Moms, Ketahui Pengaruh Hipertensi pada Ibu dan Bayi

10 Desember 2017 18:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hipertensi mempengaruhi masa depan calon buah hati (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hipertensi mempengaruhi masa depan calon buah hati (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Saat menjalani masa kehamilan, seorang ibu pasti berusaha sebaik mungkin menjaga janin yang dikandungnya. Oleh karena itu, ibu hamil atau bumil perlu menyadari bahwa apa yang terjadi pada dirinya, secara langsung akan berpengaruh pada bayi yang ada dalam rahimnya.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi yang ternyata juga memengaruhi si jabang bayi.
Seorang perempuan dianggap memiliki hipertensi jika tekanan darahnya 140/90 atau lebih tinggi dari itu. Tekanan darah 180/110 atau lebih tinggi sudah dianggap masuk ke dalam tahap hipertensi berat.
Ada dua jenis hipertensi yang memengaruhi kehamilan, yaitu hipertensi kronis dan hipertensi gestasional. Masing-masing memiliki penyebab dan efek yang berbeda pada ibu dan bayi. Semakin parah kasus hipertensi, maka akan semakin tinggi pula risikonya.
Berikut adalah gejala penyakit yang bisa terjadi pada ibu dan bayi yang dipengaruhi hipertensi seperti dilansir Livestrong:
1. Hipertensi Kronis
Hipertensi harus dideteksi sebelum kehamilan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hipertensi harus dideteksi sebelum kehamilan. (Foto: Thinkstock)
Hipertensi ini berkembang sebelum hamil.
Terkadang perempuan tersebut sadar sedari awal bahwa ia memiliki tekanan darah tinggi dan tengah menjalani pengobatan. Dalam kasus lain, calon ibu menemukan bahwa dirinya memiliki hipertensi ketika pemeriksaan rutin prenatal di trimester pertama berlangsung.
ADVERTISEMENT
Hipertensi kronis yang dialami calon ibu dapat menyebabkan pembatasan pertumbuhan intrauterin, atau IUGR.
IUGR adalah kondisi yang mengakibatkan bayi yang belum lahir tidak dapat memperoleh nutrisi yang cukup dan oksigen melalui plasenta. Oleh karena itu, bayi tumbuh terlalu lambat daripada biasanya.
Dampak lain lain yang mungkin terjadi karena hipertensi kronis adalah kelahiran bayi prematur, bayi yang lahir mati, dan abrupsio plasenta--kondisi saat plasenta terlepas dari rahim sebelum bayi lahir.
2. Hipertensi gestasional
Hipertensi bisa dicegah dan diobati. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hipertensi bisa dicegah dan diobati. (Foto: Thinkstock)
Hipertensi ini disebut hipertensi akibat kehamilan karena berkembang selama kehamilan setelah minggu ke-20. Kehamilan dengan hipertensi gestasional juga membuat bayi yang belum lahir berisiko mengalami IUGR, lahir mati, kelahiran prematur, dan abrupsio plasenta.
Hipertensi gestasional meningkatkan kemungkinan terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia--komplikasi hipertensi dan protein tinggi selama kehamilan.
ADVERTISEMENT
3. Pre-eklampsia dan Eklampsia
Hipertensi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Hipertensi. (Foto: Thinkstock)
Eklampsia adalah kondisi saat hamil yang menderita darah tinggi mengalami kejang-kejang. Kondisi ini juga bisa disertai dengan koma dan merupakan ancaman bagi kesehatan ibu dan bayi.
Pre-eklampsia merupakan bentuk kondisi eklampsia yang sangat parah. Dalam kedua kondisi ini, hamil tidak hanya memiliki tekanan darah tinggi, tetapi juga memiliki protein tinggi di dalam urinnya.
Untuk itu, bumil sebaiknya melakukan pengecekan tes urin selama kunjungan prenatal. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan masalah yang sama seperti tekanan darah tinggi dan asidosis. Asidosis adalah keadaan saat tubuh menimbun terlalu banyak asam laktat atau kehilangan alkali dalam darah dan jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan bayi jatuh pingsan di dalam rahim.
ADVERTISEMENT
Kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dari gejala pre-eklampsia maupun eklampsia adalah kematian ibu dan bayi jika tak segera diobati.