Relaktasi, Solusi Menyusui Kembali Setelah Sempat Berhenti

31 Juli 2018 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu menyusui. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Proses menyusui tidak selalu berjalan mulus. Dalam perjalanannya, bisa saja ada beberapa hambatan yang membuat ibu berhenti menyusui selama beberapa waktu.
ADVERTISEMENT
Berhentinya proses menyusui bisa disebabkan karena berbagai alasan. Misalnya saja ibu tidak mendapat dukungan menyusui dari orang-orang terdekat, atau bayi tidak mau menyusu langsung karena sudah diberikan susu formula lewat botol.
Terlepas dari alasan yang melatarinya, kegiatan menyusui bisa dimulai kembali dengan relaktasi. Mengutip laman Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), relaktasi adalah praktik menyusui kembali langsung dari payudara ibu, setelah dalam kurun waktu tertentu tidak menyusui.
Ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan saat ibu memulai relaktasi, yaitu:
1. Hentikan total penggunaan dot dan botol, berikan susu atau makanan lain dengan menggunakan gelas atau sendok, agar bayi dapat lupa pada dotnya, dan mau mengisap payudara ibu.
2. Sering-seringlah melakukan kontak kulit dengan bayi atau skin to skin. Manfaat dari kontak kulit ini adalah untuk merangsang hormon laktasi melalui isapan bayi. Manfaat lainnya, bayi dapat mencium bau ibunya dan mengakrabkan diri dengan ibu.
Skin to skin ibu dan bayi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Skin to skin ibu dan bayi. (Foto: Thinkstock)
3. Bila bayi sudah mau memasukkan puting ibu ke dalam mulutnya, siapkan pipet untuk meneteskan cairan dari dalam wadah. Wadah bisa berisi ASI perah (ASIP) atau susu formula yang sedang dikonsumsi bayi saat itu.
ADVERTISEMENT
Tahapan ini dilakukan agar ketika bayi ada dalam posisi menyusu, ia tidak akan frustrasi dengan jumlah ASI yang masih sedikit. Ini juga dilakukan untuk memancing produksi, karena isapan bayi dapat merangsang hormon laktasi bekerja.
4. Jika selama ini bayi mendapatkan cairan selain ASI, susu formula misalnya, gunakan susu formula tersebut sebagai cairan dalam wadah relaktasi. Secara perlahan kurangi jumlahnya dan ganti dengan ASI perah. Seiring stimulasi yang dilakukan oleh bayi dan ibu, ASI pun lebih banyak diproduksi dan dapat diperah.
Menyusui (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Menyusui (Foto: Thinkstock)
5. Perbaiki posisi dan pelekatan saat menyusui bayi. Cari posisi yang tepat dan nyaman untuk ibu dan bayi. Jika bayi merasa tidak nyaman dengan posisinya (biasanya karena tidak terbiasa disusui), maka sediakan waktu untuk berdekatan lebih lama.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa juga untuk selalu berkomunikasi dengan bayi. Ajak bayi bicara tentang proses relaktasi yang harus dilalui bersama. Meski belum bisa bicara, bukan berarti bayi tidak mengerti bila Anda ajak ngobrol lho, Moms.
6. Minta bantuan orang lain untuk memegang wadah berisi ASIP atau susu formula tersebut supaya jalannya lancar. Ia dapat membantu meneteskan cairan tepat diatas puting. Pastikan tetesan itu tidak berhenti, agar bayi tidak kembali frustrasi.
Alat pompa  ASI  (Foto: thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Alat pompa ASI (Foto: thinkstock)
7. Memerah ASI dari payudara dapat menstimulasi hormon laktasi untuk mulai bekerja kembali dan meningkatkan persediaan ASI. Memerah ASI dilakukan setelah menyusui bayi secara langsung (bukan sebelum). Memerah dapat dilakukan dengan tangan atau pompa ASI.
8. Siapkan waktu dan kesabaran yang tinggi dalam menjalani proses relaktasi karena proses ini tidak bisa diukur jangka waktunya. Semua bergantung pada niat dan usaha masing-masing ibu.
ADVERTISEMENT
9. Kontak konselor laktasi terdekat jika dirasa memerlukan bantuan dalam menerapkan langkah-langkah kembali menyusui ini.
Sebelum memulai relaktasi, Anda harus ingat bahwa relaktasi dapat dilakukan dengan diawali niat yang kuat untuk kembali menyusui. Ajak suami dan anggota keluarga serta orang-orang terdekat untuk mendukung Anda melakukan relaktasi. Semakin muda usia bayi, semakin mudah pula relaktasi dilakukan, Moms.