Reuni Bagi Sebuah Band Adalah Anugerah

13 April 2019 12:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tren Reuni Band '90an' Foto: infografik: kumparan/Putri Sarah Arifira
zoom-in-whitePerbesar
Tren Reuni Band '90an' Foto: infografik: kumparan/Putri Sarah Arifira
ADVERTISEMENT
Melihat naik turunnya sebuah band adalah hal yang lumrah dalam industri musik tanah air juga dunia. Merintis karier dari bawah dengan menelurkan beberapa single atau album, dan kemudian merengkuh popularitas yang begitu tinggi.
ADVERTISEMENT
Seperti siklus kehidupan, ada kalanya band yang berisi banyak kepala mengalami stagnan sehingga mengalami penurunan secara karya. Hingga akhirnya membuat band rihat, personel ada yang keluar, atau bahkan bubar.
Namun nantinya mereka akan mencapai satu titik dimana para personel memiliki kerinduan untuk tampil kembali bersama. Mengulang romantisme masa lalu bersama karya-karya serta fans mereka terdahulu.
Pengamat industri musik tanah air, Seno M Hardjo mengatakan naik turunnya sebuah band hingga kemudian ada yang memutuskan jalan bersama kembali (reuni) atau sekadar proyek nostalgia adalah hal yang lumrah terjadi. Kejenuhan dalam berkarya biasanya jadi pemicu awal mereka vakum.
“Biasanya band yang sudah merilis lebih dari tiga album dan sukses, mengalami kejenuhan. Antusiasme menjalankan tour konser yang lama kelamaan membuat kelelahan secara fisik, bisa menimbulkan kevakuman dalam berkarya,” kata Seno yang juga seorang produser dan komposer kepada kumparan.
Penampilan Element di konser Love Fest Vol. 3. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Hal itu membuat membuat chemistry di antara personel justru hilang bahkan tidak jarang menimbulkan perselisihan antarpersonel. Maka kemudian kita bisa melihat bagaimana beberapa personel memutuskan mengundurkan diri, bahkan leader dari band itu sendiri.
ADVERTISEMENT
“Atau ada juga yang sibuk dengan solo karier masing-masing,” kata Seno.
Jika kemudian band tersebut memutuskan kembali berjalan bersama, alasannya menurut Seno sangatlah manusiawi. Bahwa mereka memiliki kerinduan untuk kembali berkarya bersama teman. Meski bisa juga ditopang dengan faktor-faktor lain. Seperti karier solo mereka kurang sukses serta faktor finansial.
“Sebuah grup atau kelompok yang pernah eksis biasanya sudah punya tabungan hits. Dengan reuni apalagi original member, membuat mereka sangat diminati. Ujungnya adalah kumparan penghasilan yang aman dan terkendali,” kata Seno.
Hal ini tidak hanya berlaku dalam industri musik tanah air, tapi juga dunia. Ia bahkan menyebut jika reuni merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Termasuk reuni dalam dunia musik.
ADVERTISEMENT
Ia mencontohkan bagaimana di luar negeri, band tahun ‘80-’90an mengadakan reuni. Seperti “The Police Concert Reunion” yang berlangsung satu dasawarsa lalu pada 2007 hingga 2008 di berbagai negara.
Nama besar band yang sebelumnya memutuskan bubar di tahun 1984 ini terbukti menjadi daya tarik yang begitu tinggi. Terbukti konser perdana mereka yang berlangsung pada 28 Mei 2007 di Vancouer, Kanada, dihadiri lebih dari 32 ribu pasang mata. Bahkan saat tampil di Dublin, Irlandia, konser reuni The Police dihadiri 82 ribu penggemar.
Penampilan Band Gigi All Star di konser Love Fest Vol. 3. Foto: Helmi Afandi/kumparan
“Di Indonesia tentu banyak juga, ada KLA Project, Dewa, Padi dan lain-lain. Bahkan Elemen, D'Broer, Lingua, Five Minutes, Base Jam dan lainnya. Yang unik ada tur reuni: Badai - Kerispatih - Sammy Simorangkir. Membawa 'bendera' eksistensinya sendiri-sendiri,” kata Seno.
ADVERTISEMENT
Namun Seno menegaskan nama besar tentu saja tidak akan cukup. Sebagai bisnis hiburan, perlu adanya sentuhan tambahan dari sebuah band dari sekadar mengusung konsep reuni.
Antara lain mereka wajib tampil dengan performa yang terjaga. Kemudian juga wajib ada sesuatu yang baru yang dihadirkan. Seperti tampil di event-vent musik bergengsi yang akan membuat sebuah reuni jadi beralasan dan bisa saja berkelanjutan.
“Tentunya tidak mengesampingkan faktor perbaikan komunikasi antara member, sehingga lebih mesra dalam savana persaudaraan,” kata dia.
