Fanwars: 'Perang' Penggemar K-Pop dari Generasi ke Generasi

10 Desember 2017 11:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi fanwars. (Foto: Youtube/CJ E&M)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi fanwars. (Foto: Youtube/CJ E&M)
ADVERTISEMENT
Persaingan antar grup K-Pop sudah terjadi sejak generasi pertama grup idola bermunculan di Korea Selatan. Saat itu dua grup papan atas Sech Kies dan H.O.T menjadi tren panas di industri musik Korea. Namun siapa kah yang terbaik? Pertanyaan inilah yang sering memicu fans grup K-Pop 'perang' demi membela grup kesayangan mereka.
ADVERTISEMENT
Istilah fan (penggemar), war (perang)-- fanwars bukan hal yang asing di telinga para penggemar K-Pop. Pertengkaran dua kubu atau lebih ini sudah terjadi sejak grup idola K-Pop menjadi tren di Korea Selatan sekitar tahun 1990-an. Dari generasi grup pertama (Sech Kies dan H.O.T) hingga generasi ketiga saat ini (EXO dan BTS), fanwars secara turun temurun terus terjadi di kalangan penggemar K-Pop.
Pertengkaran dan adu argumen ini terkadang dipicu oleh hal-hal yang tidak masuk akal. Mulai dari merasa grup kesayangan mereka paling terbaik, urusan warna lightstick yang tidak boleh sama, para idola wanita dan pria yang terlihat dekat satu sama lain, hingga hal-hal sepele soal cuitan di Twitter.
Namun, ada perbedaan yang cukup signifikan antara fanwars di tiap generasi.
ADVERTISEMENT
Pada generasi awal misalnya (1992 - 2002), saat era digital belum berkembang pesat seperti sekarang, fans K-Pop berhadapan langsung, saling adu argumen hingga melakukan kontak fisik untuk membuktikan grup kesayangan mereka yang terbaik. Gambaran soal perang di jaman ini diceritakan dalam drama hit 'Replay 1997'.
Dalam drama tersebut diperlihatkan cuplikan fans yang saling berhadapan lengkap dengan atribut kebanggaan mereka. Meski tentu adegan ini didramatisir, namun gambaran 'perang' antar fans ini benar-benar terjadi.
Salah satu mantan anggota H.O.T, Tony An menceritakan pengalamannya menyaksikan langsung fanwars yang terjadi dalam ajang penghargaan Golden Disc Awards kala itu.
"Aku melihat fans (H.O.T dan Sech Kies) saling memukul satu sama lain dengan payung. Dan sejujurnya saat itu aku sangat takut," ungkap Tony saat muncul dalam acara televisi tvN 'Baek Ji Yeon’s People Inside'.
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan perang fans grup generasi kedua (2002-2009). Saat ini teknologi sudah mulai berkembang, akun-akun media sosial, blog dan pengguna situs internet sudah mulai meningkat. Fanwars tak hanya milik penggemar di Korea Selatan. Mereka yang berada di luar Korea pun mulai ikut-ikutan. Postinga kebencian, konten negatif soal idola yang mereka tidak suka pun bermunculan.
Salah satu fanwars paling legendaris adalah saat SNSD tampil dalam acara Dream Concert di 2008. Entah apa yang menjadi penyebabnya, namun saat itu, sembilan anggota SNSD menerima black ocean atau fans mematikan lightstick mereka kala SNSD tampil di atas panggung selama hampir 10 menit.
Ini merupakan momen paling menyedihkan bagi anggota SNSD karena black ocean juga dianggap sebagai simbol penolakan dan rasa tidak suka terhadap grup tertentu. Ditambah dalam setiap akhir lirik lagu yang dinyanyikan SNSD, fans meneriakkan nama grup Wonder Girls yang saat itu dianggap sebagai rival SNSD.
ADVERTISEMENT
"Saat itu kami mempromosikan album pertama kami, 'Into the New World' di Dream Concert dan ada 10 menit boikot dari penonton. Kami memulai aksi panggung dalam keadaan gelap dan hening, seolah-olah tidak ada siapapun disana," ujar Yoona SNSD seperti dikutip dari Allkpop.
"Kami hanya fokus untuk tampil saat itu, jadi kami tidak begitu tahu kalau ada boikot. Hanya ada sedikit warna pink (lightstick) di tengah kegelapan," ujar Hyoyeon.
Adu argumen antar fans ini makin sering terjadi dan makin memanas saat generasi ketiga grup-grup K-Pop bermunculan. Hallyu wave yang semakin berkembang ke berbagai negara di belahan dunia memunculkan banyak fans-fans baru. Penggunaan media sosial seperti Twitter, Instagram dan Facebook juga semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
Salah satu fanwars ikonik generasi ketiga adalah saat fans EXO dan BAP saling adu argumen soal siapa yang layak memenangkan penghargaan 'Best Male Rookie' dalam ajang Mnet Asian Music Awards 2012 (MAMA). Bak sebuah drama dengan akhir cerita tak terduga, perang fans EXO dan BAP berakhir kala MAMA justru mengumumkan Busker Busker sebagai pemenang.
Intensitas perang antar fans ini memang tak terbendung. Para haters sering kali memanfaatkan fans untuk menyebarkan berita hoax, isu tak bertanggung jawab, hingga ancaman pembunuhan. Inilah yang kemudian membuat banyak agensi akhirnya membuat regulasi bahwa siapapun yang membuat postingan negatif soal artis mereka akan berurusan dengan hukum.
Salah satu agensi yang baru-baru ini mengumumkan perlawanannya terhadap para haters adalah SM Entertainment. Mereka mengatakan ulah para haters ini mempengaruhi para artis yang bernaung di bawah SM Entertainment secara fisik dan mental.
ADVERTISEMENT
"Kerugian dan kerusakan moriil para artis kami semakin serius karena tindakan ilegal seperti penghinaan karakter, pelanggaran privasi, membocorkan informasi pribadi dan pencurian identitas, serta penyebaran rumor yang berbahaya secara online," tulis SM dalam pernyataan resmi yang mereka unggah lewat situs resminya.
"Menyebarkan informasi hoax mempengaruhi kesehatan mental dan fisik artis kami. Oleh sebab itu, SM Entertainment membuat tim khusus yang akan menghadapi serangan para haters. Mereka akan bekerja lewat jalur hukum untuk memberi pelajaran kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab," tambah SM.
Perang antar fans ini memang tidak hanya terjadi di kalangan penikmat musik K-Pop. Fans grup musik lain, bahkan para penggemar olah raga juga sudah akrab dengan adu argumen soal siapa bintang terbaik yang mereka jagokan.
ADVERTISEMENT
Namun tentu adu argumen ini harus tetap ada pada batasan sehat yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.