Bilamana Tenaga Medis Perlu Memeriksa Payudara Anda?

25 Januari 2018 19:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dokter (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Pelaku pelecehan seksual memang tidak kenal waktu dan tempat. Begitu merajalelanya sampai membuat kita kadang sulit percaya saat mendengar tindak bejat seperti ini dapat terjadi juga di tempat-tempat yang tidak kita duga.
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual yang terjadi di rumah sakit pada seorang pasien perempuan di National Hospital Surabaya hari Selasa, 23 Januari 2018 lalu. Payudara perempuan itu diremas oleh perawat pria saat korban usai menjalani operasi kandungan dan masih dalam keadaan lemah tak berdaya.
Apakah pelecehan ini ada hubungannya dengan operasi kandungan yang telah dijalaninya? Jelas tidak! Pemeriksaan payudara seharusnya hanya dilakukan ketika memang ada keluhan atau masalah pada payudara.
Berikut, kumparanMom (kumparan.com) memberikan beberapa contoh kondisi medis saat payudara Anda perlu diperiksa dan bagaimana caranya:
Skrining Tumor, Kista atau Kanker Payudara
Untuk mengetahui ada tidaknya tumor, kista atau kanker di payudara, ada beberapa jenis pemeriksaan yang dapat Anda jalani.
ADVERTISEMENT
Pertama adalah melakukan pemeriksaan payudara dengan tangan. Ini sebenarnya bisa dilakukan oleh Anda sendiri dengan mengikuti serangkaian langkah yang dikenal dengan SADARI (Periksa Payudara Sendiri).
Langkah-langkah ini antara lain terdiri dari tindakan meraba dan menekan payudara juga puting dengan gerakan serta posisi tertentu untuk merasakan benjolan yang tidak wajar. Sehingga jelas berbeda dengan gerakan meramas payudara atau menyentuh puting biasa.
Yang kedua adalah Mamografi, yaitu pemeriksaan payudara dengan menggunakan sinar-X. Pemeriksaan ini dilakukan di ruang radiologi dan tenaga medis tidak perlu melakukan sentuhan atau pemeriksaan fisik pada Anda.
Saat melakukan Mamografi, Anda akan diminta untuk berdiri di depan mesin sinar-X lalu menekankan kedua payudara Anda pada dua buah pelat hingga payudara datar. Terkait dengan posisi payudara pada pelat ini, petugas mungkin akan menyentuh, menekan hingga menarik payudara Anda agar saat pengambilan gambar otot-otot di sekitar payudara dapat ikut terekam.
ADVERTISEMENT
Yang ketiga, USG payudara. Ketika akan melakukan USG, dokter umumnya akan memeriksa payudara pasien terlebih dahulu seperti meraba dan menekan payudara dengan gerakan tertentu (hampir seperti SADARI).
Setelah itu, dokter akan mengoleskan gel konduktif pada payudara untuk selanjutnya memeriksa kondisi payudara dengan menggunakan transduser sebagai pengirim dan penerima gelombang suara berfrekuensi tinggi.
USG payudara hanya dilakukan oleh dokter spesialis radiologi, bukan bidan atau perawat. Mengapa? Karena perawat atau bidan tidak memiliki kompetensi dan wewenang klinis untuk melakukan USG.
Bagaimana dengan dokter kandungan?
Dokter kandungan bisa saja memeriksa payudara atau puting Anda pada beberapa kasus khusus. Misalnya pasien dengan keluhan tidak menstruasi namun tidak hamil, dokter akan memeriksa puting pasien untuk mengetahui apakah ada susu yang keluar. Bila tidak hamil tapi puting mengeluarkan susu, bisa saja ini tanda adanya hormon prolaktin yang tinggi yang disebabkan oleh tumor hipofise.
ADVERTISEMENT
Yang keempat, MRI payudara, tes yang menggunakan magnet dan gelombang radio untuk melihat kelainan pada payudara. Saat pemeriksaan MRI, perawat atau tenaga medis juga tidak perlu menyentuh payudara Anda.
Kalaupun ada kontak fisik, mungkin hanya untuk memasang infus atau membantu memposisikan tubuh Anda agar benar dan sesuai sebelum memasuki mesin MRI. Umumnya, pemeriksaan MRI dilakukan bila ketiga cara pemeriksaan tersebut sebelumnya sudah dianggap tidak memadai.
Ilustrasi ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
Saat Ada Masalah Menyusui
Seorang konselor laktasi akan memeriksa payudara Anda bila ditemukan masalah dalam menyusui. Misalnya bila terjadi patologis masstitis, infeksi pada satu atau lebih saluran payudara yang banyak terjadi pada ibu menyusui. Selain konselor laktasi yang bersetifikat, pemeriksaan ini juga dapat dilakukan oleh bidan atau perawat dengan level kompetensi tertentu.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan lain payudara Anda diperiksa atau disentuh oleh tenaga medis adalah saat ada masalah menyusui yang terkait dengan pelekatan. Pelekatan adalah letak mulut bayi pada payudara ibu ketika menyusu.
Pelekatan penting karena bila kurang tepat dapat menyebabkan kesakitan pada ibu serta kesulitan untuk bayi minum ASI secara optimal sehingga mengganggu tumbuh kembangnya. Selain bidan dan perawat yang berkompetensi, dokter spesialis anak umumya juga dapat membantu Anda mengatasi masalah pelekatan ini.
Lalu bagaimana bila yang memeriksa Anda adalah dokter, bidan atau perawat laki-laki?
Tak perlu khawatir, Moms. Hak Anda sebagai pasien dilindungi oleh undang-undang, tanpa memandang gender tenaga medis yang merawat Anda.
Bila yang memeriksa Anda dokter laki-laki, Anda berhak didampingi keluarga atau perawat wanita. Pendampingan ini berlaku juga untuk pemeriksaan fisik lainnya -terutama pemeriksaan vaginal. Dalam UU Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 53 pun jelas disebutkan bahwa pasien berhak atas persetujuan tindakan medis.
ADVERTISEMENT
Sementara pada UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 4-8 tertulis setiap orang berhak atas pelayanan kesehatan yang aman dan berhak menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan.
Artinya, bila Anda merasa tidak nyaman atau ragu dengan tindakan yang diberikan tenaga medis terhadap Anda, tolak saja! Atau tanyakan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis tersebut sebagaimana dimaksud dalam pasal 45 ayat 3 undan-undang yang sama.
Jika Anda punya pengalaman atau pernah mendengar tindakan pelecehan seksual terkait pemeriksaan medis lainnya, jangan ragu untuk menyampaikan di kolom komentar di bawah ini ya, Moms.
Selanjutnya, yuk, teruskan artikel ini pada sebanyak mungkin teman dan keluarga Anda.
Bila lebih lebih banyak orang yang waspada tentu angka pelecehan seksual dapat berkurang juga. Jangan diam saja!
ADVERTISEMENT