Komentar 'Noona' dan 'Oppa' Soal Fans K-Pop Masa Kini

27 Januari 2018 15:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fans K-Pop. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Fans K-Pop. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Fans yang sudah berusia dewasa punya caranya sendiri dalam memandang segala hal yang berkaitan dengan K-Pop. Ini termasuk tentang bagaimana mereka memandang sesama penggemar yang berusia lebih muda.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Ari (28 tahun), pegawai swasta yang bekerja di daerah Jakarta Selatan. Sebagai fans yang sudah menggandrungi K-Pop dari tahun 2010, ia sudah bertemu dengan penggemar K-Pop lintas generasi. Ia pernah bertemu dengan mereka yang hanya sementara menjadi fans dari grup yang sedang terkenal, hingga mereka yang terus menyukai idola tertentu sekalipun euforia massa terhadap sang penyanyi sudah tak seheboh dulu.
“Di antara yang lanjut menjadi fans, ada yang ‘dewasa’ dan ada yang ‘kekanak-kanakan’. Ada yang sok ‘senpai’ (senior), ada yang panasan, ada yang pejuang voting, pencari tiket gratis, dan lain-lain, macam-macam, deh,” sebutnya.
Sepanjang perjalanannya menjadi fans, wanita yang kini sedang menggandrungi grup idola BTS itu juga mengatakan bahwa kini sudah semakin banyak orang yang menyukai banyak grup idola sekaligus.
ADVERTISEMENT
Pada awal-awal masa ia menyukai K-Pop, hal itu seolah dianggap tabu.
“Dulu kalau nge-fans sama satu grup idola ya hanya ‘boleh’ suka satu saja, kalau suka yang lain juga bisa dimusuhi,” jelasnya.
"Sekarang toleransi fangirl nampaknya sudah mulai terasa dengan banyaknya idola-idola baru yang bermunculan tiap tahunnya, jadi banyak fans yang 'menambah koleksi bias' (anggota favorit)," tambahnya.
Perbedaan antara fandom K-Pop masa kini dan mereka yang sudah jadi penggemar K-Pop sejak generasi 1 atau 2 juga dirasakan oleh Kristina (46 tahun), seorang ibu sekaligus pegawai swasta di daerah Jakarta Pusat.
Bagi wanita yang telah menyukai K-Pop sejak tahun 2009 ini, perbedaan disebabkan oleh semakin terhubungnya dunia.
“Semakin terbuka dunia, semakin norak. Fans K-Pop sekarang cenderung gampang banget fanwar yang sebenernya enggak perlu. Social media membuat viral segalanya, sementara anak-anak sekarang sering asal comot tanpa tahu konteks,” sebutnya.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, bukan berarti bahwa tak ada hal positif dari dunia fandom masa kini. Bagi Kristina, keterbukaan dunia memungkinkan para penggemar dari seluruh dunia untuk berteman baik, terlepas dari jarak yang memisahkan mereka.
Sementara, Fajar (27), seorang fanboy yang sudah menjadi penggemar K-Pop sejak sekitar tahun 2009 atau 2010 mengatakan bahwa kini, para kultur budaya fans K-Pop saat ini terlihat lebih sadar dan vokal terhadap isu sosial dalam industri hiburan tersebut.
Misalnya, mengenai isu kesehatan mental dan juga feminisme.
“Yang terbaru, sih, waktu tragedi Jonghyun, sampai ada yang bikin petisi menuntut agensi supaya ngejaga kesehatan mental kan ya,” sebut pria yang bekerja di perusahaan startup tersebut.
Menurutnya, hal ini tidak hanya terjadi di dunia internasional, tetapi juga di Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kalau di Indonesia, yang paling dekat adalah para Buddy Indonesia (sebutan untuk fans GFriend) kalau ngadain birthday project, hasilnya pasti didonasikan ke lembaga-lembaga sosial. Mungkin begitu juga di fandom-fandom lain.” tambahnya.
Selain itu, menurutnya, sekarang jumlah fans sudah bertambah jauh lebih banyak di Indonesia. Baginya banyak di antara mereka yang berbakat.
“Fans-fans K-Pop sekarang juga (terutama di Indonesia) banyak yang jago nyanyi dan menari. Siapa tahu ada yang bisa debut di Korea,” katanya.
Ia tidak menyebut persis siapa nama yang dimaksudnya, namun menurutnya fans-fans tersebut masih muda dan berbakat.
“Bisalah gabung NCT Dream,” tambahnya.