5 Jenis Vitamin Penting yang Dibutuhkan Anak

23 Februari 2019 9:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak makan  Foto: thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak makan Foto: thinkstock
ADVERTISEMENT
Semua orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga mengenai tambahan vitamin dan mineral pada anak mereka. Tidak jarang orang tua meminta vitamin pada saat kunjungan rutin ke dokter, ataupun saat anak-anak mereka sakit. Vitamin dipercaya dapat meningkatkan nafsu makan, meningkatkan kekebalan tubuh anak dan mempercepat penyembuhan anak yang sakit.
ADVERTISEMENT
Pada dasaranya pemberian vitamin dan mineral menurut Dr. Angga Wirahmadi, Sp.A dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), merupakan sebuah suplementasi. Hal ini berarti vitamin dan mineral hanya diberikan pada anak yang kebutuhan mikronutriennya tidak terpenuhi dari asupan makanan sehari-hari. Salah satu cara untuk mendeteksi kekurangan vitamin dan mineral adalah dengan melakukan pemeriksaan marker biokimia mikronutrien tersebut. Pemeriksaan ini memerlukan biaya yang cukup besar dan menimbulkan rasa tidak nyaman karena proses pengambilan darah.
Oleh karena itu, dipakailah pedoman yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) mengenai suplementasi vitamin dan mineral. Rekomendasi dari WHO ini mencakup pemberian beberapa jenis vitamin dan mineral disesuaikan dengan kondisi negara masing-masing, serta memperhitungkan prevalensi masalah kesehatan tersering pada daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah lima jenis vitamin yang perlu diberikan khususnya untuk anak Indonesia Moms.
1. Vitamin A
Wortel salah satu sumber vitamin A. Foto: Thinkstock
Bukti ilmiah menunjukkan suplementasi vitamin A bermanfaat menurunkan angka kematian sebesar 24 persen dan kematian terkait diare sebesar 28 persen. Berdasarkan fakta tersebut, maka WHO merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin A sebesar 100.000 U pada bayi usia 6-11 bulan, dan vitamin A 200.000 U tiap 4-6 bulan pada anak usia 12-59 bulan. Kabar baiknya, program ini sudah diimplementasikan ke dalam program Kementerian Kesehatan Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus (bulan vitamin A).
2. Vitamin D
Sumber makanan penghasil vitamin D. Foto: Thinkstock
American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan bayi sebaiknya tidak terlalu sering terpapar sinar matahari agar tidak berisiko mengidap kanker kulit di kemudian hari. Di lain pihak, sinar matahari sangat penting dalam pembentukan vitamin D yang bermanfaat bagi kesehatan dan pertumbuhan tulang. Oleh karena itu, AAP merekomendasikan pemberian suplementasi vitamin D sebesar 400 IU pada bayi ASI eksklusif, bayi yang minum susu formula kurang dari 1 liter sehari, dan anak-anak serta remaja.
ADVERTISEMENT
3. Zat Besi
Makanan yang tinggi zat besi Foto: Thinkstock
Suplementasi mineral yang paling disoroti oleh WHO adalah suplementasi zat besi. Zat besi memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan otak, meningkatkan daya tahan tubuh serta konsentrasi dan prestasi belajar. Suplementasi zat besi ini disarankan diberikan rutin setiap hari selama 3 bulan setiap tahunnya pada bayi sejak usia 6 bulan.
Suplementasi ini terutama ditujukan pada negara dengan prevalensi anemia > 40 persen. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia (dengan berbagai penyebab) pada balita di Indonesia sebesar 40,5 persen. Indonesia belum memiliki data prevalens nasional untuk anemia defisiensi besi. Pemberian suplementasi besi secara rutin telah direkomendasikan oleh IDAI dan perlu dikaji efektivitasnya.
ADVERTISEMENT
4. Zink
Tiram banyak mengandung zink Foto: pixabay.com
Mineral lain yang penting bagi bayi dan anak-anak adalah zink (seng). Suplementasi zink terbukti dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi. Suplementasi zink diberikan rutin selama minimal 2 bulan setiap 6 bulan sekali, pada bayi usia 6-23 bulan.
5. Iodium
Iodium merupakan mineral yang penting untuk pertumbuhan berat dan tinggi badan serta perkembangan kecerdasan otak. Balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki intelligent quotient (IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan akses rumah tangga di Indonesia terhadap garam beriodium sebesar 77,1 persen. Oleh karena itu, sesuai pedoman WHO suplementasi iodium hanya diberikan pada kelompok balita yang rentan kekurangan iodium.
ADVERTISEMENT