700 Bayi Lahir dengan Sindrom Campak Jerman Per Tahun di Jawa Timur

23 Agustus 2018 20:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi imunisasi anak.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi imunisasi anak. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit Sindrom Rubela Kongenital (SRK) pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2.767 kasus SRK. Sedangkan perhitungan modelling di Jawa Timur diperkirakan 700 bayi dilahirkan dengan SRK setiap tahunnya di satu provinsi saja. Bayangkan betapa besar angkanya bila di seluruh nusantara? Ngeri, ya!
ADVERTISEMENT
Faktanya, di Indonesia, campak Jerman atau rubela memang merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubela terjadi pada kelompok usia <15 tahun.
Data ini dipaparkan dalam surat keterangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang dikeluarkan pada Kamis (23/8) untuk para Ketua IDAI Cabang. Surat yang ditandatangani oleh Ketua Umum IDAI DR.dr.Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K) ini, juga memaparkan beberapa data lainnya yang sangat penting untuk kita ketahui bersama, Moms.
Pada tahun 2000, lebih dari 562.000 anak per tahun meninggal di seluruh dunia karena komplikasi penyakit campak. Dengan pemberian imunisasi campak dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka pada tahun 2014 kematian akibat campak menurun menjadi 115.000 per tahun, dengan perkiraan 314 anak per hari atau 13 kematian setiap jamnya.
ADVERTISEMENT
Inilah kenapa Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai eliminasi campak dan pengendalian rubela/SRK pada tahun 2020. Berdasarkan hasil surveilans dan cakupan imunisasi, maka imunisasi campak rutin saja belum cukup untuk mencapai target eliminasi campak.
Sedangkan untuk akselerasi pengendalian rubela/SRK maka perlu dilakukan kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin Measles Rubella (MR) ke dalam imunisasi rutin. Untuk itu diperlukan kampanye pemberian imunisasi vaksin MR pada anak usia 9 bulan sampai dengan <15 tahun.
Ilustrasi imunisasi anak.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi imunisasi anak. (Foto: Thinkstock)
Cakupan imunisasi MR lebih dari 95% akan menurunkan secara signifikan kasus campak dan rubela hingga mendekati nol. Rendahnya cakupan imunisasi akan menyebabkan program imunisasi MR yang sudah dijalankan menjadi sia-sia dan program eliminasi campak dan rubela di Indonesia gagal. Jadi jelas Moms, imunisasi atau pemberian vaksin MR sangat penting dan bermanfaat mencegah penularan, sakit berat, cacat atau kematian akibat penyakit campak dan rubela.
ADVERTISEMENT
Inilah yang jadi alasan kuat IDAI mendukung dan membantu pelaksanaan program Kementerian Kesehatan untuk melakukan imunisasi MR secara serentak dengan cakupan tinggi dan merata.
Hal ini juga sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait vaksin MR yang seminggu terakhir ini ramai dibicarakan. "Penggunaan vaksin MR produk dari SII pada saat ini dibolehkan atau mubah hukumnya karena ada kondisi keterpaksaan (darurat syariah) dan belum ditemukan vaksin MR halal dan suci," ujar Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin, di Gedung MUI, Jakarta, Senin (20/8).
Jadi sekarang, bagaimana sikap Anda? Lebih percaya pada data, para ahli dan ulama, atau pada mereka yang bilang kalau vaksin MR tidak penting untuk anak dan pemberiannya tidak mendesak di Indonesia?
ADVERTISEMENT