The Chainsmokers vs Galantis: Duo DJ Mana yang Lebih Sukses?

21 Januari 2018 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
The Chainsmokers dan Galantis (Foto: AFP/Valerie Macom)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers dan Galantis (Foto: AFP/Valerie Macom)
ADVERTISEMENT
Bersamaan dengan melejitnya electronic dance music (EDM) di era milenial ini, beberapa nama dari kalangan DJ pun semakin melambung. The Chainsmokers dan Galantis adalah dua nama dari puluhan DJ yang terkenal saat ini.
ADVERTISEMENT
Berasal dari dua benua berbeda, The Chainsmokers dan Galantis hadir sebagai duo. Meski mengusung EDM dan memiliki ciri khas tersendiri, sangatlah menarik untuk menyandingkan karier, karya, penghargaan, dan pendapatan dari dua duo DJ yang satu ini. Berikut rangkuman kumparan (kumparan.com).
1. Awal Karir
The Chainsmokers (Foto: Image Dynamics)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers (Foto: Image Dynamics)
The Chainsmokers adalah duo DJ sekaligus produser yang beranggotakan Alex Pall dan Andrew Taggart. The Chainsmokers terbentuk pada tahun 2012 di New York, Amerika Serikat, setelah Pall yang telah belajar menjadi DJ sejak muda bertemu dengan Taggart yang saat itu bekerja di sebuah galeri seni di Chelsea, Manhattan.
Mereka menelurkan single perdana berjudul '#Selfie' pada Desember 2013. Konsep EDM yang muda, liar, dan konyol yang ditawarkan single tersebut berhasil membuat nama The Chainsmokers masuk ke berbagai tangga lagu musik dance/electronic di berbagai negara. Dilansir askmen.com, Pall pernah mengatakan bahwa '#Selfie' mengubah kehidupan keduanya.
ADVERTISEMENT
Karena kesuksesan yang diraihnya, pada September 2014, The Chainsmokers terpilih sebagai pembuka band pop asal AS, Timeflies. Hal itu merupakan penampilan debut The Chainsmokers secara live. Selain itu, mereka juga bergabung dengan Disruptor Records, perusahaan rekaman yang bekerja sama dengan Sony Music Entertainment pada April 2015.
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
zoom-in-whitePerbesar
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
Datang jauh dari Eropa, Galantis adalah duo DJ dan produser yang terbentuk di Swedia dan beranggotakan Christian Karlsson dan Linus Eklöw. Keduanya bertemu secara tidak sengaja di Stockholm pada tahun 2007. Karlsson dan Eklöw akhirnya memutuskan untuk membentuk Galantis di tahun 2009.
Galantis bergabung ke Big Beat Records pada pertengahan 2013 dan langsung menggarap single pertama mereka yang berjudul 'Smile'. Dengan dirilisnya lagu tersebut, Galantis berhasil menggebrak pasar musik dunia dengan EDM yang artistik.
ADVERTISEMENT
Selain dari segi lagu, 'Smile' juga menjadi debut penampilan maskot Galantis, Seafox. Seafox merupakan sebuah mahluk khayalan ciptaan visual artist Mat Maitland yang selalu menemani Karlsson dan Eklöw di setiap video klip dan penampilan live Galantis hingga saat ini.
Satu tahun berselang, lewat single 'Runaway' (2014), Galantis meraih kesuksesan yang sensasional setelah berhasil memasuki daftar Top 10 Spotify Track di tiga negara, yakni Belanda, Belgia dan Finlandia. Di AS, lagu ini berhasil memuncaki tangga lagu Billboard Twitter Emerging Artists. 'Runaway' pun mendapat sertifikat emas di Finlandia dan Belanda, serta platinum di Norwegia dan Swedia.
Dengan pencapaian yang didapat, awal karier Galantis lebih hebat dari pada The Chainsmokers. Meski berasal dari Swedia, Galantis membuktikan diri mampu menggebrak pasar musik EDM di AS.
ADVERTISEMENT
2. Karya
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
Hingga saat ini, The Chainsmokers baru menelurkan satu album, yaitu 'Memories... Do Not Open' (2017). Namun, mereka telah menelurkan 2 Extended Play (EP), 'Bouquet' (2015) dan 'Collage' (2016). Selain itu, dari 2012 sampai 2014, The Chainsmokers aktif merilis berbagai single seperti ''Erase' (2012), 'The Rookie' (2013), '#Selfie' (2013), 'Kanye' (2014), dan 'Let You Go' (2014).
