5 Pandangan Keliru Tentang Homeschooling

22 Januari 2018 18:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Homeschooling berdampak positif bagi anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Homeschooling berdampak positif bagi anak (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Salah satu jalur pendidikan yang kini banyak menjadi pilihan orang tua adalah homeschooling. Anda mungkin sudah sering mendengarnya. Tapi apakah juga sudah memahaminya, Moms?
ADVERTISEMENT
Homeschooling adalah aktivitas pendidikan yang diselenggarakan di rumah di bawah pengarahan orang tua. Orang tua bisa berperan sebagai guru atau juga mendatangkan guru pendamping ke rumah. Komitmen orang tua dalam menemani anak belajar adalah kunci utama.
Karena tidak dilaksananan di tempat penyelenggaraan pendidikan umum seperti sekolah negeri atau swasta, homeschooling jelas tidak bisa disebut lembaga pendidikan. Homeschooling juga bukan lembaga bimbingan belajar yang biasa Anda kenal misalnya. Meski begitu, bukan berarti kegiatan homeschooling melulu dilakukan di rumah. Siswa dapat belajar di alam bebas baik di laboratorium, perpustakaan, museum, tempat wisata, dan lingkungan sekitarnya.
Para orangtua memiliki sejumlah alasan yang membuat mereka memilih model pendidikan homeschooling untuk anak-anak mereka. Tiga alasan yang kebanyakan dipilih di Amerika Serikat terkait lingkungan sekolah yang dianggap tidak kondusif, keinginan untuk lebih menekankan pengajaran agama atau moral pada anak, dan ketidaksetujuan orang tua dengan sistem pendidikan di sekolah negeri maupun swasta.
ADVERTISEMENT
Karena tidak umum, metode ini banyak menuai pro dan kontra di kalangan orang tua. Bahkan banyak muncul pendangan keliru soal homeschooling yang hingga kini dipercaya para orang tua. Apa saja?
1. Homeschooling tidak banyak diminati
Homeschooling bukan sesuatu yang baru lagi saat ini. Dikenal sejak tahun 1975, jumlah peminat homeschooling terus meningkat -termasuk di Indonesia. Meski kumparanMom belum memperoleh data jumlah anak yang mengikuti pendidikan homeschooling di Indonesia, di Amerika diperkirakan jumlahnya mencapai hingga 2 juta siswa.
2. Anak-anak yang mengikuti homeschooling tidak cakap bersosialisasi
Ini adalah salah satu pandangan yang sangat umum tentang homeschooling. Anak-anak homeschooling sering dicap sebagai anak yang tidak bisa bergaul dan sulit berinteraksi dengan orang lain.
ADVERTISEMENT
Padahal kenyataannya belum tentu seperti itu. Anak-anak homeschooling tetap bersosialisasi dengan banyak orang melalui studi lapangan yang dapat dilakukan kapan pun mereka mau. Saat waktunya belajar sejarah misalnya, mereka bisa pergi ke museum dan berinteraksi dengan pengunjung maupun pemandu di sana. Ingin belajar bisnis? Mereka bisa langsung bertemu dengan tokoh-tokoh bisnis ternama. Begitu banyak kemungkinan dan kesempatan terbuka.
3. Anak homeschooling tidak bisa kuliah
Tentu saja anak-anak homeschooling bisa melanjutkan pendidikan hingga kuliah. Pemerintah di berbagai negara yang telah membertikan dukungan untuk jalur pendidikan ini. Jadi, kurikulum yang diberlakukan sebenarnya sudah setara dengan kurikulum pendidian formal. Jika ingin melanjutkan kuliah, salah satu alternatif yang bisa ditempuh dengan mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
4. Homeschooling tidak efektif dan hanya akan buang-buang waktu
Mengajar anak di rumah biasanya tidak memakan banyak waktu seperti sekolah pada umumnya. Sebab jadwal belajar homeschooling fleksibel, tidak mutlak seperti belajar di sekolah. Jadwal belajar homeschooling dapat diatur sesuai dengan kesepakatan anak dan orang tua maupun pembina homeschooling.
Di sekolah, seorang guru banyak menghabiskan waktu untuk mengurus beberapa murid lainnya. Sedangkan di rumah, Anda sebagai orang tua yang menjadi pengajar anak ataupaun pembina yang menjadi pengajar hanya mengajar satu murid. Jadi, bisa efektif juga!
5. Homeschooling lebih mahal dari sekolah biasa
Banyak orang menyebut bahwa homeschooling adalah sistem sekolahan yang mahal. Pandangan ini muncul akibat sistem ini banyak didominasi anak dari masyarakat kalangan menengah ke atas yang bisa menyewa guru-guru privat dan alat-alat pembelajaran yang mahal untuk belajar di rumah.
ADVERTISEMENT
Padahal homeschooling tidak selalu begitu. Banyak juga para orang tua yang membentuk komunitas homeschooling bagi anak-anaknya dan berbagi biaya. Jadi sebenarnya, masalah biaya sangat tergantung dari bujet dan kreativitas orang tua saat membina anak belajar.