Memberi Kasih Sayang Anak-anak dengan Disfungsi Keluarga

18 Desember 2017 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bantu psikis anak mengalami disfungsi keluarga (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Bantu psikis anak mengalami disfungsi keluarga (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tak semua anak memiliki kemewahan untuk beranjak dewasa dalam kondisi keluarga yang utuh. Beberapa anak tumbuh dalam kondisi disfungsi keluarga yang tidak memiliki sosok ibu dan ayah yang masih bersatu.
ADVERTISEMENT
Disfungsi keluarga terjadi karena perceraian atau meninggal dunia. Namun, anak kebanyakan sulit menerima realita dibesarkan orang tua yang tidak lengkap.
Hal ini cukup akan memengaruhi kondisi psikis anak tersebut. Meski anak-anak ini diasuh oleh satu orang tua, kenyataan seperti itu saja masih sulit diterima. Psikis yang lebih buruk akan mempengaruhi anak yang sudah tidak memiliki kedua orang tua sama sekali.
Oleh karenanya, dibutuhkan dukungan terbaik dari orang-orang di sekitarnya agar anak tetap memiliki gairah hidup yang baik. Hal ini diungkapkan oleh psikolog anak dan keluarga, Roslina Verauli.
"Dalam kondisi seperti ini, anak sebenarnya memiliki profil klinis tersendiri. Ia dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan di sekitarnya, sehingga sang anak perlu diberikan dukungan dan pengaruh yang positif," ungkapnya saat bercerita secara langsung kepada kumparan (kumparan.com) beberapa waktu yang lalu.
Biarkan anak memiliki kompetensi (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Biarkan anak memiliki kompetensi (Foto: Thinkstock)
Anak dengan kondisi seperti ini masih bisa berkembang secara aktif dan memiliki kondisi psikis yang baik. Psikolog yang akrab disapa Vera ini menyarankan agar sang anak hendaknya dibantu agar dapat membangun sesuatu yang spesial di dalam dirinya, yang dinamakan resiliensi.
ADVERTISEMENT
Resiliensi atau ketahanan diri merupakan kemampuan seseorang untuk beradaptasi, menilai suatu hal, meningkatkan kemampuan diri dan tetap tangguh dalam menghadapi situasi yang sulit sekalipun. Daya tahan diri semacam ini bisa ditumbuhkan terhadap anak.
"Anak perlu memahami bahwa mereka mampu memiliki resiliensi tersendiri. Sehingga, meskipun tidak ada ayah atau ibu, mereka juga akan tetap merasa dicintai tanpa syarat oleh orang-orang di sekitarnya," tambahnya.
Berikan anak cinta tanpa syarat (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Berikan anak cinta tanpa syarat (Foto: Thinkstock)
Lebih lanjut, Vera mengatakan bahwa anak yang menjalani hidup di dalam keluarga yang disfungsi harus merasa dicintai oleh lingkungannya. Kerabat dekat, tetanggan, atau siapapun, harus mengulurkan kasih sayang sebesar mungkin terhadap sang anak. Hal itu akan sangat memengaruhi kondisi psikisnya.
Selain itu, dukungan lain terhadap sang anak adalah membantu pengembangan diri. "Bantu sang anak juga untuk merasa kompeten dalam mengerjakan berbagai hal penting. Salah satunya dengan membiarkan mereka melakukan segala sesuatu sendiri. Kompetensi seseorang tidak bisa dibuat-buat, dengan mengatakan 'Aku bisa. Aku mampu' saja tidak cukup," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kompetensi bisa dibentuk dan dimulai dari hal-hal kecil. Sikap sederhana seperti mengambil makanannya sendiri, membeli kebutuhan pribadi, dan merasa mandiri atas dirinya sendiri.
Jangan sampai, orang-orang di sekelilingnya terlalu memanjakan sang anak dan mengambil alih apa yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri. "Kalau terlalu dimanja, anak justru tidak akan merasa kompeten terhadap berbagai hal. Kuncinya, beri mereka rasa cinta tanpa syarat, dan buat mereka merasa kompeten. Hal itu cukup untuk membuat psikisnya menjadi lebih baik dan menja