Arini Subianto, Kisah Pergulatan Single Mom

20 Desember 2017 13:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ucapan itu dilontarkan Arini Subianto saat berbincang dengan kumparan di kantornya, Persada Capital, Menara Kadin Lantai 10, Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (12/12).
Nama Arini baru-baru ini melejit setelah Forbes memasukkannya ke dalam deretan 50 orang terkaya di Indonesia. Dengan total kekayaan ditaksir Rp 11 triliun, ia bak ratu yang memerintah “kerajaan” Persada Capital Investama.
Namun, di balik layar, hidup Arini tak semulus sangkaan sebagian orang. Sebaliknya, ada perjuangan berat yang harus ia tempuh sebagai seorang single mom.
Kecelakaan yang merenggut nyawa sang suami, Direktur Adaro Andre Mamuaya, pada 2012 mengubah segalanya. Arini yang biasa lepas dari urusan bisnis keluarganya, mau tak mau jadi berpikir jauh ke depan.
“Langkah-langkah apa yang harus diambil jika salah satu dari kami enggak ada,” kata Arini.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, didukung seluruh anggota keluarga, Arini mulai mempelajari seluk-beluk bisnis keluarganya. Dan saat sang ayah, konglomerat Benny Subianto, wafat pada Januari 2017, Arini mengambil alih kendali perusahaan.
Hari-hari Arini tak melulu urusan bisnis. Ia juga berjuang menjadi single parent bagi kedua putranya yang kini beranjak remaja. Bukan soal mudah membesarkan sepasang putra yang kehilangan sosok ayah.
Tanpa keluarga besarnya, apalah jadinya hidup Arini. Mereka amat membantu dia dan anak-anaknya melewati masa sulit pasca-Andre meninggal.
“Alhamdulillah, saya secara fisik dekat dengan anggota keluarga yang lain. Kami tinggal di satu kompleks kecil. Jadi saat suami saya meninggal, seluruh support system langsung merangkul kami bertiga,” kata Arini.
Arini dan keluarganya sepakat, setelah suaminya meninggal, jangan sampai anak-anaknya merasakan perubahan besar dalam hidup mereka selain sosok ayah yang tiada
ADVERTISEMENT
“Semua harus berjalan senormal mungkin,” ujar Arini.
Saat itu, untuk menggantikan sosok ayah bagi kedua putranya, ayah Arini--Benny Subianto--dan kedua iparnya, masuk mengisi peran.
Itu tentu saja bukan jaminan semua berjalan serbamulus. Kadang Arini merasa down. Dan ada saat-saat itulah, peran dia bagi anak-anaknya digantikan sementara oleh kedua adik dan ibunya.
Kebetulan, kedua anak Arini sama-sama sibuk sekolah, serupa ibu mereka sibuk di dunia bisnis. Kedua putra Arini biasanya pulang ke rumah menjelang magrib. Sehingga magrib hingga malam, mereka baru bersama sang ibu di rumah.
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Arini hampir selalu menolak undangan dinner di luar karena ingin makan malam bersama kedua putranya di rumah. Duduk di meja makan bersama adalah quality time mereka.
ADVERTISEMENT
Arini juga sebisa mungkin menghabiskan waktu akhir pekan di rumah. “Sabtu-Minggu kalau bisa ada di rumah. Meski kami (Arini dan anak-anak) sibuk sendiri-sendiri, entah dengan laptop atau apa, tapi bagi saya, penting bagi mereka untuk tahu bahwa secara fisik, saya ada di rumah, dekat mereka. Dan jika sewaktu-waktu mereka butuh, tinggal panggil saya.”
Jika tak di rumah Sabtu-Minggu, Arini ikut anak-anaknya berkegiatan di luar. Kebetulan, kedua putranya terhitung aktif di sekolah. Si sulung senang dengan segala aktivitas olahraga, sedangkan si bungsu menyukai musik dan teknologi.
Mereka sering mengikuti beragam turnamen atau kompetisi di akhir pekan, dan Arini selalu hadir memberikan dukungan langsung.
“Jadi enggak ada (kebiasaan weekend) bangun siang. Karena kalau nemenin (anak-anak) kan banyak yang disiapkan. Bulan ini jadi basketball mom, awal tahun depan jadi soccer mom,” kata Arini.
ADVERTISEMENT
Dengan segala kesibukan membagi peran antara urusan bisnis dan keluarga, lalu apakah Arini punya waktu untuk diri sendiri?
Harus, tegas Arini.
“Waktu buat saya itu pagi, setelah anak-anak sekolah dan sebelum saya berangkat (kerja), Jadi enggak ada gangguan,” ujar Arini.
Me time tersebut ia manfaatkan untuk melakukan pilates, olahraga untuk menjaga kelenturan dan fleksibilitas tubuh yang sudah ia jalani sejak sembilan tahun lalu. Inilah salah satu hal yang membuat Arini tetap bugar meski digempur banyak aktivitas.
Biasanya, ia akan memulai pilates sekitar jam 6.30 pagi, baru kemudian menikmati kesendirian sambil menyesap segelas kopi sebelum mulai beraktivitas.
“Itu pagi, karena kalau sudah malam, enggak akan bisa. Pasti ada saja masalah. Entah mengurus pembantu, mengurus rumah, dan segala macam,” kata Arini.
ADVERTISEMENT
Apalagi setelah ayahnya meninggal Januari lalu, Arini jika kebetulan pulang cepat dari kantor, akan meluangkan waktu berkunjung ke rumah ibunya yang terletak tak jauh dari rumahnya sendiri, entah untuk sekadar menonton televisi atau mengobrol.
“Yang penting, menemani. Kami bertiga (Arini dan kedua adiknya) ganti-gantian.”
Arini Subianto, wanita terkaya di Indonesia. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Menyeimbangkan waktu kerja di luar rumah dengan waktu untuk keluarga, dan menjaga diri tetap segar waras di tengah timbunan agenda, memang tak mudah. Oleh sebab itu, Arini setidaknya punya dua prinsip.
Pertama, harus berani membuat keputusan dan berani bilang “tidak”. Ini misalnya jika menerima undangan untuk kopi darat dengan teman-teman. Tak semua ajakan meetup itu harus diiyakan, sebab bisa-bisa tak ada habisnya.
“Ada teman TK, SD, SMP, SMA, kuliah. Kadang-kadang, kalan bertemu kan agak makan waktu. Dengan kondisi jalanan di Kuningan seperti sekarang, paling sedikit akan makan waktu satu jam. Belum lagi ketika bertemu, enggak mungkin cukup satu-dua jam. Kalau sudah begitu, nanti pulangnya terlalu larut, anak-anak sudah tidur,” kata Arini.
ADVERTISEMENT
Jadi ketimbang bertemu langsung, komunikasi via ponsel dengan teman-teman menjadi pilihan Arini. “Jangan pernah merasa FoMO--fear of missing out. You have to make your choices,” tegasnya.
Kedua, yang tak kalah penting: memiliki me time konsisten.
Itu cara Arini. Bagaimana dengan anda?
Kerajaan Bisnis Arini Subianto. (Foto: Bagus Permadi/kumparan)
Video wawancara lengkap Arini Subianto dapat anda simak di sini.