Moms, ini 10 Hal yang Orang Tua dengan Anak Autis ingin Anda Ketahui

2 April 2018 20:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak cemas. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak cemas. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Autisme. Anda mungkin pernah membaca definisi dari kata ini. Anda mungkin kenal satu atau beberapa orang teman yang Anda ketahui anaknya memiliki autisme. Tapi benarkah Anda mengenal mereka? Sejauh apa Anda mengerti apa yang mereka dan anak-anaknya alami?
ADVERTISEMENT
Bagi orang-orang yang tidak hidup dengan autisme atau tidak pernah terlibat begitu dekat dengan mereka yang memiliki autisme, agaknya memang sulit untuk memahami. Tidak jarang pula, kita berusaha menunjukkan empati kepada teman yang anaknya memiliki autisme, namun sikap kita justru jadi kurang tepat bahkan cenderung menghakimi.
Memang, ada begitu banyak spektrum austime. Autisme adalah diagnosis yang kompleks dan hanya bisa diberikan berdasarkan gejala dan perilaku. Itupun berbeda-beda pada tiap anak dan tidak akan ada dua anak yang sama.
Ada anak yang menunjukkan banyak gejala, ada yang tidak. Tingkatannya berbeda-beda sehingga disebut spektrum. Bahkan pada satu kasus autisme ringan gejalanya seolah tak tampak dan orang yang tidak paham dapat dengan mudah berkomentar kalau anak tersebut tampak biasa saja.
ADVERTISEMENT
Anak saya tidak memiliki autisme. Namun anak-anak dari beberapa sahabat saya memilikinya. Kerap mendengar berbagai kisah mereka, definisi autisme dalam buku-buku kesehatan yang sudah saya baca sejak bertahun-tahun lalu menjadi lebih nyata.
Cerita dan curhatan mereka setiap hari tentang anak-anaknya membuat saya merasa lebih paham, sekaligus semakin tidak paham. Lalu semakin merasa tidak berhak mengomentari, apalagi sampai lancang menggurui.
Ilustrasi anak cemas (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak cemas (Foto: Thinkstock)
Ada teman yang berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan anaknya; ia hanya berbeda. Sementara teman yang lain terus mencari diagnosis lebih dalam tentang anak mereka, karena yakin ada sesuatu di balik perilaku anak mereka.
Ada juga teman yang begitu bergembira 'sekadar' mendapati anaknya dapat duduk manis untuk beberapa menit atau mau menatap saat saya menyapa mereka. Tampak remeh bagi yang tidak memahami, tapi saya tahu bahwa perilaku manis si kecil itu adalahlah buah perjuangannya. Butuh terapi, diet khusus, banyak suplemen, dan ya, terkadang obat-obatan sampai anaknya dapat membalas tatapan saya.
ADVERTISEMENT
Orangtua dengan anak autis telah melalui semuanya. Mereka telah mengalami hal-hal yang tidak dialami oleh orang tua lain. Mereka tahu hal-hal yang begitu penting dan menentukan meski hal itu remeh bahkan tak pernah terlintas di benak Anda.
Mereka adalah orang-orang yang kuat, selalu mencari informasi dan tanpa kenal lelah berjuang untuk anak-anak mereka termasuk untuk menghadapi kesalahpahaman, ketidakpedulian atau justru penolakan dari masyarakat di sekitarnya.
Belum lagi menghadapi rasa lelah, frustrasi, sedih, kecewa hingga marah ketika orang memberi label meski tidak benar-benar mengenal anak-anak mereka. Termasuk menebalkan kuping dan menahan perih di dalam hati setiap mendengar orang memakai kata "autis" untuk bercanda.
Sering kan, Moms, Anda dengar orang bilang, "Autis banget deh dia, dari tadi sibuk pegang hp saja!" atau "Eh, jangan autis dong, lo...masak nggak ngobrol sama yang lain?".
ADVERTISEMENT
Padahal jelas, autisme bukan sebuah bahan lelucon atau ejekan. Autisme adalah sebuah gangguan tumbuh kembang pada anak yang memerlukan penangan khusus dan penerimaan dari masyarakat.
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak bermain. (Foto: Thinkstock)
Karena itu, di Hari Kesadaran Autisme Sedunia yang jatuh pada tanggal 2 April ini, saya merangkum 10 hal yang sering disampaikan sahabat-sahabat saya yang memiliki anak dengan autisme:
1. Tidak perlu merasa canggung atau aneh ketika ada di sekitar anak saya. Ya, Anda mungkin perlu memperlakukannya sedikit berbeda, tetapi tidak perlu jadi aneh. Biasa, saja.
