Begini, Cara agar Game sebagai Media Pembelajaran Anak Bisa Berhasil

4 Maret 2018 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekolah Dasar (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Sekolah Dasar (Foto: Thinstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketika menerangkan materi ajar baru, baik orang tua maupun guru suka menyampaikan pada anak lewat metode permainan (game). Misalnya, untuk belajar menghitung, Anda menggunakan buah-buahan sebagai media ajar.
ADVERTISEMENT
Tentu saja bisa menjadi menyenangkan, anak bebas dari rasa tegang seperti sedang berada di dalam kelas. Meskipun begitu, kerapkali terdapat kesalahan yang sering dilakukan oleh pengajar, maupun orang tua saat mengenalkan game pada anak.
Sesi Ngobrol Game dalam Dunia Pendidikan Anak (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sesi Ngobrol Game dalam Dunia Pendidikan Anak (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
"Game dan konten pembelajaran itu ibarat makan soto dan nasi. Game adalah soto, sedangkan konten itu nasi. Gimana jadinya kalau soto semangkuk ditumpahi nasi sebakul besar? Bukan soto nasi jadinya, tapi nasi basah," kata Eko Nugroho, Game-based Learning Expert Indonesia di acara Ngobrol Game yang dihadiri juga para pengajar se-Jabodetabek di Code Margonda, Depok pada Sabtu (3/2).
Sederhananya, jadi tidak berimbang. Bisa-bisa, game tersebut bukannya membuat anak lebih mudah mengerti, tapi justru semakin membuat bingung.
Acara Ngobrol Game  dalam Dunia Pendidikan Anak (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Acara Ngobrol Game dalam Dunia Pendidikan Anak (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
KumparanMom (kumparan.com) merangkum hal-hal yang sebaiknya tidak perlu dilakukan para pengajar atau orang tua ketika akan menjadikan game sebagai media pembelajaran anak, sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Mengabaikan Teknik 'Soto Asin'
Eko menyebut, game sebagai pembelajaran bisa dianggap berhasil jika dapat membuat anak terpancing 'menambah' porsi nasi, yang berarti konten secara sukarela. Singkatnya, game semestinya bisa menstimulasi anak agar dapat lebih mengerti dan belajar lebih baik. Prinsipnya, berikan secara berimbang. Pecah-pecahlah materi ajar yang kompleks, secara sederhana menggunakan analogi atau permainan, sehingga mudah dimengerti anak.
Tidak menghargai proses
com-Mainan Anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Mainan Anak (Foto: Thinkstock)
Satu hal yang tak kalah penting, keberhasilan game sebagai pembelajaran bukan menjadikan anak langsung juara saat ujian. Tapi, mesti menghargai proses. Ada proses berpikir, berdiskusi, memahami hingga bisa bernalar kritis.
Itu semua adalah proses yang perlu dimengerti pengajar, termasuk Anda sebagai orang tua. Hargai proses belajar anak, serta sesuaikan dengan kemampuannya, Moms.
ADVERTISEMENT
Selamat belajar dengan cara menyenangkan!