Album 'Memories... Do Not Open' rilis perdana pada 7 April 2017. Sebelumnya, The Chainsmokers terlebih dahulu merilis sebuah single dari album tersebut, yakni 'Paris', pada 13 Januari 2017.
Terus menciptakan jembatan ke album perdana mereka, The Chainsmokers menggaet band fenomenal asal Inggris, Coldplay, untuk berkolaborasi lewat single 'Something Just Like This' yang diluncurkan pada Februari 2017. Single ini berhasil memecahkan rekor sebagai video lirik yang paling banyak ditonton di YouTube setelah diputar oleh lebih dari 9 juta orang dalam waktu yang cukup singkat.
ADVERTISEMENT
Setelah sukses, barulah 'Memories...Do Not Open' resmi dirilis. Debut album ini sangat fantastis setelah berhasil memuncaki Billboard 200. Karena kesuksesannya, album ini mendapat sertifikat platinum pada Agustus 2017.
Sebenarnya, sebelum album debut mereka rilis, dua EP mereka, 'Bouquet' (2015) dan 'Collage (2016), telah sukses menyebarkan virus future bass pada para pecinta EDM di seluruh dunia.
Single 'Don't Let Me Down' yang merupakan hasil kolaborasi mereka dengan Daya jadi wakil EP 'Bouquet' (2015) dan sukses di pasaran setelah video klipnya ditonton lebih dari 995 juta kali di YouTube. Lagu tersebut juga sukses bertengger di posisi teratas tangga lagu berbagai negara, seperti AS, Australia, dan Inggris.
Single 'Closer', hasil kolaborasi mereka dengan Halsey yang dirilis pada 29 Juli 2016 jadi pemuncak kesuksesan EP 'Collage' (2016) setelah berhasil menjadi nomor satu di tangga lagu di 11 negara, termasuk Amerika, Inggris, Australia, Italia, dan Finlandia.
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
zoom-in-whitePerbesar
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
Untuk urusan karya, Galantis mulai berkarya pada tahun 2013 saat merilis single 'Smile'. Setelahnya, duo DJ itu menelurkan satu single berjudul 'You' sebelum merangkum EP perdana mereka, 'Galantis', pada 1 April 2014. Selain dua lagu pertamanya, Galantis juga menambahkan empat track baru, 'Revolution', 'Help', 'Friend (Hard Times)', dan 'The Heart That I'm Hearing'.
ADVERTISEMENT
Bergerak cepat, masih di tahun 2014, tepatnya pada 8 Juni 2014, Karlsson dan Eklöw sepakat untuk merilis album perdana mereka, 'Pharmacy'. Dari 13 lagu di album tersebut, mereka memilih 'Runaway' sebagai single andalan.
Video musik 'Runaway' hingga kini telah ditonton lebih dari 270 juta kali di YouTube. Selain itu, 'Runaway' juga sukses masuk lima besar tangga lagu di berbagai negara, yaitu Inggris, Belanda, dan Australia. Sayang, lagu itu hanya menduduki posisi ke-23 di tangga lagu Swedia.
Hal unik yang ditawarkan Karlsson dan Eklöw di album tersebut adalah keberanian mereka mengunggah semua lagu ke YouTube dengan artwork Seafox yang berbeda-beda. Seafox jadi satu ketertarikan tersendiri bagi para pecinta EDM, karenanya Seafox People--sebutan untuk fans Galantis-- semakin menjamur di seluruh dunia. Karlsson dan Eklöw pun melangsungkan 'Pharmacy Tour' ke 22 tempat di Eropa dan AS. Tur dimulai pada 21 Mei 2015 dan berakhir pada 6 Agustus 2015.
ADVERTISEMENT
Galantis pertama-tama merilis single 'Love on Me' pada 30 September 2016 dan berkolaborasi dengan Hook 'N Sling. Di akhir tahun 2015, tepatnya pada 15 Desember, mereka merilis video lirik untuk single ke-2 yang berjudul 'Pillow Fight'. Setelahnya, Eklöw yang merupakan penulis lagu fenomenal milik Icona Pop, 'I Love It', kembali berinovasi dan menciptakan single 'Rick Boy' dan 'Hunter' yang masing-masing dirilis pada 16 Februari dan 5 Mei 2017.
