Apa Masa Depan bagi Anak-anak Down Syndrome?

25 Maret 2018 10:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Revita Kinanti (16) selalu tersenyum saat ditanya soal hobinya. Dengan penuh percaya diri dia menjawab: “Menari! Aku ingin jadi penari jaipong.”
ADVERTISEMENT
Mengalami kelainan kromosom atau down syndrome, membuat Revita tak memiliki kemampuan emosional dan intelekual seperti anak-anak lain seusianya. Dia masih mengalami kesulitan untuk membaca dan kegiatan yang bersifat akademik lainnya.
Revita saat belajar di kelas (Foto: Rachmadin Ismail/kumparan)
Meski begitu, Revita masih punya cita-cita. Ada sisi lain dari dirinya yang menonjol. Putri kedua dari Dewinta (50) itu masih menyimpan keinginan kuat untuk jadi seorang penari, terutama penari jaipong.
Apakah Revita bisa mewujudkan keinginannya itu? Sang ibunda tentu berharap bisa. Namun terlepas dari cita-cita Revita sebagai penari, saat ini fokus utama keluarga adalah membentuk Revita agar bisa lebih mandiri.
“Kalau rencana saya sih nggak muluk-muluk ya. Yang penting dia bisa mandiri. Saya pengin juga dia berprestasi seperti saudaranya, jadi meskipun dia down syndrome ada yang bisa kita banggakan. Sekarang dia hobinya nari jaipong, mudah-mudahan ke depan dia bisa (mewujudkannya),” kata Dewinta saat berbincang dengan kumparan di Sekolah Luar Biasa Fitria, Ciawi, Bogor, beberapa hari lalu.
Revita (kanan) dan Ibundanya (kiri) (Foto: Rachmadin Ismail)
Di SLB Fitria, ada 53 murid berkebutuhan khusus. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya adalah pengidap down syndrome. Sisanya adalah anak-anak tuna rungu, tuna daksa, dan kebutuhan khusus lainnya.
ADVERTISEMENT
Maja, kepala sekolah SLB Fitria bercerita, anak-anak muridnya masih punya masa depan. Di sekolah, Maja dan para guru lainnya berusaha membantu mereka mewujudkan cita-cita tersebut.
Kepala Sekolah SLB Fitria Maja (Foto: Rachmadin Ismail)
Sejumlah metoda diterapkan untuk mendukung para siswa agar bisa belajar secara akademik sampai belajar mandiri. Bersama 8 guru lainnya, Maja berupaya membangkitkan semangat para murid dalam hidup, tak terkecuali juga para orang tuanya.
“Untuk pendekatan orang tua dengan guru itu yang harus diutamakan, karena dalam pembelajaran di sekolah dan di rumah itu harus sama. Jadi nanti saling menginformasikan, bahwa anak itu dapat mengerti dengan pembelajaran seperti apa. Jadi antara orang tua dan guru itu lebih dekat,” kata Maja.
Maja menceritakan salah seorang muridnya bernama Susilawati yang tuna rungu namun kini bisa meraih gelar sarjana dan menjadi guru. Susilawati kini mengajar di SLB Fitria dan dekat dengan anak-anak yang belajar di sana. “Dia lebih dekat dengan anak-anak dan bagus dalam penanganan murid,” imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan anak down syndrome? Sejauh ini, belum ada lulusan SLB Fitria yang mencapai tingkat SMA. Semua masih di level SD dan SMP. Namun Maja yakin, anak-anak down syndrome itu juga punya kesempatan yang sama, selama orang-orang di sekelilingnya terus memberikan kasih sayang dan dukungan.
“Saya pesan kepada seluruh orang tua, yang punya anak berkebutuhan khusus. Ini jangan dijadikan beban dan jangan menyalahkan siapa-siapa tapi rawatlah dengan baik, karena anak ini punya kesempatan untuk hidup sama dengan orang normal dan pengin hidup layak seperti orang lain,” pesan Maja.
Dunia Kerja Bagi Down Syndrome
Ilustrasi anak down syndrome. (Foto: Thinkstock)
Berbagai industri kini sudah banyak memberi kesempatan pada pengidap down syndrome dan anak berkebutuhan khusus lainnya. CNN pernah melaporkan, ada kafe di Wilmington, North Carolina, Amerika Serikat, yang memperkerjakan 40 orang staf berkebutuhan khusus. Beberapa di antaranya mengidap down syndrome, autis sampai cerebral palsy.
ADVERTISEMENT
Beberapa anak yang berkebutuhan khusus begitu gembira saat mendapat kesempatan tersebut. Ini adalah kesempatan bekerja pertama bagi mereka. Terbukti, kafe itu bisa berjalan dan tetap bisa mendapatkan keuntungan. Sejak dibuka pada Januari 2016, kafe itu mendapat banyak pelanggan, bahkan kini harus pindah ke area yang lebih besar.
Aktor dan aktris down syndrome. (Foto: Instagram @thelaurenpotter @pablopineda)
Ada juga kisah penderita down syndrome lainnya yang punya posisi penting di pemerintahan sampai perusahaan swasta. Misalnya Angela Bachiller, wanita asal Spanyol menjadi anggota dewan pemerintah pertama di dunia. Angela dipercaya oleh negaranya memegang Divisi Kesejahteraan Sosial sejak 2013.
Di Surabaya, ada Stephanie, perempuan kelahiran Surabaya, Jawa Timur, yang meraih segudang prestasi sebagai atlet. Dia pernah juara I di bidang renang gaya dada 50 meter Pekan Olahraga Nasional Special Olympic Indonesia 2010, gaya dada 50 meter Specual Olympics World Summer Games 2011 Athena di Yunani, hingga memecahkan rekor MURI bermain piano 22 lagu di tahun 2009, hingga pembawa obor Olimpiade London 2012.
5 anak down syndrome yang menginspirasi dunia. (Foto: Twitter/@Y2CIndonesia dan Instagram/@grzno/@Avitaaze)
Kisah Zhou-Zhou, pria asal Wuhan, China, yang terlahir down syndrome ini juga menarik. Pria kelahiran tahun 1978 ini mampu menjadi konduktor musik hebat di China dan kini ia memimpin Orkes Simfoni Nasional
ADVERTISEMENT
Dengan kisah-kisah inspiratif di atas, mimpi Revita untuk jadi seorang penari jaipong profesional rasanya tinggal menunggu waktu saja. Jika masa itu tiba, mari kita menyaksikannya bersama.