Dampak Bencana pada Psikologi Anak

16 Desember 2017 13:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Anak Ketakutan (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Ketakutan (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Gempa bumi 7,3 magnitudo mengguncang Tasikmalaya, Jumat (15/12) malam. Kepala Bidang Informasi Gempa bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan gempa tersebut terasa di hampir sebagian besar wilayah Pulau Jawa. Akibat bencana ini, dua orang tewas dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka.
ADVERTISEMENT
Bencana, baik alamiah (seperti gempa dan banjir) atau buatan manusia (perang), dapat menyebabkan dampak buruk yang luar biasa pada kehidupan manusia. Selain kerugian material, bencana seperti ini juga memberikan beban non-material. Terlebih lagi pada anak-anak, yang menjadi golongan masyarakat paling terdampak dari bencana seperti ini.
Dilansir The Coversation , anak-anak adalah kelompok yang mendapatkan dampak terbesar akibat bencana di dunia. Setiap tahunnya, lebih dari 100 juta anak di seluruh dunia menjadi korban bencana. Di Amerika Serikat sendiri, sekitar 14 persen anak telah mengalami bencana di masa kecil.
Ilustrasi Gempa (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gempa (Foto: Thinkstock)
Salah satu dampak terbesar akibat bencana adalah trauma. Trauma biasa terjadi setelah seseorang melihat kejadian yang mengguncang jiwa dan mentalnya. Sebenarnya, trauma bisa berdampak pada siapa saja, dari orang dewasa, remaja, maupun anak-anak.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, bagi anak-anak, trauma bisa berdampak pada psikis, bahkan ketika mereka beranjak dewasa. Trauma bagi anak akan terus muncul, seperti mimpi buruk atau kilas balik pada bencana yang pernah mereka rasakan.
Akibat trauma itu, anak-anak juga mungkin mengalami masalah di sekolah dan ketika mereka bersosialisasi. Anak-anak menjadi lebih memilih menyendiri, ketimbang bermain dengan teman-teman di lingkungannya.
Konsentrasi anak juga mungkin akan terbagi menjadi dua saat mereka mengalami trauma usai bencana. Ia akan merasa ketakutan setiap saat, dan merasa harus selalu waspada di setiap kondisi.
Ilustrasi Trauma (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Trauma (Foto: Thinkstock)
Hal terakhir yang bisa dialami oleh anak pascabencana adalah perasaan takut dan cemas yang berlebihan. Ketakutan seseorang bisa timbul kapan saja dan di mana saja, terlebih lagi jika ketakutan tersebut berasal dari suatu peristiwa yang mengguncang mental dan jiwa anak.
ADVERTISEMENT
Ketakutan berlebihan juga bisa membawa anak pada imajinasi negatif yang merugikan. Butuh waktu yang lama untuk memulihkan kembali kondisi anak yang merasa takut dan cemas.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, Anda sebagai orang tua bisa membawa anak ke psikolog atau dokter yang bisa membantu memulihkan trauma pada anak.