Tahapan Perkembangan Anak menurut Ahli Psikoanalisa Sigmund Freud

6 Februari 2018 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sejak bayi hingga remaja, anak mengalami tahapan-tahapan perkembangan tertentu. Tahapan-tahapan ini dapat dilihat dari berbagai faktor maupun bidang ilmu.
ADVERTISEMENT
Sigmund Freud, misalnya, membagi tahapan perkembangan anak berdasarkan kematangan fisiolokgis dari bagian tubuh tertentu. Freud yang merupakan seorang ahli psikoanalisa, menyebut tahapan-tahapan ini dengan istilah Fase Oedipal.
Ada lima tahapan perkembangan yang dapat diamati dalam Fase Oedipal ini:
Cek kesehatan mata pada bayi. (Foto: Thinkstock)
1. Fase Oral (0 sampai sekitar 1,5 tahun)
Pada fase ini daerah mulut merupakan pusat kepuasan yang diperoleh melalui berbagai kegiatan. Misalnya kegiatan mengisap atau menggigit yang dilakukan bayi. Melalui mulut, bayi melakukan kontak pertama dengan lingkungan.
Jadi, biarkan saja bila bayi memasukkan jari-jari atau mainannya ke mulut, Moms. Melalui kegiatan ini, ia tengah belajar banyak dan terus berkembang.
Anda juga tidak perlu memakaikan bayi sarung tangan yang justru akan menghalangi kebebasannya melakukan eksplorasi selama fase ini. Pastikan saja tangannya bersih dan Anda sudah menggunting kukunya sehingga tidak ada sudut yang tajam. Bersihkan juga mainan bayi secara berkala dengan seksama.
Ajari anak menggunakan toilet (Foto: Thinkstock)
2. Fase Anal (1,5 sampai 3 atau 3,5 tahun)
ADVERTISEMENT
Pusat kepuasan pada fase ini terletak pada daerah anus atau dubur. Anak mendapat kepuasan dengan cara menahan atau membuang kotoran menurut kemauannya sendiri. Melalui kegiatan ini, anak belajar tentang adanya kebebasan untuk menentukan sendiri kemauannya.
Karena itu, tahap ini merupakan saat yang tepat untuk Anda mengajarkan disiplin kepada anak agar ia tidak keliru mengartikan kebebasan.
Ilustrasi anak bahagia (Foto: Freepik.com)
3. Fase Phallic (3 sampai 5 tahun)
Pada fase ini, anak mulai menaruh perhatian kepada alat kelaminnya dan mulai menangkap perbedaan antara alat kelamin perempuan dan laki-laki. Anak mulai tertarik pada orang tua yang berlainan jenis kelamin dengan dirinya. Selain itu, anak mungkin akan menjadi senang memainkan kelaminnya.
Bila Anda melihat ini, jangan langsung menegur apalagi membentak anak ya, Moms. Jelaskan pada anak bagaimana ia harus menyentuh, membersihkan dan menjaga alat kelaminnya. Katakan bahwa kelamin disebut sebagai kemaluan yang artinya malu bila dilihat apalagi disentuh oleh orang lain.
ADVERTISEMENT
Misalnya jelaskan pada anak cara membersihkan alat kelaminnya setelah buang air kecil dan ajarkan untuk tidak menggaruk alat kelaminnya agar tidak lecet dan luka maupun memasukkan benda apapun ke dalam alat kelaminnya.
Ajarkan juga anak untuk selalu menutup bagian kelaminnya dengan pakaian yang sopan dan beritahu anak nama sebenarnya untuk alat kelaminnya.
Selain itu, para ahli menyarankan Anda tidak memakai istilah lain seperti 'burung', 'pistol', atau 'apem' kepada anak. Ucapkan dengan istilah anatomi yang benar seperti penis dan vagina. Ini penting agar anak dapat menyebutkan alat kelamin dengan istilah yang benar dan terhindar dari kebiasaan penyebutan yang terkesan vulgar atau porno.
Kenalkan perbedaan diri anak dengan jenis kelamin lain sehubungan dengan identitas gender, bukan perbedaan peran gender.
Anak pulang sekolah (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
4. Fase Laten (5 sampai 10 tahun)
Fase ini sering disebut sebagai 'masa tenang' karena anak tidak terlalu menaruh perhatian pada diri dan bagian tubuhnya. Karena anak mulai masuk sekolah, perhatian anak umumnya akan tercurah pada kegiatan belajar.
Selain itu, anak juga sedang sibuk belajar bersosialisasi, termasuk belajar membedakan benar dan salah hingga konsep hukuman dan pujian.
Ilustrasi anak bersahabat (Foto: Thinkstock)
5. Fase Genital (10 tahun sampai masa remaja)
Pada fase ini, terjadi kematangan alat seksual primer (organ reproduksi) dan alat seksual sekunder (payudara, bulu dada, kumis dan lain-lain). Hal ini menyebabkan meningkatnya dorongan seksual yang ditampilkan lewat ketertarikan terhadap lawan jenis.
Dampingi selalu anak dalam fase ini ya, Moms. Ia akan merasakan banyak perubahan pada dirinya yang mungkin membuatnya tidak nyaman atau bingung.
ADVERTISEMENT