news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ibu Rumah Tangga Merupakan Pekerjaan yang Mudah, Benarkah?

23 Desember 2017 16:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu sedang menghibur anaknya (Foto: Adisty Putri Utami/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu sedang menghibur anaknya (Foto: Adisty Putri Utami/kumparan)
ADVERTISEMENT
‘Ibu rumah tangga kerjanya cuma cuci, nyapu, ngepel saja’
‘Ibu rumah tangga kerjanya gampang, cuma ngurus anak suami’
ADVERTISEMENT
Pernah mendengar stigma miring tersebut? Ibu rumah tangga memang kerap ‘dicap’ sebagai pekerjaan yang mudah. Tidak ada hal berarti yang harus dikerjakan, hanya mengurus anak dan suami. Ibu rumah tangga juga dianggap memiliki banyak waktu luang, sehingga sering dituduh menjalani hidup santai.
Stigma tersebut berbanding terbalik dengan perempuan pekerja. Perempuan karier seakan menempati kasta tertinggi dalam cita-cita kaum hawa. Namun, apakah stigma tersebut benar adanya?
Sejatinya, ibu rumah tangga mengemban amanah yang tidak sederhana. Kualitas seorang ibu akan menentukan kualitas anak yang dididiknya. Setidaknya itu yang tergambar ketika kumparan (kumparan.com) menyambangi acara ITB Motherhood yang digelar di Institut Teknologi Bandung, Bandung, Sabtu (23/12).
Kebanyakan perempuan dari komunitas ini memutuskan untuk menempuh jalan hidup sebagai ibu rumah tangga. Sebagai lulusan kampus favorit, mereka tidak menganggap pilihan tersebut sebagai sesuatu yang layak dicibir.
ADVERTISEMENT
“Saya lulusan ITB tapi saya nggak malu buat jadi ibu rumah tangga. Kenapa? Karena bagi saya pekerjaan itu panggilan, dan saya terpanggil untuk merawat anak,” ujar Netty (34) lulusan Kimia tahun 2005.
Netty mengatakan menjadi ibu rumah tangga merupakan panggilan jiwa. Mengurus anak dan mendidik anak bisa menjadi cara bagaimana Anda mencerminkan menjadi seorang ibu seutuhnya.
Netty, Ibu rumah tangga berpendidikan tinggi. (Foto: Tamara Anatasia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Netty, Ibu rumah tangga berpendidikan tinggi. (Foto: Tamara Anatasia/kumparan)
Pilihan menjadi ibu rumah tangga bukan tanpa konsekuensi. Ibu rumah tangga tetap mencurahkan waktu dan tenaganya layaknya perempuan lain yang berkarier di dunia profesional.
“Menjadi ibu rumah tangga justru sulit, karena harus mengatur segala hal, dari mengurus anak, suami, serta mengatur keuangan rumah,” jelas Marin, ibu rumah tangga yang merupakan alumnus Teknik Farmasi angkatan 2006.
ADVERTISEMENT
Menjalani hidup sebagai ibu rumah tangga bukan berarti tidak menggunakan ilmu sama sekali. Marin memiliki tugas untuk mengatur keuangan, mengasuh anak, menyiapkan segala kebutuhan keluarga. Mendidik anak bukanlah sesuatu yang dengan mudah dilakukan.
Sehingga, stigma yang melekat pada ibu rumah tangga bisa disebut tidak adil. Anggota komunitas yang menempuh karier sebagai dosen swasta, menaruh rasa hormat kepada kawan-kawannya yang memilih menjadi ibu rumah tangga.
“Ketika seseorang perempuan memilih jalan untuk menjadi ibu rumah tangga, berarti ia memilih untuk bertanggungjawab kepada keluarganya, bukan hanya 8 jam, ibu rumah tangga mengabdi kepada keluarga selama 24 jam,” tutur Mirah, perempuan yang alumni Teknik Dirgantara tahun 2009 ini.