Manfaat Dongeng Menurut Para Ahli: Bisa Tingkatkan Kecerdasan Anak

3 Agustus 2018 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Membacakan Anak Cerita Sebelum Tidur (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Membacakan Anak Cerita Sebelum Tidur (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Manfaat dongeng bagi anak bisa meningkatkan kecerdasan, di samping sebagai pengantarnya tidur lho, Moms.
ADVERTISEMENT
Saat tidur, kinerja otak tak berhenti. Tapi justru masih mengolah informasi yang kompleks, memperkuat memori, hingga menyiapkan dan menghubungkan memori baru dan sebelumnya sebagai proses yang berkelanjutan.
Sebuah penelitian saraf di National Institute of Child Health and Human Development, AS, yang dipimpin oleh G. Reid Lyon, Ph.D., menguatkan hal itu, jika mendongeng atau membacakan cerita kepada anak sebelum tidur bisa memicu peningkatan perkembangan otak.
"Ada indikasi yang jelas perbedaan neurologis antara anak-anak yang teratur dibacakan cerita dengan yang tidak," kata Lyon dilansir Parents.
Perbedaan itu menurut Lyon, mencakup kemampuan anak untuk lebih cepat terampil berbahasa ketika ia terbiasa mendengarkan dongeng.
Meski begitu, hal itu tidak berarti bersifat permanen. Artinya, ketika ada anak yang sebelumnya tidak pernah dibacakan dongeng kemudian terbiasa didongengi setidaknya 2 jam sehari dalam kurun waktu 8 bulan, ia bisa juga menunjukkan peningkatan aktivitas otak seperti yang terjadi pada anak-anak yang gemar mendengar dongeng lainnya.
ADVERTISEMENT
Kreasi bunyi suara Anda yang ditampilkan saat Anda mendongeng juga dikatakan bisa menstimulasi koneksi antar bagian otak yang berperan mengatur bahasa. Seperti, mengayun kata atau menambahkan ekspresi yang kuat di dalamnya.
Jika hal itu diulang-ulang, maka tak ayal anak akan kian terampil berbahasa. Ia akan semakin mudah mengenal perbedaan bunyi kata hingga maksud di dalamnya.
Membaca untuk bayi  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Membaca untuk bayi (Foto: Thinkstock)
Namun, ada yang penting untuk diingat. Lise Elliot, Ph. D, asisten profesor pusat penelitian otak di Chicago Medical School mengatakan jika orang perlu waspada ketika mengoreksi penyusunan kata yang diucapkan anak.
Jangan menginterupsi terus menerus saat anak salah dalam berkata-kata, Moms, seperti ketika anak mengatakan "Saya topi bundar" lantas Anda buru-buru selalu mengoreksi dengan mengatakan "Yang seharusnya benar adalah 'topi saya bundar', nak!" Itu justru itu bisa berdampak kurang baik. Seperti, anak jadi kurang percaya diri, takut salah, dan tidak mau belajar lagi.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, biarlah anak menikmati proses belajarnya meski tak langsung benar melafalkan kata. Tapi Anda bisa mengoreksinya dengan cara yang menyenangkan, misalnya "Iya, topi adik bundar ya,"
Manfaat mendongeng sebelum tidur, kian bisa dirasakan bagi anak dan orang tua jika dilakukan secara teratur lho Moms. Mengapa begitu?
Virginia Walter, Ph.D, anggota perkumpulan profesor di Universitas California, AS mengatakan, jika mendongeng atau membacakan buku anak secara berulang bisa membantu meningkatkan pengembangan logika berpikir anak.
Membaca untuk bayi  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Membaca untuk bayi (Foto: Thinkstock)
Saat pertama anak mendengarkan dongeng, ia masih belum menangkap isinya. Namun, ketika dongeng itu dibacakan lagi dan lagi, Virginia menuturkan anak lantas bisa memahami. Bahkan, anak sampai bisa menebak apa yang akan terjadi pada dongeng yang diceritakan karena kemampuan merekamnya oleh pengulangan.
ADVERTISEMENT
Anda pun bisa memancing anak kritis dengan memancingnya berpikir tentang akhir cerita berbeda yang mungkin bisa terjadi. Pandai-pandailah menstimulasi kreasi anak Moms.
Tak hanya bermanfaat bagi peningkatan kemampuan otak, dongeng juga bisa jadi momen bonding bagi anak dan orang tua.
"Lebih dari apapun, kamu bisa menghubungkan kegiatan mendongeng untuk mempererat ikatan emosi yang hangat dan menyenangkan," tutur Peter Gorski, M.D, dari American Academy of Pediatrics (APP).
Imbasnya, ketika anak telah merasakan kenyamanan ia akan terhindar dari potensi peningkatan hormon kortisol pemicu stres pada anak.