news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jangan Katakan 4 Hal Ini Bila Anak Menangis

30 April 2018 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak merengek. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak merengek. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Si kecil sering menangis? Wah, pasti bikin Anda sakit kepala ya, Moms. Meski begitu, hindarilah mengatakan hal-hal berikut ini saat anak menangis. Bukannya berhenti, kalimat yang salah justru dapat merugikan bahkan membuat keadaan lebih.
ADVERTISEMENT
Apa saja contohnya?
"Masak begitu saja, nangis?"
Anda mungkin mengatakan ini dengan maksud menenangkan si kecil. Tapi kalimat ini tidak tepat, Moms.
Pertama, dengan menggunakan kalimat ini, Anda sama saja mengatakan kepada anak bahwa apa yang membuat mereka marah atau sedih bukanlah hal yang berarti atau patut ditangisi. Padahal, kalau si kecil sampai menangis karenanya, berarti hal ini cukup berarti untuknya.
Terang saja kalau anak merasa tidak dihargai atau tidak dimengerti sehingga ia pun tidak menghentikan tangisannya. Bisa-bisa, anak justru menangis lebih keras karena kecewa pada Anda.
Ini sama halnya bila anak menangis karena ia terjatuh lalu Anda mengatakan, "Enggak usah nangis, kan enggak sakit!" Dari mana Anda tahu, Moms? Kan yang jatuh bukan Anda? Meskipun Anda yakin jatuhnya tidak menimbulkan rasa sakit, bisa saja si kecil menangis bukan karena rasa sakit tapi karena ia terkejut, kesal, marah bahkan malu. Jadi coba perhatikan keseluruhan aspek psikologis yang dialami anak. Coba berpikir dari sudut pandangnya.
ADVERTISEMENT
Kalau saja bisa, mungkin anak akan berkata pada Anda, "Sakitnya tuh, di sini!" Jadi lebih baik, tanyakan pada anak, "Apa yang kamu rasakan?" dan tunjukkan bahwa Anda mau mencoba memahaminya.
Anak menangis. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis. (Foto: Thinkstock)
"Jangan cengeng!"
Menangis tidak sama dengan cengeng lho, Moms. Jangan pukul rata dan menanamkan hal ini pada anak.
Menangis adalah reaksi fisiologis. Semuanya berawal di otak besar di mana kesedihan 'didaftarkan'. Sistem endokrin kemudian dipicu untuk melepaskan hormon ke daerah okular, yang kemudian menyebabkan air mata terbentuk.
Reaksi dan sistem ini, dimiliki oleh manusia, tanpa mengenal usia, jenis kelamin maupun cengeng atau tidaknya seseorang. Jadi pahami dulu bahwa menangis adalah normal. Menangis adalah bagian dari kehidupan.
Bila Anda tidak ingin si kecil menjadi cengeng, alih-alih memberi ia label demikian lebih baik bantu anak untuk belajar dan berlatih mengelola emosi. Dengan demikian anak tahu harus berbuat apa bila menghadapi perasaan tertekan sehingga terhindar dari perasaan tidak berdaya, frustrasi, dan marah.
Anak menangis  (Foto:  THINKSTOCK)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis (Foto: THINKSTOCK)
"Anak laki-laki tidak boleh menangis."
ADVERTISEMENT
Apakah kelak anak laki-laki Anda tumbuh menjadi laki-laki sejati, bukan ditentukan oleh masalah boleh menangis atau tidak. Itu sebabnya, Anda tak perlu menjadikan menangis sebagai hal yang tabu untuknya.
Melarang anak laki-laki menangis sama artinya dengan melarang anak mengekspresikan ketakutan, kesedihan, dan kesakitannya. Larangan ini hanya akan membuat anak merasa bingung, tidak dihargai dan tidak dimengerti. Bisa jadi, anak juga akan merasa dipermalukan, terpojok, dan kecewa.
Lebih baik, tanamkan pada anak laki-laki Anda bahwa seorang laki-laki sejati adalah laki-laki yang bertanggung jawab, percaya diri, tidak bersikap kasar, mampu melindungi mereka yang lebih lemah dan penuh kasih sayang. Laki-laki sejati tidak melakukan kekerasan, karena perilaku kekerasan biasanya terjadi justru karena tidak adanya rasa percaya diri.
Anak menangis meraung (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Anak menangis meraung (Foto: Pixabay)
"Kalau tidak berhenti menangis, awas ya. Rasain kamu nanti!"
ADVERTISEMENT
Mengancam atau membuat takut anak agar ia menghentikan tangisannya, adalah cara yang sangat buruk, Moms. Anda hanya akan menumbuhkan rasa benci atau trauma pada anak.
Begitu juga kalau Anda mengatakan, "Kalau nangis terus nanti ibu panggilin polisi!". Anda mungkin menganggapnya sepele, tapi dengan ancaman seperti ini secara tidak sadar Anda telah menanamkan rasa takut atau benci pada institusi atau pihak yang kita sebutkan. Tidak mau, kan?