Trauma, Widyawati Khawatir Anaknya Naik Motor

15 September 2018 9:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Widyawati (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Widyawati (Foto: Munady Widjaja)
ADVERTISEMENT
Sepuluh tahun sudah Widyawati harus merelakan kepergian sang suami, Sophan Sophiaan, untuk selama-lamanya. Ya, pada tahun 2008 silam, Sophan meninggal dunia lantaran mengalami kecelakaan saat sedang touring menggunakan motor gede.
ADVERTISEMENT
Tragedi tersebut rupanya masih membekas di benak Widyawati. Bahkan, sampai saat ini dia masih menyimpan trauma pada kendaraan yang dikendarai oleh suaminya sebelum meninggal, yakni motor.
“Saya trauma juga, Apalagi sekarang ini, lihat dong, motor kayak begitu, ngelus dada deh, aku,” ujar Widyawati ketika ditemui di kawasan Dharmawangsa, Jakarta Selatan.
Ninik L Karim dan Widyawati (Foto: Munady Widjaja)
zoom-in-whitePerbesar
Ninik L Karim dan Widyawati (Foto: Munady Widjaja)
Widyawati juga khawatir apabila transportasi roda dua dijadikan tumpuan sehari-hari anaknya. Namun, karena persoalan efisiensi, ia berusaha memahami kebutuhan anak-anaknya yang bekerja di tengah kemacetan ibu kota dan memilih ojek online.
“Mereka bilang mau beli motor, saya bilang enggak. Dari dulu memang saya enggak suka kalau anak-anak naik motor. Saya enggak, mau takut,” katanya.
Meski begitu, Widyawati rupanya lebih menyimpan kekhawatiran pada motor motor biasa. Sementara itu, untuk motor berukuran besar, dia justru lebih percaya pada keamananya yang memang telah dirancang untuk kestabilannya di jalanan.
ADVERTISEMENT
“Kalau (motor besar) itu saya suka, tapi itu kan motor besar, kalau motor kecil lebih cepat. Kesengol saja, oleng,” katanya. “Iya, tapi kadang denger (suara motor gede), saya yang, aduh, enggak mau dengar.”
Namun, motor besar rupanya justru tak disukai oleh anak-anaknya. Menurut Widyawati, anak-anaknya kini menyimpan trauma pada motor-motor berukuran besar.
“Mereka sudah ini saja enggak banget sama motor gede kalau untuk motor (biasa) kan mereka perlu, sih, karena untuk ngejar waktu (kerja) kan lebih cepat,” tutur Widyawati.
Meski sudah satu dekade ditinggal sang suami, namun perasaan kehilangan tak pernah luntur dari perempuan berusia 68 tahun itu. Widyawati mengaku masih menyimpan kerinduan begitu besar pada sosok yang sangat perhatian pada keluarga itu.
ADVERTISEMENT
“Kadang kalau saya lagi kangen banget, saya bilang ke anak-anak anterin Mama ya, ke Papa,” ucapnya.
Selain berdoa, berziarah ke makam Sophan memang menjadi obat pelepas kerinduan yang tepat baginya. Meski begitu, belakangan dia mengaku sedang jarang mengunjungi makam sang suami lantaran sedang disibukan dengan berbagai kegiatan.
“Enggak saya tidak harus, yang pasti dia ulang tahun sudah pasti, di mana hari dia meninggal sudah pasti, Hari Raya juga sudah pasti,” pungkasnya.