Namun ketika ditanya apakah antusiasme yang sama juga akan terjadi jika band tersebut mengeluarkan single atau album, Seno menampiknya. Menurutnya secara hitung-hitungan, penghasilannya akan lebih aman di konser.
“Untuk concert to concert iya akan jadi big bussiness. Tapi untuk record musical, belum tentu. Banyak Musisi yang reuni bikin album atau single, sales-nya kecil. Jadi sizing penghasilannya lebih aman di konser. Meski demikian tetap wajib ada karya baru untuk menandai eksistensi mereka,” kata Seno.
Seno M Hardjo, pemerhati musik dan produser. Foto: Dok. Pribadi
Hal senada dikatakan pengamat musik lainnya, Budi Ace. Namun Budi melihat, terjadinya reuni bagi sebuah band kebanyakan terjadi pada band yang dari awal dibangun dengan kesamaan emosional, visi, serta selera musik yang sama. Berbeda dengan band yang dibangun dari satu proyek film atau ajang pencarian bakat misalnya.
ADVERTISEMENT
“Seperti (band) Kotak, Kotak bukan band yang didesign oleh produser atau perusahaan rekaman, nah kita belum lihat apakah Kotak bisa reuni dengan drummernya. Belum kelihatan kan sampai hari ini,” kata Budi Ace.
Hal berbeda terjadi pada band seperti GIGI, Dewa 19, atau Padi. Reuni yang terjadi dengan karena dilandaskan atas kesadaran emosional yang sama.
“Jadi kalau pertanyaannya adalah kenapa hari ini tren orang memanggil lagi semua pengin reuni dengan mantan personelnya? itu karena panggilan jiwa dan kesadaran emosional yang sama,” kata kakak dari Abdee ‘Slank’ ini.
Secara psikologis, Budi menyebut, setiap manusia dalam siklusnya memiliki keinginan untuk mengulang kejadian atau hal yang terjadi pada 20 tahun silam. Sehingga ada dorongan untuk berkumpul dan bercerita lagi.
ADVERTISEMENT
“Serta yang kedua sebetulnya juga karena ada peluang untuk mendapatkan keuntungan secara materi,” kata Budi.
Budi Ace di Tamini Square. Foto: Sarah Yulianti Purnama/kumparan
Jika ditanya salah satu band tanah air yang sukses menjalankan reuninya dan berjalan baik, Budi menyebut GIGI sebagai contoh terbaik. Menurutnya, GIGI yang reuni beberapa kali dengan mantan personelnya dan terlibat di berbagai proyek sudah berada di atas level dari sekadar reuni.
Bahwa GIGI yang kini beranggotakan Armand Maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan serta Gusti Hendy, sudah tidak lagi dari sekadar tahap reuni karena rasa kangen, rindu atau alasan emosional semata bersama dengan mantan personel GIGI sebelumnya. Tapi lebih dari itu, sudah loncat satu tahap untuk membuka lembaran baru tentang keluarga besar.
ADVERTISEMENT
“Bahkan Baron yang merupakan gitaris pertama GIGI sekarang jadi manajernya. Itu kan kesadaran yang jadi sangat inspiratif, bagus banget. Jadi kalau ada band yang pecah kemarin terus reunian lagi, coba belajar dari portofolionya GIGI, itu menarik banget,” kata Budi Ace.
Ia pun memperkirakan bahwa tren reuni masih akan terus terjadi, apalagi di Indonesia yang dikenal dengan keramah tamahannya. Ditambah lagi dari silaturahim tersebut bisa berlanjut dengan keuntungan-keuntungan lain seperti finansial.
“Kenapa saya berani mengatakan ini, karena secara bisnis itu jalan dan disukai sama sponsorship," kata Budi Ace.
Penampilan Element di konser Love Fest Vol. 3. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Masyarakat tanah air pun masih akan disuguhkan dengan banyaknya rencana proyek dari band yang memutuskan reuni. Badai misalnya, yang mengatakan dirinya bersama Sammy dan Kerispatih akan melanjutkan konser mereka ke sejumlah kota di tanah air. Banyak respons positif usai mereka tampil di Love Festival beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
"Ternyata puas tuh teman-teman Mahapatih dan Sammy Lover dan penggemar saya juga puas. Ternyata dari penggemar karya-karya saya juga mereka puas. Ternyata dari love fest tersebut memancing banyak EO untuk menggelar ini kembali. Dan terjadilah enam kota lagi tapi dengan EO yang berbeda-beda," terangnya.
Begitu juga Element yang saat ini sedang menjalankan proyek "The Legend" bersama Rans Music milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.
"Alhamdulillah bagus. kita masuk terus di chart, bagus banget sih. Alhamdulillah. Saya juga enggak nyangka sih," ungkap Ferdy Tahier, vokalis Element.
Band yang reuni dan konser bareng personel lama Foto: infografik:nunki pangaribuan/kumparan