Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Psikolog: Ini Panduan Berbicara dengan Korban Bencana Alam
ADVERTISEMENT
Gelombang air laut yang menggulung pesisir Banten dan Lampung , pada Sabtu (22/12), menimbulkan ratusan korban jiwa dan kerusakan parah pada bangunan. Selain itu, bencana tersebut tentu masih menyisakan luka bagi warga terdampak.
ADVERTISEMENT
Menunjukkan rasa simpati pada korban bencana bisa disampaikan lewat berbagai cara. Mulai dari memberi bantuan makanan, logistik, menyalurkan donasi, hingga sesederhana menanyakan keadaan mereka.
Ya, seringnya kita memberondong korban bencana dengan pertanyaan yang kurang tepat karena ingin tahu. Padahal rasa penasaran kita memaksa mereka untuk mengingat kembali momen yang mungkin tak ingin mereka bicarakan. Nah Moms, sebagai seorang ibu, Anda harus paham betul bagaimana berbicara yang tepat dengan korban bencana alam .
“Jangan memaksa korban untuk bercerita. Yang lebih utama adalah memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Ada luka enggak, apakah mereka lapar, ada cukup baju kering enggak? Kalau yang mereka butuhkan tidur ya beri kesempatan” jelas Anyi, panggilannya, saat dihubungi kumparanMOM pada Rabu (26/12).
ADVERTISEMENT
Setelah memastikan kebutuhan dasar terpenuhi dan mereka berada di lingkungan yang aman, barulah tanyai perasaan mereka. Jika korban memang butuh teman ngobrol, mereka pasti berbicara. Pada momen ini, sebaiknya Anda lebih banyak mendengarkan daripada bertanya.
Dengarkan keluhan korban tanpa memotong atau menyalahkan mereka. Ya Moms, kehadiran Anda haruslah bisa menenangkan korban dan buatlah mereka merasa nyaman.
“Bantu mereka dengan lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Anda juga bisa menggarisbawahi kekuatan mereka, ucapkan ‘kamu hebat lho, kamu kuat dalam situasi ini’ sehingga mereka bisa melanjutkan aktivitasnya,” tambah Anyi.
Ingatlah untuk berinteraksi sewajar mungkin dengan korban bencana . Hargai latar belakang mereka sebagai individu. Mulai dari jenis kelamin mereka, agama, dan suku budaya. Buatlah percakapan jadi nyaman untuk mereka.
ADVERTISEMENT
“Misalnya kalau lawan jenis, jangan terlalu banyak menyentuh fisiknya. Hargai latar belakang budaya orang itu,” tutup Anyi.