Throwback: Jatuh-Bangun Perjalanan Karier Metallica

24 Januari 2018 12:35 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Metallica (Foto: www.metallica.com/Ross Halfin)
zoom-in-whitePerbesar
Metallica (Foto: www.metallica.com/Ross Halfin)
ADVERTISEMENT
Metallica, band heavy metal asal Los Angeles, Amerika Serikat, mulai berkontribusi di industri musik sejak 1981. Keagresifan musik dan lirik yang diciptakan menjadikan Metallica sebagai salah satu band dengan fans terbanyak di dunia.
ADVERTISEMENT
Tahun ini, di usianya yang ke-37 tahun, Metallica masih terus berkarya dan dicintai. Meski tak lagi muda, kepiawaian bermusik Metallica tetap hebat dan tak pernah luntur. Terbukti dari terpilihnya lagu ‘Atlas, Rise!’ sebagai nominasi kategori ‘Best Rock Song’ di Grammy Awards 2018, menjadikan Metallica sebagai band tertua yang menjadi nominasi di ajang penganugerahan musik tersebut.
Untuk menyandang gelar 'the king of metal' seperti sekarang, perjalanan awal karier Metallica nyatanya tak selalu berjalan mulus. Di era 80-an, Metallica sempat memecat gitaris utama mereka setelah ketahuan memakai narkoba. Orang adalah Dave Mustaine yang kemudian bergabung dengan Megadeth.
Selain itu, Metallica juga sempat berduka kala sang pembetot bas meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan bus. Untuk lebih jelasnya, inilah kisah jatuh bangun karier Metallica sebelum menjadi grup musik tertua di nominasi Grammy Awards 2018.
Metallica selepas konser (Foto: www.metallica.com)
zoom-in-whitePerbesar
Metallica selepas konser (Foto: www.metallica.com)
Proses terbentuknya Metallica pada 1981 tidaklah sama dengan band-band lainnya di dunia. Semua bermula dari niatan iseng sang penggebuk drum, Lars Ulrich, yang memasang iklan di koran The Recycler untuk mencari musisi metal lokal yang mau membentuk band bersama dirinya dan tampil membuka konser Iron Maiden di Los Angeles.
ADVERTISEMENT
James Hetfield dan Dave Mustaine merespons iklan tersebut, dan Metallica pun resmi berdiri pada 28 Oktober 1981 dengan Hetfield sebagai vokalis dan gitaris, Mustaine sebagai gitaris utama, dan Ulrich sebagai drummer. Lagu perdana mereka, ‘Hit The Lights’, dirilis pada 1982 melalui album kompilasi ‘Metal Massacre 1’.
Ketika Metallica ingin merampungkan album ‘Kill Em All’ (1983), dibutuhkan amunisi tambahan untuk memperkuat dan memperkaya komposisi musik mereka. Akhirnya, Cliff Burton bergabung sebagai pemain bass.
Saat Metallica akan bertandang ke Rochester, New York, untuk merekam album ‘Kill Em All’ pada Mei 1983, masalah baru datang. Mustaine ternyata seorang pecandu narkoba. Perilakunya yang buruk pun membuat dirinya dipecat oleh semua anggota band.
ADVERTISEMENT
Tak mau menunda album, Ulrich menghubungi semua sahabat-sahabatnya untuk mencari gitaris pengganti Mustaine. Kirk Hammett, gitaris Exodus, adalah orang pertama yang merespons dan akhirnya menerima pinangan Ulrich.
Metallica (Foto: www.metallica.com)
zoom-in-whitePerbesar
Metallica (Foto: www.metallica.com)
Album ‘Kill Em All’ (1983) yang agresif, cepat, dan garang menjadikan Metallica sebagai pencetus awal genre 'heavy metal jilid dua' yang biasa disebut thrash metal. Meski tak sukses secara finansial, album ini mendatangkan banyak penggemar bagi mereka.