Barulah pada 11 Juli 2017, melalui media sosial, Karlsson dan Eklöw mengumumkan album ke-2 yang bertajuk 'The Aviary' bersamaan dengan dirilisnya single 'True Feeling'.
Sampai saat ini, Galantis masih dalam proses promosi album ke-2 mereka tersebut. Bahkan, saat mereka mengunjungi Indonesia dan tampil menghibur di Djakarta Warehouse Project 2017, keduanya membawakan beberapa single dari album baru mereka tersebut.
ADVERTISEMENT
Meski artistik, punya ciri khas, dan keunikan tersendiri, The Chainsmokers terbukti lebih berhasil memikat pecinta musik dunia lewat single-single-nya. Tapi, jika melihat dari segi penulisan lagu, Galantis memang terbukti lebih cerdas.
3. Penghargaan
The Chainsmokers (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers (Foto: Flickr)
Sejak awal berkarier, The Chainsmokers telah menjadi nominasi di berbagai ajang penghargaan musik bergengsi. Kemenangan pertama mereka didapat dari American Music Awards 2016 dan 2017 untuk kategori 'Favorite Electronic/Dance Music Artist'. Bahkan, pada tahun 2016, The Chainsmokers berada di peringkat ke-18 ‘Top 100 DJs’ versi DJ Magazine.
Di tahun 2017, selain menang di ajang American Music Awards, mereka juga memenangkan dua Billboard Music Awards 2017 sebagai 'Top Dance/Electronic Artist' dan 'Top Hot 100 Song' lewat lagu ‘Closer’. Tak ketinggalan, Taggart dan Pall juga memenangkan piala Grammy Awards 2017 lewat lagu ‘Don’t Let Me Down’ untuk kategori 'Best Dance Recording'. Karenanya, kini mereka berhasil berada di peringkat ke-6 ‘Top 100 DJs’ versi DJ Magazine.
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
zoom-in-whitePerbesar
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
Jauh berbeda The Chainsmokers, Galantis tak pernah memenangkan penghargaan apa pun. Selama kariernya, mereka hanya pernah menjadi nominasi di berbagai ajang penganugerahan musik sebanyak 11 kali, seperti Grammy Awards 2016, MTV Europe Music Awards 2016, dan 2017. Karena itu, tak heran jika Galantis hanya bertengger di posisi ke-66 ‘Top 100 DJs’ versi DJ Magazine.
ADVERTISEMENT
Artinya, dari segi prestasi, The Chainsmokers terbukti lebih unggul daripada Galantis. Semua berkat karya The Chainsmokers yang bisa diterima oleh masyarakat.
4. Pendapatan
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
zoom-in-whitePerbesar
The Chainsmokers (Foto: Instagram @thechainsmokers)
Meski tak segemilang Galantis pada awal karier, semangat The Chainsmokers untuk terus berkarya membuahkan hasil yang manis dari segi pendapatan.
Saat ini, The Chainsmokers berada di posisi ke-3 sebagai DJ dengan pendapatan terbesar versi majalan Forbes. Pada Juni 2017, Forbes mengumumkan bahwa pendapat The Chainsmokers kini telah mencapai 506 miliar rupiah.
Sedangkan Galantis yang meledak di awal karier ternyata tak semujur The Chainsmokers. Karya-karya artistik mereka ternyata kurang bisa memuaskan banyak kalangan di pasaran EDM mainstream.
Pada Desember 2016, Forbes mengumumkan bahwa pendapatan Galantis hanya 93,2 juta rupiah. Hasil ini jelas sangat berbanding terbalik dengan The Chainsmokers.
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
zoom-in-whitePerbesar
Galantis (Foto: Instagram @wearegalantis)
Dari semua aspek-aspek, tersebut Galantis yang mengungguli The Chainsmokers pada awal karier terbukti kalah dari segi karya, prestasi, dan pendapatan.
ADVERTISEMENT
Meski kalah, tak berarti Galantis punya kualitas yang jauh lebih buruk dibandingkan The Chainsmokers. Banyak hal yang mempengaruhi kesuksesan sebuah grup musik, termasuk lokasi tempat tinggal.
Duo DJ The Chainsmokers mendapat keuntungan karena lahir di AS yang menjadi pusat dari semua musik mainstream. Dan pencapaian duo DJ Galantis dari Swedia yang telah berhasil menyita perhatian dunia patut untuk dihargai dan diberi apresiasi.