5 Masalah Khas Anak SD dan Cara Mengatasinya

24 Agustus 2018 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tahun ajaran baru sudah berjalan lebih dari 2 bulan, apakabar anak Anda yang sudah duduk di usia Sekolah Dasar atau SD, Moms? Tantangan atau masalah-masalah yang dihadapi anak SD tentu berbeda dibanding saat anak masih di PAUD dulu ya. Seiring dengan tumbuh kembang dan lingkungan pergaulannya yang semakin luas, masalah yang anak hadapi juga semakin kompleks.
ADVERTISEMENT
Ini sebabnya, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI (Kemendikbud) khusus membahas hal ini dalam buku Seri Pendidikan Orang Tua "Mendampingi Anak ketika Bermasalah". Mengutip buku tersebut, ada 5 masalah khas yang umumnya dialami anak usia SD sebagaimana dijelaskan di bawah ini:
1. Malas Sekolah
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
Ada banyak alasan yang mungkin menyebabkan anak merasa malas sekolah. Misalnya rasa bosan, kian beratnya beban sekolah, hingga kemungkinan anak mengalami bullying atau perundungan di sekolah. Karena itu jangan langsung marah dan menghakimi anak bila ia malas sekolah, Moms.
Lebih baik, identifikasi dulu penyebab anak malas pergi bersekolah dan bantu ia menyelesaikan masalahnya dengan bijak. Anda juga bisa melakukan berbagai cara mengembalikan mood anak sekolah dengan kreatif dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
2. Sulit Berteman
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
Bisa saja anak Anda mengalami kesulitan berteman dan kurang luwes bergaul. Entah karena ia pemalu, tidak percaya diri, atau sikapnya yang barangkali tidak disukai teman-temannya.
Bantu anak mengembangkan kecerdasan sosial agar ia dapat mudah berteman dengan banyak melibatkannya di kegiatan-kegiatan kelompok. Dampingi dan jangan lupa beri contoh agar anak memahami pentingnya memiliki sikap-sikap yang diperlukan untuk dapat berteman. Seperti, sikap ramah, jujur, suka menolong, empati dan mau menghargai.
3. Diejek Teman
Ilustrasi Anak dan Teman-Temannya (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak dan Teman-Temannya (Foto: Shutterstock)
Entah hanya sekadar lelucon atau ikut-ikutan, terkadang anak secara sadar atau tidak mengejek temannya. Misalnya memanggil julukan yang tak pantas, melabeli teman, hingga mengucapkan kata-kata kotor yang ditujukan pada anak.
ADVERTISEMENT
Bila hal ini terjadi, apa yang bisa Anda lakukan? Berilah pemahaman dan pendampingan pada anak. Anda bisa memulainya dengan membiasakan anak bercerita sepulang sekolah, pahami perasaan anak, dan beri ia solusi.
Misalnya dengan mengajarkan anak untuk tidak mudah tersinggung atau emosi saat diejek teman. Jelaskan bahwa ia tidak perlu berkecil hati kalau apa yang dikatakan temannya tidak benar. Ajari juga anak cara menegur atau mengingatkan teman yang berkata tidak baik tanpa perlu mengejek atau menghina balik.
Kalau Anda merasa anak sudah tidak dapat mengatasinya sendiri, baru bicarakan hal ini dengan gurunya.
4. Malas Membuat PR
Ilustrasi anak belajar (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak belajar (Foto: Thinkstock)
Anak suka main terus dan malas membuat PR? Jangan kaget, itulah yang seringkali terjadi ketika anak Anda masuk usia sekolah dasar. Bijaklah menghadapi, ingat jangan menggunakan emosi atau gampang memukul anak. Kenalilah penyebab anak malas mengerjakan PR. Satu yang tak kalah penting, kreatif dan bersabarlah dalam mendampingi anak belajar.
ADVERTISEMENT
5. Kesulitan Belajar
Seorang anak sedang belajar. (Foto: Peter Hershey/unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak sedang belajar. (Foto: Peter Hershey/unsplash)
Jangan hanya menuntut agar anak gemilang dalam prestasi, tanpa membantu si kecil berproses dalam belajar. Itu bisa jadi bahaya! Anak bisa tumbuh jadi pribadi instan, bahkan meski ia jadi abai pada kesulitan belajar dan memilih jalan pintas. Seperti, menyontek, membohongi guru, dan lainnya.
Berilah pengertian pada anak, jika tak mengapa mengalami kesulitan. Akui itu. Mintalah anak menerangkan apa yang ia keluhkan, mengapa bisa sulit, dan bantu anak untuk bersama-sama mencari solusi. Dan jangan lupa mengapresiasi anak ketika ia berhasil menyelesaikan kesulitan belajarnya ya, Moms.