Waspada Moms, Stroke juga Bisa Menyerang Anak! Pahami Penyebabnya

18 Oktober 2018 8:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stroke (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Stroke (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak takut mendengar kata: stroke! Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu atau berkurang akibat penyumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Tentu saja, kondisi ini berakibat fatal, mulai dari menyebabkan kelumpuhan hingga kematian.
ADVERTISEMENT
Maka tak heran kalau penyakit ini jadi momok dan menakutkan banyak orang. Apalagi bila kita memiliki keluarga atau kerabat yang pernah mengalaminya. Tak jarang juga, kita mendengar kabar seseorang mengalami stroke meski usianya masih relatif muda.
Faktanya, stroke memang tidak mengenal usia, Moms. Jangankan orang tua atau dewasa, anak-anak bahkan bayi ternyata juga bisa mengalaminya. Sahat Aritonang, dokter spesialis saraf Rumah Sakit Pondok Indah, Bintaro Jaya, berkata dirinya pernah menangani stroke yang dialami seorang anak yang masih kecil.
“Saya pernah merawat (pasien stroke) yang berusia kurang dari tujuh tahun,” tutur Sahat saat ditemui di acara peringatan World Stroke Day 2018 di Jakarta, Kamis (11/10).
Namun Sahat menjelaskan, tipe stroke pada anak berbeda dengan stroke pada orang dewasa.
ADVERTISEMENT
“Pada anak-anak harus hati-hati, karena biasanya bukan karena lifestyle (gaya hidup), tapi sering karena kelainan pada pembuluh darah atau cacat bawaan lahir,” paparnya.
Orang tua perlu mewaspadai stroke pada anak (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Orang tua perlu mewaspadai stroke pada anak (Foto: Shutterstock)
Hal ini juga dijelaskan oleh laman resmi American Stroke Association. Kelainan darah, membuat sel darah tidak dapat membawa oksigen ke otak, dan pembuluh darah yang menuju ke otak mungkin telah menyempit atau tertutup. Bila anak mengalaminya, ia dapat menderita stroke iskemik, bahkan ada risiko tinggi mengalami stroke berulang.
Stroke juga bisa dialami anak bila ada trauma yang melukai arteri besar dan menyebabkan hilangnya aliran darah. Arteri besar mungkin terluka ketika seorang anak mengalami cedera leher.
Sementara stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh ruptur atau arteri yang lemah atau cacat yang dikenal sebagai AVM (malformasi arteriovenosa). Risiko perdarahan lebih tinggi dengan penyakit tertentu seperti hemofilia.
ADVERTISEMENT
Anak bisa mengalaminya ketika pembuluh darah di otaknya pecah, menyebabkan darah mengalir ke area otak yang tidak seharusnya hingga menyatu di jaringan otak dan menghasilkan bekuan darah. Bisa juga, karena darah tidak diangkut ke mana ia harus pergi, akibatnya, otak kekurangan oksigen, dan ini dapat menyebabkan cedera otak permanen.
Kabar baiknya, bila mengalai stroke, anak secara umum lebih dapat pulih kemampuannya daripada orang yang lebih tua. Meski begitu, pemulihan dari stroke pada setiap anak juga berbeda. Karenanya terapi medis dan terapi rehabilitasi yang tepat dan cepat akan sangat menentukan.
Ilustrasi ancaman pedofilia (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ancaman pedofilia (Foto: Shutterstock)
Nah, agar dapat mengenali apakah seseorang terserang stroke, dr.Sahat mengatakan kuncinya adalah “mendadak”. Apabila terjadi sesuatu yang tidak beres secara tiba-tiba alias mendadak, maka hal tersebut dapat menunjukkan gejala stroke.
ADVERTISEMENT
Perubahan secara mendadak tersebut dapat ditemukan pada enam hal yang dapat dirangkum dalam akronim ‘SeGeRa Ke RS’. Enam hal tersebut adalah perubahan mendadak pada senyum (Se), gerakan (Ge), bicara (Ra), kebas alias kesemutan (Ke), rabun (R), dan sakit kepala (S).