Pagelaran ‘Genta Sriwijaya’ Hadir pada 20 November

8 November 2018 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pagelaran 'Genta Sriwijaya' (Foto: Instagram @gentasriwijaya)
zoom-in-whitePerbesar
Pagelaran 'Genta Sriwijaya' (Foto: Instagram @gentasriwijaya)
ADVERTISEMENT
Bertempat di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, akan digelar sebuah pagelaran bertajuk ‘Genta Sriwijaya’ pada 20 November mendatang. Pagelaran yang digagas oleh Sekar Ayu Juwita Foundation itu menunjuk sosok Denny Malik sebagai pengarah seni, Kenthus Amiprianto sebagai sutradara, Tohpati sebagai pengarah musik, dan Rangga Djoned sebagai pengarah produksi.
ADVERTISEMENT
Ketika menggelar konferensi pers di The Pallas, SCBD, Jakarta Selatan, Kamis (8/11), Kenthus yang bertugas sebagai sutradara mengaku sempat tidak berani karena belum pernah sama sekali mengerjakan pagelaran selain wayang orang dan ketoprak khas Jawa. Namun, ia mengaku tertarik karena melihat pagelaran ‘Genta Sriwijaya’ bermaksud untuk memperkenalkan kisah salah satu kerajaan terbesar yang pernah berdiri di nusantara Indonesia.
“Saya bangga dan senang untuk bergabung karena komunitas ini (Sekar Ayu Juwita Foundation) latar belakangnya bukan seniman, tapi mau melestarikan dan memunculkan kembali sejarah nenek moyang untuk anak-anak muda,” ucap Kenthus.
Selain Kenthus, ada pula Denny Malik yang beberapa waktu lalu sukses membuat pagelaran tari di pembukaan Asian Games 2018. Kala itu, Denny menyulap pelajar-pelajar Indonesia sehingga bisa tampil apik layaknya penari profesional.
ADVERTISEMENT
Di pagelaran ‘Genta Sriwijaya’, Denny kembali menghadapi masalah serupa. Meski dibantu oleh beberapa pemain teater, seperti Andrea Miranda, Daniel Christianto, dan Bambang Pamungkas, pesepakbola yang sudah tiga kali tampil di pagelaran teater, mengatur total 200 penari yang sama sekali belum pernah tampil di acara pagelaran membuat Denny tertantang.
“Ya, memang pemerannya kebanyakan amatir, jadi harus belajar dialog dan teater dulu. Untung semua kooperatif. Memang tidak bisa dipaksa latihan setiap hari. Tapi, dari kemarin kita lihat lancar, ya. Semoga bisa seperti Asian Games kemarin, bukan profesional tapi sukses," ujar Denny.
Selain mengatur para pemain, memilah kostum juga jadi hal yang sulit untuk dilakukan Denny. Sebab, tak banyak catatan kaki yang menceritakan bagaimana orang-orang di zaman Kerajaan Sriwijaya bersolek dan berpakaian.
Konferensi Pers Genta Sriwijaya. (Foto:  Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Genta Sriwijaya. (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
Karena itu, Denny harus pandai berimajimasi agar setidaknya kostum yang dikenakan bisa merepresentasikan masyarakat di zaman Kerajaan Sriwijaya kuno.
ADVERTISEMENT
“Kita ambil nuansa baju yang kira-kira dari dari zaman Sriwijaya saja. Misalnya, memakai songket yang sederhana. Ya, yang penting pakemnya enggak dirusak,” ujarnya.
Sudah kerepotan dalam melatih para penari dan membuat kostum, Rangga Djoned enggan mempersulit proses perancangan panggung di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Ia akan memanfaatkan teknologi guna meminimalisir properti di atas panggung.
“Kita fokuskan konten di video mapping. Tapi, saya tetap harus riset, bagaimana kuil pemujaan, bentuk bangunan kerajaan, dan sebagainya. Saya akan sedikit keluar dari textbook dan banyak berimajinasi. Tapi, tetap dengan pedoman yang ada. Kita coba terjemahkan lah peninggalan Kerajaan Sriwijaya itu yang masih bisa dilihatlah,” kata Rangga.
Dari segi musik, Tohpati mengaku belum pernah membuat komposisi berbau tradisi dan budaya kuno Indonesia. Karena itu, ia pun harus melakukan riset mendalam agar tidak salah saat membuat komposisi musik pengiring di pagelaran ‘Genta Sriwijaya’.
ADVERTISEMENT
“Menurut penerawangan saya, musik di Kerajaan Sriwijaya itu bukan Melayu yang kayak rebana, akordion, dan biola begitu. Sepertinya, musik Sriwijaya itu berbau Hindu. jadi iramanya bukan Melayu, scale-nya juga bukan Melayu. Jadi mirip dengan budaya Jawa dengan musik pentatonik yang gamelan gitu,” kata Tohpati.
Selain itu, Tohpati mengaku harus mampu membuat musik pengiring pagelaran yang tidak membosankan bagi para penonton. Akan ada perpaduan-perpaduan yang Tohpati bubuhi di setiap karya musik pengiring pentas.
“Jadi, kita coba buat satu musik pagelaran yang ringan, tapi tetap cinta budaya, dan tetap menjaga scale Jawa dengan paduan nuansa Melayu, agar musiknya menyenangkan,” imbuhnya.
Konferensi Pers Genta Sriwijaya (Foto:  Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi Pers Genta Sriwijaya (Foto: Alexander Vito Edward Kukuh/kumparan)
Pendiri Sekar Ayu Jiwanta Foundation yang juga hadir di konferensi pers menyampaikan bahwa semua hasil uang yang didapat dari pagelaran ‘Genta Sriwijaya’ 100 persen akan disumbang untuk pendidikan anak kurang mampu di Sumatera Selatan. Sumatera Selatan dipilih karena meupakan tempat utama Kerajaan Sriwijaya dahulu berjaya.
ADVERTISEMENT
Rencananya, pagelaran ‘Genta Sriwijaya’ akan berdurasi 1,5 jam dan menyuguhkan berbagai macam aspek, mulai dari teater, tari, musik, dan komedi. Alur ceritanya akan berpusat pada tokoh Maharaja Dapunta Hyang Sri Jayanasa di era 671 masehi hingga 702 masehi.
Unsur drama teater akan dimunculkan dari dua tokoh utama Andrea Miranda dan Daniel Christianto yang berperan sebagai ratu dan raja serta 200 penari dari latar belakang beragam. Sedangkan unsur komedi akan dimunculkan oleh beberapa orang, termasuk Bambang Pamungkas, Sogi Indra Dhuaja dan lagu di akhir pagelaran akan dinyanyikan oleh Ruth Sahanaya.