news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Mus Mujiono Anggap Mus Mulyadi Sebagai Kakak Sekaligus Sosok Ayah

11 April 2019 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto almarhum Mus Mulyadi di Rumah Duka Dharmais. Foto: Giovanni/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Foto almarhum Mus Mulyadi di Rumah Duka Dharmais. Foto: Giovanni/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia kembali kehilangan salah satu musisi besar tanah air. Adalah penyanyi kenamaan, Mus Mulyadi.
ADVERTISEMENT
Penyanyi senior yang kerap membawakan lagu keroncong ini mengembuskan napas terakhirnya pada Kamis (11/4) pagi tadi. Saat ini jenazah disemayamkan di Rumah Duka Dharmais.
Di tengah para pelayat, keluarga dan kerabat dekat, terlihat pula sosok sang adik, Mus Mujiono. Raut kesedihan terpancar jelas dari gitaris jazz senior tanah air itu. Mus Mujiono menyebutkan sang kakak merupakan motor utama motivasinya dalam berkarier.
“Kalau enggak ada dia mungkin saya enggak bisa main gitar, walaupun secara langsung bukan dia yang ngajarin saya. Saya belajar dari orang lain, tapi karena semangat dia yang mendorong saya itu yang luar biasa,” ujar Mus Mujiono ketika ditemui di Rumah Duka Dharmais.
Mus Mujiono bercerita, di keluarga ia enam bersaudara. Mus Mulyadi merupakan anak ketiga, sementara Mus Mujiono merupakan yang paling bungsu.
ADVERTISEMENT
Mus Mujiono teringat kala ayah mereka meninggal dunia. Menurutnya, sebagai kakak, Mus Mulyadi mampu mengambil peran sang ayah kala itu. Sehingga, ia menganggap Mus Mulyadi sebagai kakak sekaligus sosok ayah dalam perjalanan hidupnya.
“Dia nomor tiga, jadi kita bersaudara enam, saya yang paling kecil. Saya ditinggal ayah sejak kecil umur 10-12 tahun. Sejak saat itu Mus Mulyadi ini yang nyari nafkah buat saya. Jadi bisa dibilang dia juga ayah saya, karena saya anak bungsu,” ucapnya.
Kata Mus Mujiono, mendiang sang kakak benar-benar menunjukan bahwa dirinya layak dijadikan panutan. Bahkan, ada kata-kata Mus Mulyadi yang benar-benar tertanam dalam diri Mus Mujiono.
Suasana Persemayaman Mus Mulyadi di Rumah Duka Dharmais. Foto: Giovanni/kumparan
“Saya itu dulu nakal sekali, kalau enggak ada dia hidup saya udah enggak karuan, itu yang saya pegang. Kami boleh nakal asal jangan kelewatan, seperti narkoba dan lain-lain itu yang saya hindari, katanya.
ADVERTISEMENT
“Kakak saya itu bersih, dia nakal tapi enggak pernah melakukan hal yang melawan hukum terus hal yang melewati norma. Itu yang saya pegang,” tambah Mus Mudjiono.
Selain sebagai keluarga, mereka juga pernah menjalani hubungan sebagai rekan kerja. Mus Mujiono menilai mendiang sang kakak merupakan rekan kerja yang mengasyikan. Dia bahkan tak bisa melupakan momen saat mereka diajak keliling dunia oleh putri Brunei di rentang tahun 1992-1993.
“Luar biasa di LA itu Kita ber-15 orang artis semua, penyanyi, pemain band, diajak keliling sama princess brunei, dan disitu kita bikin sandiwara kaya ludruk gitu. Jadi hotel paling mewah yang namanya Hotel Beverlie hills di Amerika itu adalah tempat kita main buat panggung ludruk untuk menghibur princess. Itulah kenangan yang tak bisa terlupakan,” ungkapnya.
Suasana prosesi Persemayaman Mus Mulyadi di Rumah Duka Dharmais. Foto: Giovanni/kumparan
Dengan berbagai kenangan yang telah mereka lewati bersama, Mus Mujiono masih tak menyangka sang kakak telah tiada. Sebab, malam sebelumnya mereka masih bercengkrama bersama. Namun, ia berusaha untuk merelakan kepergian sang kakak.
ADVERTISEMENT
Mus Mulyadi meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, setelah sebelumnya dirawat karena penyakit diabetes yang dideritanya.