Baru Melahirkan Caesar, Chitra dan Bayinya Selamat dari Gempa

2 Oktober 2018 9:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bayi kembar Menzy dan Chitra, warga terdampak gempa Palu - Donggala. (Foto: Dok. Menzy Ganofa)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi kembar Menzy dan Chitra, warga terdampak gempa Palu - Donggala. (Foto: Dok. Menzy Ganofa)
ADVERTISEMENT
Gempa disusul tsunami menerjang Sulawesi Tengah, pada Jumat lalu (28/9). Pusat gempa di kedalaman 10 kilometer timur laut Donggala, Sulawesi Tengah berkekuatan 7,4 magnitudo itu, berdampak terhadap empat daerah di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
"Wilayah daerah terdampak gempa dan tsunami meliputi: Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong, Gubernur Sulawesi Tengah telah menetapkan masa tanggap darurat selama 14 hari, dari 28 September 2018 sampai 10 Oktober 2018," tulis Andri Murdianto, koordinator Crisis Center Dept of Rumah Zakat, Minggu (30/9).
Namun tidak hanya sampai di daerah tersebut, guncangan kencang terasa hingga Kota Mamuju, Sulawesi Barat, sekitar 300 km dari dari Kota Palu. Di sanalah seorang ibu bernama Chitra Dewi Said baru saja melahirkan bayi kembarnya. Jahitan di perutnya masih basah karena operasi caesar, lengannya masih diinfus.
Ditemani suami, anak kedua, dan tantenya, Chitra terbaring lemah di lantai 3 RS Mitra Manakkara, Mamuju, saat gempa mengguncang bumi.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparanMOM (1/10), suami Chitra, Menzy Ganofa, menceritakan detik-detik mendebarkan saat menyelamatkan Chitra dan bayi kembarnya. Menzy mengatakan saat itu ia sudah pasrah namun tetap berusaha sekuat tenaga menyelamatkan anak-anak dan istrinya.
Kelima anak Menzy dan Chitra, warga terdampak gempa Palu - Donggala. (Foto: Dok. Menzy Ganofa)
zoom-in-whitePerbesar
Kelima anak Menzy dan Chitra, warga terdampak gempa Palu - Donggala. (Foto: Dok. Menzy Ganofa)
Ayah dari lima anak itu berkisah, ia sedang buang air di toilet rumah sakit saat mulai merasakan guncangan kencang. Buru-buru Menzy keluar untuk mengecek istri, bayi, dan anak-anaknya. Di luar kamar ia melihat orang-orang sudah berlarian keluar dari gedung sambil berteriak panik.
“Waktu itu menjelang Maghrib," tutur Menzy, "Saya ambil satu bayi dan gandeng anak kedua saya turun lewat tangga karena lift sudah enggak bisa dipakai. Tante gendong bayi satu lagi. Anak pertama dan ketiga tidak ikut ke rumah sakit."
ADVERTISEMENT
"Ketika kami sampai di lantai 2, saya ingat istri, enggak mungkin saya tinggal sendirian. Lalu saya tanya ke tante, bisa enggak gendong dua bayi. Saat itu saya udah enggak lihat anak saya yang sudah lari duluan,” papar Menzy saat dihubungi pada Senin (01/9).
Setelah Menzy kembali ke kamar di lantai 3, ia mencoba menggendong istrinya. Namun Chitra menangis dan teriak kesakitan karena luka di perutnya tertekuk. Alih-alih memikirkan keselamatannya, Chitra malah meminta Menzy untuk turun mencari anak-anaknya.
“Gempanya terasa lama sekali. Saya dan istri malah berdebat karena panik. Dia ingin saya turun cari anak-anak. Saya juga sangat khawatir sama anak saya yang lari sendiri, dia baru delapan tahun, takut terinjak atau apa. Tapi saya enggak bisa tinggal istri saya sendiri,”
Kondisi di Kota Palu setelah terkena gempa dan tsunami. (Foto: Dok. ACT)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi di Kota Palu setelah terkena gempa dan tsunami. (Foto: Dok. ACT)
Kepanikan Menzy dan Chitra bertambah begitu lampu padam. Mereka hanya bisa pasrah menghadapi maut dan terus berdoa. Di saat itulah mereka mendengar suara suster yang teriak bahwa lantai 3 sudah kosong. Ternyata hanya Menzy dan istri yang tersisa di lantai itu.
ADVERTISEMENT
“Begitu tahu masih ada kami, suster itu langsung turun minta bantuan. Kami cuma bisa pasrah. Lalu datang dua orang satpam bantu kami,” kenang Menzy.
Seprai tempat Chitra berbaring kemudian dijadikan tandu darurat. Menzy dan dua satpam itu mengangkat ujung seprai agar luka Chitra tidak tertekuk. Dengan selamat, akhirnya mereka tiba di lokasi evakuasi, parkiran rumah sakit.
Di sanalah Menzy dan Chitra merasa lega melihat bayi kembar dan anak keduanya selamat. Namun mereka masih memikirkan dua anaknya yang ditinggal di rumah bersama mertua dan adik iparnya.
"Saat itu guncangan gempa masih terasa, Mbak, warga masih berhamburan panik. Terus ada isu tsunami," cerita Menzy lagi sambil menjelaskan bahwa rumahnya hanya berjarak 1 km dari bibir laut, “Kami bertahan di lokasi evakuasi sekitar 20 menit. Lalu saya memutuskan membawa keluarga pulang ke rumah. Begitu sampai, kompleks sudah kosong!"
Ilustrasi Anak di Palu Pasca Tsunami (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak di Palu Pasca Tsunami (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)
Ternyata, warga perumahan Menzy dan Chitra sudah mengungsi ke lapangan yang letaknya lebih tinggi. Dengan kondisi Chitra dan bayi kembarnya, tak mungkin mereka menyusul ke sana.
ADVERTISEMENT
Tsunami akhirnya tidak menghantam Mamuju dan kerusakan yang dilami bisa dibilang tidak begitu parah dibandingkan daerah lainnya. Menzy dan seluruh anggota keluarganya pun telah berkumpul kembali di rumah mereka. Namun kejadian ini menjadi momen tak terlupakan bagi Menzy dan Chitra.
“Baru kali ini saya harus memilih untuk menjaga anak atau menyelamatkan istri. Pasrah karena merasa maut menghampiri,” jelas Menzy, "Kalau keluarga kami saja sudah seperti ini rasanya, apalagi mereka yang kena Tsunami?"