2. Tidak semua autisme sama. Jadi tidak perlu membanding-bandingkan anak saya dengan anak lain yang Anda ketahui memiliki autisme juga. Tak usah juga mengatakan anak saya tidak memiliki autisme hanya karena anak saya tidak menunjukkan perilaku yang sama dengan anak lain yang Anda kenal dan memiliki autisme.
ADVERTISEMENT
3. Anak saya bisa mencintai dan butuh dicintai. Mereka adalah anak-anak luar biasa yang penuh rasa cinta, peka serta mampu membawa sukacita dan tawa yang bagi mereka yang mencintai mereka.
com-Mainan Anak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Mainan Anak (Foto: Thinkstock)
4. Anak saya cerdas, berbakat, kreatif, unik bahkan bijaksana. Mungkin untuk Anda kecerdasannya tidak tampak jelas, itu karena cara pikir mereka bekerja secara berbeda. Hanya karena anak saya memiliki autisme, Anda tidak berhak memberi label tentang apa-apa yang bisa dan tidak bisa dilakukannya, baik saat ini maupun di masa depan.
5. Anak saya tidak mengalami gangguan kognitif dan Anda tak perlu meremehkan kecerdasannya. Hanya karena dia tidak bisa bicara tidak berarti dia tidak memiliki sesuatu untuk dikatakan atau tidak memiliki pendapat. Seringkali Anda tidak dapat memahami anak saya, tapi justru dia dapat memahami Anda.
ADVERTISEMENT
6. Anak saya telah bekerja lebih keras daripada kebanyakan anak bahkan orang lain yang saya kenal dalam 8 tahun hidupnya. Ia berusaha dan tidak menyerah untuk bisa melakukan hal-hal yang kita anggap biasa saja. Anak saya hebat!
7. Jika anak saya membuat suara aneh, silakan lihat tapi tolong jangan berdiri menatapnya atau menatap kami dengan tatapan merendahkan atau dengan mulut ternganga. Anak saya bersuara seperti itu karena merasa senang atau bersemangat.
Ilustrasi anak laki-laki (Foto: unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak laki-laki (Foto: unsplash)
8. Jika Anda melihat anak saya di berlari berputar-putar di supermarket, mengayun-ayunkan tanggannya, mengunyah ujung kausnya, atau menggerakkan badannya seolah tanpa henti, itu tanda gelisah. Saya tidak akan memarahinya, jadi tolong jangan menatap ke arah saya seolah Anda menungu saya memaharinya.
ADVERTISEMENT
Anak saya memiliki autisme sehingga ia sulit mengelola bagaimana tubuhnya menerima rangsangan. Yang Anda lihat adalah usahanya mencoba mengatasi bagaimana tubuhnya bereaksi saat terpengaruhi oleh lingkungannya.
9. Bila Anda berpikir saya tidak berbuat apa-apa untuk mengatasi perilaku 'aneh' anak saya, Anda salah. Jadi saya mohon sedikit empati: jangan menilai! Cobalah untuk memahami bahwa lingkungan dapat sangat memengaruhi anak saya. Dan Anda tidak tahu apa saja yang sudah kami jalani untuk mengatasi hal ini.
10. Anak saya ingin menjadi teman anak-anak Anda, tetapi terkadang dia tidak tahu cara menunjukkannya. Karena itu terkadang caranya akan tampak salah. Jika Anda mau mendengarkannya, Anda bisa tahu betapa dia sangat pintar, menyenangkan dan suka berbagi.
Ilustrasi Anak Bermain (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anak Bermain (Foto: Pixabay)
Hal-hal inilah yang ingin mereka sampaikan sebagai orang tua kepada orang tua lainnya, yang kerap ingin mereka teriakkan dengan keras meski kita tidak bertanya. Karena tentu saja, seperti juga saya dan Anda, mereka sama-sama seorang ibu. Yang punya banyak ketakutan sekaligus punya keberanian tak terbatas demi anak-anaknya.
ADVERTISEMENT
Memang, anak-anak mereka mungkin bertindak berbeda dari apa yang Anda biasa lihat. Meski begitu, mereka tetap anak-anak yang punya emosi, cinta, hati yang lembut, mimpi dan harapan seperti anak-anak kita.
Anak-anak mereka juga ada di sini, di sekitar kita setiap hari. Siap mengguncang dunia dan menggapai cita-citanya. Bahkan ketika mereka mengalihkan pandangannya atau tidak bicara.