Wawancara kumparan dengan Dylan Sada Soal Penganiayaan

11 Maret 2018 13:20 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dylan Sada (Foto: Instagram @dylan_sada)
zoom-in-whitePerbesar
Dylan Sada (Foto: Instagram @dylan_sada)
ADVERTISEMENT
Model sekaligus fotografer nyentrik asal Indonesia yang kini tinggal di New York, Amerika Serikat, Dylan Sada, mengalami kekerasan oleh kekasihnya.
ADVERTISEMENT
Kejadian tidak menyenangkan itu Dylan bagikan melalui akun Instagram pribadinya @Dylan_sada pada Senin (5/3). Dalam video dan foto yang ia unggah, wajah Dylan tampak lebam, bibirnya luka bahkan hingga membekas di lidahnya, matanya juga tampak sembab.
Dylan bercerita, saat pertama kali kekerasan fisik itu terjadi, Dylan sempat mengatakan kepada kekasihnya akan mengakhiri hubungan cinta keduanya.
Niat tersebut diurungkan lantaran Dylan merasa ketakutan. Dylan yang juga bekerja sebagai model harus berbohong kepada rekan kerjanya tentang luka-luka di tubuh akibat kekerasan yang ia alami.
Setelah Dylan mengunggah foto dan videonya di akun Instagram pribadinya, kabar tetang kekerasan tersebut menjadi viral. Banyak yang menyebut penyiksaan yang ia alami, dilakukan oleh mantan suaminya, Angel Perez.
ADVERTISEMENT
Namun, kepada kumparan (kumparan.com) Dylan membeberkan pelaku yang sesungguhnya. Melalui e-mail, perempuan berusia 33 tahun itu menyebut kekerasan yang dialaminya bukan dilakukan oleh mantan suaminya, melainkan kekasih barunya.
Bagaimana pendapat Anda saat banyak orang mengira Angel Perez alias mantan suami Anda adalah si pelaku kekerasan?
Mantan suami saya, Angel, dia menelepon saat saya berada di rumah sakit dan dia sangat prihatin. Dia juga mengatakan banyak orang menuduhnya dan melontarkan kata-kata makian kepadanya.
Oleh karena itu, saya mengunggah video kedua saya, untuk menghentikan semua asumsi dan penilaian negatif. Biarkan polisi dan karma yang akan membalasnya.
Mengapa Anda akhirnya berani berbicara tentang penyiksaan yang Anda alami di media sosial?
ADVERTISEMENT
Jujur saja malam itu saya dikirim ke UGD unit trauma, saya tidak pernah merasakan rasa sakit dan kesepian seperti saat itu. Saya ditempatkan ke sebuah ruangan dengan beberapa perempuan lain yang juga mengalami kekerasan dan penderitaan yang sama seperti saya.
Seorang perempuan, dia diseret oleh suaminya, perempuan tersebut bertubuh kecil. Itu membuat hati saya hancur. Saya hanya mengalami luka memar, saya bisa menyebut diri saya beruntung, saya senang saya melaporkan perbuatannya karena salah satu dari kami bisa sangat terluka.
Mengapa media sosial? karena saya sudah menghubungi pihak berwajib dan melaporkan kejahatan yang ia lakukan, selanjutnya adalah meningkatkan kesadaran. Melalui sosial media banyak orang akan sadar dan mengerti.
Dylan Sada (Foto: Instagram @dylan_sada)
zoom-in-whitePerbesar
Dylan Sada (Foto: Instagram @dylan_sada)
Berapa lama Anda dirawat di rumah sakit?
ADVERTISEMENT
Saya di rawat di rumah sakit selama satu hari. Kemudian diperbolehkan pulang keesokan harinya. Saya akan menjalani terapi intensif dengan bantuan psikater untuk mengurangi depresi.
Setelah kekerasan tersebut terjadi, apakah Anda masih berkomunikasi dengan si pelaku?
Tidak, semuanya sudah berakhir di antara kita. Selama itu menyakitkan, cukup.
Berapa lama kekerasan tersebut terjadi hingga akhirnya Anda berani melaporkan kejadian itu?
Saya dan kekasih (pelaku) memutuskan untuk pindah ke apartemen baru pada 1 Maret 2018 lalu, kekerasan tersebut terjadi beberapa hari setelahnya. Sebelumnya, penyiksaan juga terjadi setelah beberapa bulan (berpacaran), saat penyiksaan kedua terjadi, saya mengumpulkan keberanian untuk berbicara.
Dylan Sada. (Foto: Instagram/@Dylan_sada)
zoom-in-whitePerbesar
Dylan Sada. (Foto: Instagram/@Dylan_sada)
Apakah orang tua Anda tahu tentang hal ini?
ADVERTISEMENT
Ya, ibu saya tahu tentang hal ini. Dia sangat khawatir namun saya mengatakan agar tidak perlu khawatir karena kini saya bisa bebas.
Apa yang ingin Anda sampaikan kepada pria atau perempuan yang mengalami hal serupa?
Ini bukanlah akhir dan kekerasan ini tidak sepadan. Cinta seharusnya tidak menyakiti. Jangan abaikan tanda-tanda kekerasan dan jangan malu untuk meminta pertolongan. Kamu tidak sendirian.
Menurut Anda, apakah pelaku bisa berubah?
Setiap manusia berbeda, ada pula yang mampu berubah, ada yang tidak. Pelaku membutuhkan kasih sayang, terapi dan hal-hal positif lainnya.
Itulah sebabnya saya tidak mengajukan tuntutan karena jika seseorang sedang marah dan Anda mencoba menyingkirkannya dengan kebencian, mereka akan menjadi lebih marah dan dikelilingi hal-hal negatif.
ADVERTISEMENT
Mungkin itulah kesalahan saya, saya tidak mengajukan tuntutan tapi saya mengikuti kata hati. Sekarang pelaku berada di rumah sahabatnya, di kelilingi oleh keluarga dan orang terkasihnya.
Harapan saya ialah, pelaku menyadari apa yang dilakukannya itu salah dan mendapatkan pertolongan dari para profesional. Kesadaran itu harus datang dari dalam hati.
Di sosial media, banyak perempuan memberikan dukungannya kepada Anda, bagaimana pendapat Anda ?
Perasaan saya luar biasa, saya tidak tahu bahwa cerita ini akan viral. Saya belum pernah menerima begitu banyak perhatian atau cinta seperti ini, cukup sulit untuk dilakukan.
Tapi ini membantu mengangkat semangat saya karena mengetahui bahwa orang-orang di sekitar saya peduli. Saya hanya berharap, untuk menyebarkan kesadaran tentang kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tak lama berselang Dylan kemudian mengabarkan, saat ini ia sedang kesulitan ekonomi dan ingin pulang ke Indonesia untuk memulai hidup baru. Seorang teman bernama Alexandra Sherwood membantu Dylan mengumpulkan donasi untuk membayar pengobatannya dan tagihan lainnya.
Donasi untuk Dylan Sada (Foto: Youcaring)
zoom-in-whitePerbesar
Donasi untuk Dylan Sada (Foto: Youcaring)
"Saya sekarang bangkrut dan tenggelam dalam tagihan rumah sakit.Saya setiap hari mencari seseorang untuk mengambil alih apartemen saya dengan harapan bisa mendapatkan uang jaminan saya kembali sehingga saya bisa pulang ke rumah bertemu keluarga saya di Indonesia meski sebentar."