5 Hal yang Perlu Disiapkan Ibu Sebelum Menyusui

19 Februari 2019 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu menyusui. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ibu menyusui. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Menyusui bukan sekadar memberi ASI. Menyusui memberikan banyak sekali manfaat bagi bayi maupun ibu. Itulah kenapa, WHO dan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) merekomendasikan bayi disusui secara eksklusif sejak lahir hingga usia 6 bulan, lalu mulai diperkenalkan dengan makanan padat sambil tetap disusui sampai usia 2 tahun atau lebih.
ADVERTISEMENT
Memang panjang ya, Moms, proses menyusui bayi. Tapi bukan berarti tidak mungkin dilakukan bila Anda memang sudah bertekad menjalaninya, kok. Dua kunci utama keberhasilan memberikan ASI dan menyusi adalah kepercayaan diri dan komitmen. Para pakar laktasi dunia sangat menyarankan agar persiapan menyusui dilakukan jauh sebelum bayi lahir karena ibu yang telah memiliki pengetahuan laktasi sebelum melahirkan akan lebih siap dan percaya diri saa mulai menyusui.
Persiapan tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Menguasai Ilmu Tentang ASI dan Manajemen Laktasi
IIlustrasi Ibu Membaca Buku Foto: Unsplash
Sebisa mungin calon ibu dan ayah mempelajari tentangmenyusui baik melalui buku, internet ataupun bergabung dengan grup-grup yang mendukung pemberian ASI. Ajak pula anggota keluarga lainnya, terutama yang tinggal se-rumah dengan Anda Moms untuk berdiskusi dan atau mengikuti kelas edukasi atau seminar menyusui.
ADVERTISEMENT
2. Berdiskusi dengan Anggota Keluarga Soal Pembagian Tugas Awal Kepulangan Ibu dari Tempat Bersalin
Ilustrasi pasangan suami istri. Foto: Shutterstock
Meski terkesan sepele dan sering terabaikan untuk didiskusikan saat kehamilan, sebenarnya hal ini sangat penting agar beban ibu berkurang dan dapat fokus menyusui serta mengurus bayi yang baru lahir.
Beberapa daftar pertnyaan yang perlu didiskusikan antara lain:
- Berapa lama pasangan mengambil cuti?
- Siapa yang membantu Anda waktu awal pasca melahirkan? Tentu selain suami, ibu memerlukan bantuan dari wanita lain yang paham mengenai latasi dan cara mengurus bayi.
- Siapa yang membantu pekerjaan rumah tangga setelah Anda melahirkan?
- Bila ibu kembali bekerja, siapa yang mengasuh bayi kelak? Apakah diasuh oleh pengasuh di rumah atau dititipkan di tempat penitipan anak?
ADVERTISEMENT
3. Bernegosiasi dengan Atasan dan Rekan Kerja
Ilustrasi ibu hamil bekerja. Foto: Thinkstock
Bagi ibu bekerja, ketika memasuki trimester ketiga, sebaiknya tanyakan kepada HRD mengenai kapan dimulainya cuti melahirkan dan berapa lama cuti melahirkan. Umumnya, cuti melahirkan di Indonesia adalah 3 bulan.
Sosialisasikan pula kepada atasan bahwa saat bekerja, Anda perlu waktu untuk memerah ASI selama di kantor. Bicarakan kembali dengan HRD apakah d kantor tersedia ruang menyusui yang memadai. Dan jangan lupa meminta dukungan dari rekan kerja Anda, terutama bagi Anda yang bekerja dengan jadwal kerja yang padat.
4. Pilihlah Tempat Bersalin yang Mendukung Pemberian ASI Ekslusif
Ilustrasi Rumah Sakit Foto: UNSPLASH
Bicarakan hal ini dengan dokter kandungan atau bidan yang akan menangani persalinan. Sebelum memasuki trimester ketiga kehamilan, mulailah mencari informasi mengenai tempat bersalin yang mendukung pelaksanaan IMD, mendukung pemberian ASI ekslusif (bebas dari promosi susu formula), menyedikan rawat gabung dnegan bayi pascamelahirkan, memiliki konsultan laktasi atau konselor menyusui.
ADVERTISEMENT
5. Mempersiapkan Birth Plan
Persiapan melahirkan. Foto: Thinkstock
Birth plan adalah dokumen tertulis yang disusun oleh calon ibu atau ayah sebelum melhirkan yang ditujukan kepada tim tenaga kesehan dan berisi daftar keinginan Anda atau pasnagan mengenai pelaksaan kelahiran dan menyusui bayi. Namun, perlu diingat bahwa Anda dan suami tidak dapat mengatur setiap detail proses persalinan sehingga mereka harus bersikap fleksibel bila terjadi sesuatu hal di luar rencana.
Calon ibu beserta anggota keluarga sebaiknya mendiskusikan birth plan ini dengan tim tenaga kesehatan seperti dokter kandungan, bidan, atau dokter anak minimal ketika memasuki trimester ketiga kehamilan. Komunikasi kepada tim tenaga kesehatan bawaha surat ini diajukan bukan karena Anda tidak mempercayai tim tenaga kesehatan yang menangani calon ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT