Penyebab Penyakit Kuning pada Bayi Baru Lahir

5 Maret 2018 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penyakit kuning bayi (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyakit kuning bayi (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Mungkin Anda akan segera mencari tahu penyebabnya, bahkan tak jarang sampai khawatir pula saat mendapati kulit dan mata bayi Anda berwarna kuning (jaundice).
ADVERTISEMENT
Dilansir kumparanMom (kumparan.com) dari Kids Health, bayi baru lahir umumnya memiliki billirubin atau zat kuning lebih banyak dibanding orang dewasa. Ini dikarenakan bilirubin yang diproduksi saat tubuh bayi memecah sel darah merah. Semestinya bilirubin dibuang bersama kotoran, namun akibat organ hati bayi belum bisa bekerja sempurna maka memicu tingginya kadar bilirubin.
Penyakit kuning terdapat tingkatannya, Moms. Mulai dari yang ringan, sehingga akan menghilang sendiri dalam satu sampai tiga minggu, maupun yang mesti ditangani secara serius. Tidak tanggung-tanggung, bila kadar bilirubin menumpuk dalam tubuh dan sangat tinggi, bisa menimbulkan gangguan kesehatan hingga kerusakan otak.
Ilustrasi saraf otak (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi saraf otak (Foto: Thinkstock)
Penyakit kuning pada bayi dikatakan parah, jika kadar billirubin mencapai 25 mg/dL. Sedangkan, batas normalnya sekitar pada angka 12 mg/dL.
ADVERTISEMENT
Selain itu penyakit kuning parah muncul saat sebelum 24 jam pertama sejak kelahiran, warna urine pekat, dan memiliki kenaikan kadar bilirubin yang sangat cepat yang dibuktikan lewat pemeriksaan laboratorium.
Tingginya bilirubin juga bisa disebabkan faktor lainnya, di antaranya terjadi infeksi, kelainan genetik, gangguan kesehatan pada ibu, bayi lahir prematur, dan sebagainya.
Lalu, apa yang mesti Anda lakukan?
Menyusui (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Menyusui (Foto: Thinkstock)
Berikan ASI lebih sering, Moms. Gunanya untuk mendorong anak membuang billirubin lewat buang air besar. Segera datangi dokter, jika kuning pada anak tak kunjung hilang, dan disertai demam, menolak menyusu, bayi semakin lemas.