Cara Mengasuh Anak Introvert

15 Februari 2018 10:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak introvert. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak introvert. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Kepribadian setiap orang berbeda-beda. Salah satu tipe kepribadian yang paling sering dibicarakan adalah kepribadian introvert dan ekstrovert.
ADVERTISEMENT
Ekstrovert dan introvert sebenarnya adalah istilah yang awalnya disebut extrosive dan introversive dan diungkapkan oleh Carl Jung, seorang ahli psikoanalis. Kedua istilah ini memiliki kaitan yang erat dengan bagaimana sikap seseorang saat menghadapi sebuah situasi atau menghadapi suatu masalah.
Mereka yang masuk ke dalam kategori extrosive, biasanya cenderung melihat ke arah luar dirinya, mengeluarkan energi, dan mengambil pandangan-pandangan dari luar dirinya. Sehingga tindakan-tindakan mereka pun cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya alias pengaruh eksternal.
Mereka yang ekstroversive juga cenderung lebih banyak memberikan pendapat, menerima pendapat dari luar, dan lebih mampu dalam berpikir objektif, serta akan jauh lebih mudah dalam menerima sesuatu.
Sebaliknya, mereka yang termasuk introversive, cenderung memusatkan energi ke dalam dirinya sendiri, tidak mengeluarkannya, dan memendamnya. Mereka cenderung pendiam, terlihat tidak mau berteman dan cenderung subjektif terhadap berbagai macam hal. Selain itu, mereka tidak mudah terbuka dengan orang lain dan terkadang sulit menerima pendapat ataupun dorongan dari dunia luar atau pihak lain.
ADVERTISEMENT
Kedua kecenderungan ini juga berlaku pada anak. Sehingga tidak jarang, orang tua yang memiliki anak introvert merasa khawatir.
Tapi apakah anak yang memiliki kepribadian introvert itu buruk? Tentu tidak. Introvert bukan penyakit lho, Moms. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan yang spesifik dalam mengasuh anak yang memiliki kepribadian introvert.
Berikut penjelasannya:
1. Yakinkan Anak Bahwa Dirinya Tidak Aneh atau Memalukan
Jadi jika anak merasa minder dan tidak percaya diri, katakan pada mereka bahwa orang-orang sukses seperti Bill Gates, Emma watson, Mother Teresa dan Mahatma Gandhi adalah orang-orang yang sukses dan dikenal oleh banyak orang, meski dirinya memiliki sikap yang introvert.
2. Pahami Penyebab Kondisi Emosinya
ADVERTISEMENT
Otak introvert dan ekstrovert menggunakan jalur neurotransmitter yang berbeda. Cara penyampaian emosi anak introvert dan ekstrovert juga berbeda dari sistem saraf mereka.
Dikutip dari laman Quite Trev, sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Journal Of Neuroscience menemukan bahwa anak-anak yang introvert memiliki emosi yang lebih besar ketimbang anak dengan sikap ekstrovert.
Jadi jika anak Anda cenderung lebih berhati-hati dan pendiam daripada teman sebaya yang ekstrovert, yakinlah bahwa ada alasan biologis untuk itu.
Ilustrasi anak introvert. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak introvert. (Foto: Thinkstock)
3. Perkenalkan Anak Dengan Orang Baru secara Perlahan
Anak yang memiliki sikap introvert biasanya sering merasa cemas dan juga terbebani jika berada dalam lingkungan yang baru. Jika Anda hendak menghadiri acara-acara tertentu, usahakanlah untuk datang lebih cepat agar anak merasa nyaman berada di tempat itu.
ADVERTISEMENT
Datang lebih cepat juga membuat anak merasa sudah lebih 'memiliki' ruangan atau acara tersebut dibandingkan dengan orang lain yang datang kemudian. Ini dapat membuatnya lebih nyaman dan percaya diri.
Selain itu, Anda juga bisa meminta anak untuk berdiri dekat dengan Anda. Biarkan anak melihat Anda bercengkrama dengan orang-orang sekitar. Secara tidak langsung sebenarnya Anda sedang menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja dan mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
4. Jangan Paksa Anak untuk Berubah
Biarkan anak belajar menjadi terbuka dan tidak jadi pemalu lagi secara perlahan atau dengan temponya sendiri. Semakin Anda memaksa anak untuk berubah, semakin banyak juga tekanan yang anak dapatkan.
Jangan sampai karena paksaan Anda, anak justru memandang Anda tidak mau menerima kondisi mereka apa adanya.
ADVERTISEMENT
5. Bantu Anak Menumbuhkan Gairah Hidupnya
Menurut Christine Fonseca, penulis Quiet Kids, anak Anda mungkin memiliki minat yang intens dan bahkan mungkin unik. Maka, berilah anak kesempatan untuk mengejar minat tersebut.
Keterlibatan yang intens dalam suatu aktivitas tidak hanya membawa kebahagiaan, kesejahteraan, dan kepercayaan diri, namun juga memberi anak Anda kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain yang memiliki hasrat serupa.