Cara Sederhana Mendidik Anak untuk Disiplin

20 Desember 2018 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ketegangan hubungan antara anak dan orang tua
 (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ketegangan hubungan antara anak dan orang tua (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya, baik itu dari asupan yang dimakan anak, sampai perilaku mereka sehari-hari. Salah satu perilaku yang penting diajarkan pada anak adalah disiplin, Moms. Harus diakui, mendidik anak disiplin memang bukan perkara mudah. Anda tentu butuh kesabaran tinggi untuk membiasakan anak menerapkan perilaku disiplin.
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak tantrum mengamuk hingga menangis meraung-raung atau menjerit (Foto: Shutterstock)
Tapi tenang saja, Moms, meski bukan pekerjaan yang mudah, tapi jika dilakukan dengan serius dan teratur, mendisiplinkan anak bisa jadi sangat sederhana. Jika selama ini anak Anda kerap melakukan hal-hal yang tidak sesuai aturan, maka hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah mencari tahu penyebabnya. Misalnya saja apakah perilaku tersebut dilakukan anak karena mencontoh anggota keluarganya di rumah. Jika ya, Anda bisa hilangkan penyebabnya, Moms. Beberapa perilaku buruk dapat dicegah, selama Anda dapat mengantisipasi apa yang menjadi pemicu perilaku buruk anak, dan mengetahui bagaimana cara mengatasi pemicu tersebut.
ADVERTISEMENT
Kedua, lakukan dengan konsisten. Menurut Claire Lerner, Direktur Pengasuhan di Zero to Three (lembaga nirlaba nasional yang mempromosikan perkembangan bayi dan balita sehat), respons orang tua terhadap tingkah laku anak haruslah konsisten dan tidak berubah-ubah.
Ilustrasi ibu dan anak. (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak. (Foto: Thinkstock )
"Antara usia 2 dan 3, anak-anak bekerja keras untuk memahami bagaimana perilaku mereka mempengaruhi orang-orang di sekitar mereka," kata Claire Lerner, LCSW, seperti dikutip laman Parents.
Misalnya, ketika anak sengaja melemparkan barang ke sembarang tempat, tindakan yang paling tepat adalah menegur dan memberitahu anak bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan. Tapi jika keesokan harinya Anda tidak menegur anak ketika mereka kembali melempar barang, maka hal ini bisa membuat anak jadi tidak peduli dengan teguran yang Anda berikan.
ADVERTISEMENT
“konsisten adalah kuncinya, jadi jangan sampai tidak tegas dengan diri sendiri, ” tambah Claire.
Ilustrasi ibu dan anak (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu dan anak (Foto: Shutterstock)
Ketiga, jangan mudah terpancing emosi, Moms. Ya, tentu sangat sulit untuk tetap tenang ketika melihat anak Anda tidak pernah mau membereskan mainannya sendiri. Tapi, jangan terpancing emosi, Moms. Hal itu merupakan salah satu cara paling baik untuk menerapkan sikap disiplin pada anak.
"Ketika seorang anak dibanjiri dengan suasana hati orang tua yang negatif, dia akan melihat emosi dan tidak akan mendengar apa yang Anda katakan," jelas William Coleman, MD, profesor pediatri di University of North Carolina Medical School, Amerika Serikat kepada Parents.
Tidak perlu dengan bentakan atau bahkan pukulan, cukup dengan mengajak anak berbicara empat mata. Ajak mereka berbicara dengan singkat, cepat, tegas dan serius saat menyampaikan teguran.
Ilustrasi anak berbohong  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak berbohong (Foto: Thinkstock)
Yang terakhir, tetaplah positif. Tidak peduli seberapa frustasinya perasaan Anda tentang perilaku anak yang tidak disiplin, jangan pernah keluhkan hal ini di depan mereka. Misalnya saja dengan mengatakan:
ADVERTISEMENT
“Duh, Ibu capek melihat tingkah kamu yang seperti ini. Tolong, jangan buat Ibu malu,"
Ilustrasi anak dimarahi ibu.  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak dimarahi ibu. (Foto: Thinkstock)
Saking emosinya, kalimat seperti itu mungkin sering secara tidak sengaja terucap dari mulut Anda. Padahal, kalimat seperti ini justru bisa membuat anak jadi semakin merasa bersalah, dan merasa dirinya tidak berguna. Jika anak melakukan kesalahan, jangan langsung memarahinya dan pesimis dengan perilaku mereka. Pelan-pelan, Anda bisa tegur dan jangan pernah menyerah dengan sikapnya.