuat catatan. Jadi enggak continuity riasannya di hari pertama dan hari selanjutnya. Jadi, perlu banyak proses uji coba sebelum melaksanakan di lapangan," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ayu mengatakan sebenarnya banyak seniman-seniman di daerah yang memiliki kualitas mumpuni untuk terjun sebagai SFX Makeup Artist.
Ayu Laksmi yang lahir dan besar di Pulau Dewata, Bali, melihat di sekitarnya banyak anak muda yang memiliki bakat serta minat yang tinggi di bidang tersebut. Namun, mereka tak tahu harus menyalurkan bakat itu ke mana.
"Banyak peminat tapi mengalami kendala, barang yang mereka butuhkan, tidak tersedia. Jadi seperti telur dan ayam, yang mana yang duluan. Harusnya produksi menyanggupi MUA butuh ini-itu. Tapi ya, setiap pengadaan berdampak pada biaya," imbuhnya.