Ketika Ibu Survivor Tuberkulosis Membesarkan Tiga Anaknya

17 Januari 2018 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ully Survivor TB (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ully Survivor TB (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
ADVERTISEMENT
Usianya masih sepuluh tahun, kala pertama kali Ully mendapati dirinya batuk tiada henti.
ADVERTISEMENT
“Karena masih kecil, aktivitas berjalan seperti biasa, nggak dirasain,” ucap Ulwiyah Unijah Hasbullah (31).
Hingga, suatu masa batuknya semakin sering dan mengeluarkan darah, Ully didiagnosa menderita TB (Tuberkulosis)-- penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis.
Ia kemudian menjalani masa pengobatan 6 bulan dan berlanjut lebih lama dari masa pengobatan yang seharusnya (6-9 bulan) karena tidak teratur meminum obat TB.
“Saya sering bilangnya sudah minum obat, padahal saya buang,” ucapnya.
Karena itu, Ully tak lantas sembuh, Ia harus menjalani masa yang panjang dalam pengobatannya. “Tahun 2006 awal sempat sembuh, lalu 2008 kambuh lagi sampai 2011 terus saja seperti itu,” katanya.
TB Menyerang Fisik hingga Psikis
Bertahun-tahun Ully harus menghadapi masa-masa pengobatan yang tidak mudah. Setiap hari, setidaknya 15 butir obat dan suntikan harus teratur ia rasakan. Tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisiknya, namun psikisnya juga sempat terganggu hingga mengalami depresi.
ADVERTISEMENT
“Rasanya itu seperti 10 kali lipat dari mabuk darat, pusing dan muter-muter kepala juga, efek samping obat yang pernah saya alami itu depresi, saya takut ketemu orang sehat, saya sering nangis sendiri, halusinasi, sampai saya dikonsultasikan di dokter jiwa dan diberi penenang,” katanya.
Ibarat sudah jatuh tertimpa tangga, Ully bukan hanya berjuang dengan dirinya sendiri ketika menderita TB. Tapi, ia juga harus berjuang menghadapi dunia luar yang tak jarang masih memiliki stigma tertentu dengan penderita TB.
Ully menceritakan, suatu ketika sekitar tahun 2013 ketika dirinya pernah diusir dari angkot yang ditumpanginya ketika berangkat berobat ke rumah sakit. Ia diteriaki oleh seorang ibu yang memaksanya turun dari angkot ketika tahu tentang penyakitnya.
ADVERTISEMENT
Pernah juga suatu ketika Ully diteriaki melalui mikrofon atas kondisinya. “Pakai masker, Bu! Ibu kan TB!” begitu cerita Ully bagaimana ia dipermalukan saat sedang berobat di satu rumah sakit.
Membesarkan Anak
Menjalankan perannya sebagai ibu dengan penyakit TB, diakui Ully juga menjadi tekanan tersendiri baginya. Di satu sisi, Ully harus berinteraksi dan mengurus anak-anaknya. Namun di sisi lain, Ully harus sebisa mungkin menjaga kontak dengan mereka.
“Saat sedang kambuh, saya terpaksa harus menghindari anak saya dan bilang ke mereka ‘Jangan sama Mama dulu, ya’. Supaya kalian tidak ketularan,” ucapnya diselimuti kesedihan.
Meski telah berusaha sekuat tenaga untuk melindungi anak-anaknya, Uli harus menghadapi kenyataan dua dari tiga anaknya terkena TB seperti dirinya. “Usia anak kedua saya masih 3 tahun ketika terkena TB, sekarang ia 10 tahun. Sedangkan anak ketiga juga terkena ketika usianya 3 tahun dan sekarang sudah 8 tahun,” katanya.
ADVERTISEMENT
Namun, Ully mengatakan pengalamannya dengan penyakit TB menjadikannya lebih peduli terhadap penanganan TB tidak hanya bagi keluarganya tapi seluruh masyarakat Indonesia. Ully yang merupakan salah satu Survivor TB dengan Multi Drug Resistant (MDR) kini aktif bergerak di Pejuang Tangguh (PETA) bersama para mantan penderita TB lainnya.
Kampanye TB (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampanye TB (Foto: Nurul Nur Azizah/Kumparan)
Berkat perjuangannya melawan setelah menjalani pengobatan 2 tahun berturut-turut dan menyebarkan informasi seputar TB itu, Ully pernah diundang oleh USAID untuk menceritakan pengalamannya melawan TB MDR di Kongres Amerika Serikat di Washington DC.
Selain kepada masyarakat luas, sebagai seorang ibu, Ully juga ingin terus mengkampanyekan kepedulian terhadap TB kepada lebih banyak ibu di Indonesia untuk lebih terbuka dengan informasi.
“Saya sebagai mantan penderita TB merasa perlu berpesan: sekarang ini sudah nggak jaman lagi berpikir kalau yang namanya penyakit TB itu memalukan,” katanya.
ADVERTISEMENT
“Sekarang aku berharap siapapun mau ngomong tentang hal ini, dengan begitu masyarakat dapat terpapar informasi dengan jelas,” lanjut Ully penuh semangat.
Ully yakin, seperti dirinya, bila ada Ibu lain yang terkena TB, tidak perlu berkecil hati atau patah semangat. Masih ada harapan untuk bisa tetap bertahan dan membesarkan anak-anak yang menderita TB. Asalkan, mau terbuka dengan informasi dan terus berusaha menghadapinya.
“Terus semangati diri sendiri dan yakin, TB itu bisa disembuhkan asalkan dia berobat dengan teratur,” pesannya.