Alasan Wanita Hamil Butuh Konselor Laktasi?

3 Februari 2018 16:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Konseling (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Konseling (Foto: Thinkstock )
ADVERTISEMENT
Bidan atau dokter mungkin jadi orang yang paling diingat oleh ibu hamil selain pasangan, keluarga dan teman-teman. Selain ditemui secara berkala, bidan atau dokter jadi sosok yang dianggap dapat memberikan informasi hingga rasa tenang oleh calon ibu sejak awal hingga akhir masa kehamilannya.
ADVERTISEMENT
Tapi sebenarnya, akan jauh lebih baik bila ibu hamil juga mengingat dan menemui satu orang lagi: Konselor Laktasi. Siapa sih, Konselor Laktasi (KL) ini? Apa pula peran dan fungsinya untuk ibu hamil dan kelak sang bayi?
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Farahdibha Tenrilemba, KL adalah seseorang (baik dari kalangan medis maupun non-medis) yang telah mengikuti pelatihan konselor laktasi berdasarkan Modul 40 jam WHO. Sementara aspek konseling yang merupakan kegiatan utama dari seorang konselor laktasi dapat dibagi dua yaitu:
1. Mendengarkan dan menerima pendapat atau pandangan ibu tanpa menghakimi
2. Membantu ibu untuk menentukan pilihan yang terbaik berdasarkan informasi relevan dan saran-saran yang telah diberikan oleh seorang konselor laktasi.
ADVERTISEMENT
Dua aspek di atas harus dilakukan secara urut. Tanpa melakukan hal yang pertama dengan baik dan benar, seorang konselor laktasi belum bisa melanjutkan pada kegiatan yang nomor dua.
Dibha, demikian Faradibha biasa disapa, mengatakan konselor laktasi dituntut setidaknya memiliki 3 keterampilan, diantaranya:
1. Keterampilan mendengarkan dan mempelajari
2. Keterampilan membangun percaya diri dan memberikan dukungan
3. Keterampilan mengamati kegiatan menyusui dan mencatat riwayat menyusui
Selain 3 keterampilan tersebut, seorang konselor laktasi juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi. "Tanpa kemampuan komunikasi yang baik, para ibu yang akan mengikuti proses konseling, tidak akan membuka diri dan bercerita tentang masalah yang dihadapinya. Akhirnya sulit untuk bisa menemukan solusi," kata Dibha.
Kemampuan berkomunikasi diperlukan agar ibu bisa menyadari sendiri persepsi keliru yang selama ini mungkin dimilikinya tentang menyusui. Kesalahan persepsi tentang menyusui yang dimiliki calon ibu, ayah, juga keluarga atau lingkungan terdekat calon orang tua ini merupakan salah satu penyebab kegagalan menyusui. Itu sebabnya, sangat penting untuk terlebih dahulu menyamakan persepsi tentang menyusui.
ADVERTISEMENT
Menurut Dhiba, menyamakan persepsi ini bahkan seharusnya dilakukan sejak sedini mungkin atau sebelum bayi lahir. "Jadi saat bayi lahir dan ASI belum keluar misalnya, ibu tidak kebingungan. Atau saat ibu masih di ruang pemulihan pascabersalin dan ayah dimintai persetujuan pemberian susu formula di rumah sakit, ayah dapat bijak mengambil keputusan," Dibha berpesan.
Pelatihan Menyusui Bersama Sekjen AIMI (Foto: Prameshwari Sugiri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pelatihan Menyusui Bersama Sekjen AIMI (Foto: Prameshwari Sugiri/kumparan)
Tidak hanya pada hari-hari pertama kelahiran saja, masalah persepsi dan kurang atau tidak tepatnya informasi yang dimiliki membuat ibu dan ayah kerap berselisih bahkan bersitegang ketika menghadapi tantangan-tantangan menyusui. "Termasuk berselisih dengan nenek sang bayi yang bisa mengakibatkan ibu stres bahkan depresi!" tukas Dibha sambil tertawa kecil.
Itu sebabnya, salah satu manfaat konseling dengan KL adalah dapat meningkatnya rasa percaya diri ibu sehingga dia bisa kembali menyusui dengan lancar. Keberhasilan ibu menyusui adalah hakikat keterampilan konselor laktasi yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Yang perlu diingat, konseling laktasi bukanlah penyuluhan. Konseling laktasi juga tidak sama dengan kegiatan pengajaran atau pemberian nasihat. Konseling laktasi adalah komunikasi dua arah antara ibu menyusui dengan seorang konselor laktasi.
Karena itu, tugas konselor laktasi dapat dibagi menjadi:
1. Memberikan konseling soal ASI kepada para calon ibu
2. Menjadi pendengar yang baik
3. Membimbing ibu agar tahu masalah yang dialaminya
4. Mempraktekkan keterampilan menyusui yang benar
5. Saling berdiskusi atau melakukan komunikasi dua arah.
Nah, bermanfaat sekali bukan, kehadiran KL untuk ibu hamil atau ibu yang tengah menyusui?
Jadi jangan lupa, tanyakan pada rumah sakit tempat Anda akan bersalin, apakah mereka dapat menyediakan KL untuk Anda. Atau hubungi Sekretariat AIMI di (021) 78836417, 08211172 9931 setiap hari kerja, pukul 10.00 - 16.00 atau hari Sabtu pukul 08.00 - 12.00 WIB.
ADVERTISEMENT