Berkat Dongeng, Anak-anak Korban Gempa Lombok Kembali Tertawa

21 November 2018 10:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antusiasme anak-anak mendengar dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan )
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme anak-anak mendengar dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan )
ADVERTISEMENT
Gempa meluluhlantakan banyak bangunan di Lombok, Nusa Tenggara Barat, awal Agustus lalu. Artinya, sudah 3 bulan peristiwa itu berlalu. Meski begitu ingatan dan trauma sewaktu gempa masih tertinggal pada benak para korban, terutama bagi anak-anak.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, kumparanMOM berkesempatan terbang ke Lombok pada 16-18 November 2018 untuk mengunjungi anak-anak korban gempa dan melihat bagaimana satu usaha yang tampaknya sederhana dapat berdampak luar biasa: mengembalikan tawa mereka!
Ya, pada Sabtu (17/11), Kerajaan Dongeng Indonesia dan Ayo Dongeng Indonesia, mengadakan Festival Dongeng Lombok 2018, untuk yang pertama kalinya di Museum Negeri NTB.
Pendongeng dari Kerajaan Dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendongeng dari Kerajaan Dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
"Kami ingin melestarikan kembali kebiasaan bercerita dan mendongeng yang merupakan tujuan dari kegiatan ini. Ada di antara anak-anak ini yang termasuk korban gempa, kalau kami perhatikan sudah berangsur-angsur bahagia karena sudah sering kami kunjungi untuk menghiburnya lewat dongeng," kata Herman Husdiawan, ketua Kerajaan Dongeng.
Kerajaan Dongeng itu sendiri merupakan kegiatan kesukarelaan para relawan untuk berbagi semangat melalui cerita, yang berikhtiar menjadi jalan tercapainya mimpi dan harapan anak-anak Indonesia.
Ibu Gubernur NTB, Niken Zulkiflimansyah mendongeng di Festival Dongeng Lombok 2018 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Gubernur NTB, Niken Zulkiflimansyah mendongeng di Festival Dongeng Lombok 2018 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Turut hadir pula Ibu Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Niken Zulkiflimansyah. Bagi Niken dalam sambutannya, ia sangat mengapresiasi dan mendukung acara positif ini.
ADVERTISEMENT
Niken pun turut memberi dongeng kepada para peserta yang terdiri dari anak-anak usia sekolah dasar dan para orang tua yang menemani. Isi dongengnya tentang anak yang semula sedih, tapi kemudian tidak sedih lagi karena temannya mengajak pergi ke acara Festival Dongeng Lombok, yang tengah berlangsung itu.
Antusiasme para peserta di Festival Dongeng Lombok 2018 foto bersama Ibu Gubernur NTB.
 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme para peserta di Festival Dongeng Lombok 2018 foto bersama Ibu Gubernur NTB. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Kemudian tampilan berikutnya dipersembahkan oleh Pendongeng Bintang Nutricia, yang bercerita tentang kelinci, jerapah dan zebra yang sedang bermain, tapi kelinci tampak kurang sehat.
Kemudian, jerapah dan zebra membantu mencari makanan sehat buat kelinci seperti ada pepaya, brokoli, nasi dan makanan lainnya. Bukan cuma makanan sehat, tapi juga diberitahu pula aturan makan yang benar, agar benar-benar bisa sehat kembali.
Pendongeng Bintang Nutricia di Festival Dongeng Lombok 2018.
 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendongeng Bintang Nutricia di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Anindita Saraswati Dwiwinanta, External Communication for ELN and Medical Nutrition Danone Indonesia serta mewakili pendongeng Bintang Nutricia menjelaskan, pendongeng Bintang Nutricia merupakan para karyawan dari berbagai divisi seperti IT, sales hingga corporate communication di kelompok usaha Danone, yang bekerja sama dengan Ayo Dongeng Indonesia. Tujuannya ingin menghibur ana-anak pascagempa serta mengedukasi tentang nutrisi lewat dongeng. Keren, ya!
Antusiasme anak-anak saat mendengar dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Antusiasme anak-anak saat mendengar dongeng di Festival Dongeng Lombok 2018. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
"Anak-anak kan unik, mereka kalau langsung dipaparin fakta tentang makanan sehat itu mesti ini mesti itu tidak bisa, jadi perlu pakai cara yang menyenangkan," ujar Anindita.
ADVERTISEMENT
Setelah mempersembahkan dongeng di Museum NTB, rombongan media bersama pendongeng Bintang Nutricia bertolak ke salah satu lokasi pengungsian di Dusun Jelateng, Kecamatan Linsar, Lombok Barat.
Pendongeng Bintang Nutricia mendongeng di Bale Kerajaan Dongeng, Dusun Jelateng
 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pendongeng Bintang Nutricia mendongeng di Bale Kerajaan Dongeng, Dusun Jelateng (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Sesampainya di sana, tepatnya di Bale Kerajaan Dongeng, bukan cuma mendongeng, pendongeng Bintang Nutricia juga mengajak anak-anak untuk menari dan bersenda gurau. Selain itu, para anak-anak pengungsian juga menampilkan berbagai tampilan seperti tari-tarian, drama dan membaca puisi.
Tampilan tarian oleh anak-anak pengungsi di Dusun Jelateng
 (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan tarian oleh anak-anak pengungsi di Dusun Jelateng (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Foto bersama para anak-anak pengungsi dan pendongeng Bintang Nutricia di Bale Kerajaan Dongeng. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama para anak-anak pengungsi dan pendongeng Bintang Nutricia di Bale Kerajaan Dongeng. (Foto: Fina Prichilia/kumparan)
Semua anak terlihat bahagia dan tertawa setiap kali mendengar dongeng oleh kakak-kakak dari Kerajaan Dongeng dan Bintang Nutricia.
Adapun hingga kini, Lombok masih sering terjadi gempa-gempa berkekuatan kecil dan bencana alam lainnya. Selain itu pula, masih banyak masyarakat Jelateng yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Di lokasi ini contohnya, tenda pengungsian baru-baru ini dilanda banjir akibat curah hujan yang deras, lantas membuat pengungsi sementara mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi atau ke pulang ke rumah mereka yang telah rusak akibat gempa, tapi masih bisa dijadikan tempat berteduh sementara sambil menunggu banjir surut.
ADVERTISEMENT
Di samping itu ada yang menarik, yakni cerita dari salah seorang pengungsi yang melahirkan bayi perempuan dan memiliki panggilan nama Gempita. "Itu karena beberapa hari setelah ia lahir, terjadi gempa. Nama Gempita biar jadi kenangan (tentang gempa) dan bisa diceritakan ke orang lain kalau ia sudah besar nanti," kata sang ibu kepada kumparanMOM.