Rachel Amanda dan Hobinya Menulis Puisi Cinta

29 Juni 2018 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rachel Amanda  (Foto: Instagram/@auroramanda95)
zoom-in-whitePerbesar
Rachel Amanda (Foto: Instagram/@auroramanda95)
ADVERTISEMENT
Aktris Rachel Amanda gemar menulis puisi. Perempuan berusia 23 tahun ini memang sudah hobi menulis sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
ADVERTISEMENT
Hanya saja kala itu bintang film 'Heart' ini lebih banyak menulis cerita pendek. Beranjak dewasa barulah ia mulai gemar menulis puisi.
"Ya udah dari situ akhirnya ketemu sama temen yang mood tulisannya kurang lebih sama, abis itu kayak 'yuk nulis bareng'", ungkap Rachel ketika ditemui kumparan di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Rachel yang mengaku memiliki koleksi puisi di blog pribadinya, lebih sering menulis puisi bertemakan cinta. Menurutnya, puisi dengan tema tersebut bukan lagi masalah baginya.
Apalagi ia menilai bahwa setiap orang pasti punya pengalaman pribadinya masing-masing dalam kehidupan percintaan. Beragam judul puisi cinta pun terlihat dalam blog miliknya, seperti 'kau kan memburu ku, dalam benci mu', '...tak sempat pamit.., dan masih banyak lainnya.
ADVERTISEMENT
“Ya, walaupun lo enggak nulis tentang pengalaman lo, tapi setidaknya itu bisa membantu lo menggambarkan gimana perasaanya. Ya, semua orang pernah patah hati kan, semua orang pernah suka sama orang kan,” ucapnya.
Seolah ingin keluar dari zona nyamannya, kini Rachel mengaku sedang ingin membuat puisi bertemakan sosial. Namun, hal ini rupanya cukup membuat Rachel kesulitan. Karena ia merasa susah untuk mendapatkan 'emosi' dari pengalaman yang ia tak rasakan sendiri.
"Tentang permasalahan, misalnya penggusuran atau segala macam itu kan kita enggak pernah merasakan,” ungkapnya.
Saking sulitnya bintang film 'I Love You, Om' ini mengaku pernah membuat puisi absurd kala membuat puisi dengan tema sejenis. Ketika itu dirinya diminta secara mendadak untuk membuat puisi dalam acara sumpah pemuda.
ADVERTISEMENT
Seakan tak bisa lepas dari tema cinta, Rachel justru menambahkan bumbu cinta dalam puisi yang semestinya bertema sosial-nasionalis itu. Saat itu, ia malah menulis seorang pemuda dari kaum ekstrimis yang tak ia sebutkan kelompoknya, dan hubungan percintaannya.
“Waktu itu aku bahas karena dia lagi galau aja ditinggal ceweknya. Padahal lagi demo di pinggir jalan, cuma lagi galau. Ceritanya tentang itu,” kenangnya.
Tak hanya menulis, Rachel juga bisa membacakan puisi. Namun hal tersebut hanya dilakukannya dalam acara-acara tertentu.
“Sebenarnya kalau disuruh milih, gua lebih senang nulis (puisi) aja,” tutup Rachel.