Mondo Gascaro Mulai Perjalanan dengan 'RAJAKELANA'

23 Januari 2017 9:53 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Mondo Gascaro di Auditorium IFI (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Saat memasuki ruang auditorium Institut Francais d’Indonesie di Jalan M.H. Thamrin, pertama kali yang terbesit di benak adalah, “Seorang Mondo Gascaro akan merilis album solonya yang pertama di auditorium yang sekecil ini?”
ADVERTISEMENT
Penuh dan sesak rasanya melihat 13 personil duduk berimpitan di atas panggung itu; 4 orang dengan alat musik gesek, 3 orang memainkan alat musik tiup, drum, gitar, bass, synthesizer, accordion, dan tentu saja Mondo dengan keyboardnya. Tak luput juga kapasitas penonton yang kurang lebih hanya 200 kursi.
Dengan panggung yang tak sebesar itu, mungkin bisa paham kalau ia hanya ingin tampil di panggung yang intim. Benar saja, Mondo Gascaro akhirnya tampil di depan kerabat terdekat dan media. Bercerita panjang lebar napak tilas dari album perdananya yang berjudul ‘RAJAKELANA’, sebuah kata dari syair ‘Rayuan Pulau Kelapa’ dari Ismail Marzuki yang memiliki makna angin.
Senyum sumringah tak pudar darinya yang memakai kemeja hitam ditutupi blazer biru. Tapi raut wajahnya berubah ketika nada pertama sudah dimainkan. Dengan wajah yang gugup ia memandu teman-temannya untuk lagu yang pertama, ‘Sturm und drang (Fur ludwig van)’. Ketukan drum dari Dimas A. Pradipta dimulai dan disambut oleh gesekan gitar oleh Lafa Pratomo dan disaut oleh tiupan saxophone nan seksi.
ADVERTISEMENT
Penonton pun mulai tenggelam oleh lagu bernuansa jazz yang dipersembahkan oleh composer musik klasik, Ludwig van Beethoven. Lalu ‘Naked’ pun berkumandang. Suara deburan ombak, semilir angin, gesekan biola dan violin kemudian seakan-akan membawa kita ke dalam sebuah perjalanan panjang. Serasa sedang di dalam mobil dengan kaca dibuka, angin menerpa wajah kita dengan lembut.
Lagu ini sangat cocok untuk mengantarkan kita saat melakukan perjalanan jauh. Angin, bayangan, dan cahaya. Ketiga kata itulah impresi yang ingin dibangun Mondo untuk albumnya yang rilis 25 November lalu tersebut.
“Mulai dari Saturday Light dan Komorebi (dua single terdahulu), dan sering travel sama teman-teman. Impresi itu yang sangat kuat dan bisa jadi benang merah dari perasaan,” ungkap Mondo.
ADVERTISEMENT
Tiba juga saat Mondo memanggil Aprilia Apsari atau kerap dipanggil Nona Sari ke atas panggung dan menymbangkan suaranya yang merdu dalam lagu ‘Lamun Ombak’.
Lamunan ombak di tepian Malaka
Kau dibelai nyiur bak tarian syurga
Elok nian ufuk di penghujung hari mu
Damai hati, resah berakhir silam.
Jika menelusuri liriknya, pemilihan diksinya sangat Melayu. Ternyata ada kisah jenaka di balik pemilihan judul dan lirik lagu ‘Lamun Ombak’ ini yang disampaikan oleh Mondo. Suatu saat ia sedang mudik bersama istrinya, Sarah, ke Padang dan melihat sebuah rumah makan Padang di pinggiran laut. Lamun Ombak, itulah nama rumah makannya.
Mondo langsung terinspirasi untuk memakai nama  itu untuk judul lagu dan bersemangat untuk menyelesaikan bahan lagu yang sudah setengah jadi itu. Ketika lagu dimulai dengan suara keyboard dan biola, Nona Sari memulai berdendang dengan nada yang sangat rendah. Lambat laun seiring dengan tempo yang lambat Nona Sari menghipnotis penonton dengan senyuman kecilnya dan parasnya yang anggun.
ADVERTISEMENT
Mondo mengaku bahwa tiada lain yang bisa menyanyikan ‘Lamun Ombak’ selain Nona Sari karena Mondo sendiri tidak percaya diri untuk mengisi vokal lagu ini. Dan tidak ada keraguan pada diri Nona Sari untuk menolak tawaran itu.
“Nggak diragukan lagi. Pasti mau ikutan karena memang sudah nongkrong bareng. Harusnya dari dulu gue bawain lagu kayak gini,” ucap Nona Sari yang mengisi posisi vokalis untuk band White Shoes & The Couples Company.
Untuk mengembalikan kesadaran penonton yang larut dalam nada-nada sinematik khas Mondo, ia kerap berceletuk satu dua patah kata untuk mengundang tawa dan menghilangkan kegugupan. ‘Sanubari’, ‘Oblivion, Oblivion!’, ‘Rainy Days on the Sidewalk’, dan sisa lagu dari album dimainkan dengan apik dan selalu mengundang tepuk tangan meriah.
ADVERTISEMENT
'RAJAKELANA' album perdana Mondo Gascaro (Foto: Prabarini Kartika/kumparan)
Hingga tiba saatnya untuk mengucap perpisahan lewat lagu kesukaan penggemarnya, ‘A Deacon’s Summer’. Lagu ini adalah juga sebuah persembahan bagi penyanyi Steely Dan dengan lagunya yang berjudul ‘Deacon Blues’ hingga menginspirasi Mondo untuk menciptakan lagu plesetannya.
“Ada seorang geek yang punya kehidupan gitu-gitu aja tapi sekarang pengen ke mana-mana, pengen travelling, intinya memuja kehidupan. Merefleksikan kehidupan gue juga di momen ini,” ucap Mondo menjelaskan makna lagu tersebut.
Yes I’m living my life while the road keeps changing
I’ll be drinking my wine, yes I’m having my time-out
I’m taking my trip to where the sun comes rising
It’s never too late, for it’s the deacon’s holiday
ADVERTISEMENT
Lirik dari ‘A Deacon’s Summer’ menutup pertunjukan yang tidak memakai embel-embel salam perpisahan. Semua personel keluar satu-persatu dengan iringan tepuk tangan meriah dari media dan undangan.
Setelah lepas dari SORE, Mondo Gascaro membuktikan bahwa dia pantas untuk berdiri dengan album solonya sendiri. Nuansa ke-pantai-annya sangat on point! ‘RAJAKELANA’ hanya prolog dari perjalanan Mondo yang diiringi deburan ombak, semilir angin, dan butiran pasir di sela-sela jari. Semoga lagu-lagunya yang erotis, romantis, dan sinematis bisa terus menghiasi belantika musik Indonesia.