Album ke-2 Metallica, ‘Ride The Lightning’ (1984), adalah tanda-tanda awal puncak kejayaan mereka. Album ini sukses mengantarkan Metallica masuk ke major label besar di Amerika, yaitu Elektra Records. Selain itu, dengan lagu andalan berjudul ‘Creeping Death’, album tersebut laku keras di pasaran. Hingga kini, ‘Ride The Lightning’ telah terjual lebih dari 6 juta keping di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Berkat album itu juga, Metallica sukses menggelar tur Eropa pertamanya bersama Tank, band heavy metal asal Inggris, dan berkesempatan menjadi headline di festival musik rock terbesar Inggris pada kala itu, yakni ‘Monster of Rock’ di Donington Park, Inggris, bersama nama-nama besar lainnya seperti Bon Jovi dan Ratt.
Tak berhenti sampai di sana, pada 1986, Metallica merilis album bertajuk ‘Master of Puppets’. Album ini kembali digadang-gadang sebagai album terbaik Metallica di era 80-an--bahkan hingga kini-- dan sukses bertengger di posisi ke-29 Billboard 200. Karena keberhasilannya tersebut, Metallica yang sudah semakin percaya diri mulai berani menggagas sebuah tur solo bertajuk ‘Damage, Inc, Tour’ yang berlangsung pada 27 Maret 1986 sampai 13 Februari 1987.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, tur besar tersebut memakan korban. Dalam perjalanan menuju Swedia pada 27 September 1986, bus yang ditumpangi Metallica tergelincir karena es dan terguling. Cliff Burton yang kala itu tidur tepat di samping jendela terpelanting ke luar dan tertindih bus. Burton pun meninggal dunia di tempat.
Semua personel Metallica sangat terguncang setelah peristiwa itu. Hetfield, Ulrich, dan Hammett seperti tak tahu bagaimana cara melanjutkan Metallica tanpa sosok Burton yang dikenal kharismatik dan penuh wibawa itu. Dalam wawancaranya bersama MTV di tahun 2007, Hetfield menjelaskan betapa terpukulnya dia jika mengingat tragedi kematian Burton.
“Aku melihat bus berada tepat di atas tubuh Cliff. Aku melihat tulang kakinya mencuat keluar. Aku sangat ketakutan. Sang pengemudi bus berusaha mengambil selimut yang berada di bawah jasad Cliff. Lalu aku berkata, “Jangan lakukan itu!” Aku sungguh-sungguh ingin membunuh sang pengemudi bus. Aku tak tahu apakah dia mabuk atau (busnya) tergelincir es. Yang aku tahu, dia masih hidup dan Cliff tidak,” terang James.
Penampilan Metallica di Puerto Rico (Foto: Jeff Yeager/www.metallica.com)
zoom-in-whitePerbesar
Penampilan Metallica di Puerto Rico (Foto: Jeff Yeager/www.metallica.com)
Usai memakamkan Burton dan meminta restu pada keluarganya, Metallica memutuskan untuk terus berkarya dan mencari pengganti Burton. Dari 40 orang yang mengikuti audisi pencarian pemain bas pengganti Burton, nama Jason Newsted akhirnya terpilih untuk menyelesaikan sisa tur dunia mereka.
ADVERTISEMENT
Nyatanya, Metallica tak pernah berhenti berkarya meski prestasi awal karier mereka di era 80-an dipenuhi intrik dan tragedi. Bagaimana pun juga, hingga saat ini, Metallica telah membuktikan kesuksesan mereka menjadi 'the king of metal' yang menjadi panutan dan disegani oleh semua kalangan di dunia.
Menjadi penerima nominasi Grammy Awards 2018 di usia Metallica yang ke-37 membuktikan bahwa band yang melantunkan 'Enter Sandman' tersebut adalah band yang punya semangat juang tinggi dan pantang kalah menghadapi usia senja.