Waspada Penyakit Rhesus pada Kehamilan

25 Januari 2018 12:46 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu Hamil (ilustrasi) (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu Hamil (ilustrasi) (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Semua golongan darah memiliki faktor rhesus, baik itu positif maupun negatif. Rhesus atau faktor rhesus tersebut merupakan kadar protein khusus alias Antigen D (Anti-D) yang berada di permukaan sel darah merah.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang memiliki protein pada sel darah merahnya, maka berarti rhesusnya positif (Rh+). Sedangkan yang tidak memiliki protein biasa disebut rhesus negatif (Rh-).
Lalu, bagaimana penyakit rhesus terjadi?
Penyakit rhesus lekat kaitannya dengan proses kehamilan ketika terjadi ketidaksesuaian rhesus antara ibu dan bayinya.
Ibu hamil (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu hamil (Foto: Thinkstock)
Misalnya ketika seorang wanita dengan Rh- memiliki anak dengan pria Rh+ yang merupakan gen resesif yang tidak dominan. Hasilnya, anak memiliki Rh+ yang menciptakan ketidakcocokan antara ibu dan anak.
Ketidakcocokan rhesus terjadi ketika darah bayi Rh+ masuk ke dalam sistem ibu yang memiliki Rh-, maka sistem tubuh ibu akan menganggap darah bayi sebagai ancaman.
Akibatnya, munculah reaksi kekebalan terhadap darah Rh+ dan tubuh ibu akan memproduksi antibodi yang disebut Anti-D yang berperan melindungi sistem tubuh dari serangan.
ADVERTISEMENT
Percampuran darah itu dapat terjadi misalnya pada proses kelahiran, bila terjadi keguguran, aborsi, prosedur pengujian cairan ketuban hingga trauma abdomen selama masa kehamilan pertama. Ini sebabnya penyakit rhesus lebih umum terjadi pada kehamilan kedua dan setelahnya.
Ibu hamil (Foto: Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu hamil (Foto: Unsplash)
Untuk mengetahui adanya penyakit rhesus, Anda perlu lebih dahulu melakukan tes darah pada awal kehamilan. Itulah mengapa, pemantauan secara ketat kehamilan menjadi begitu penting untuk kesehatan ibu dan bayi.
Dapatkah penyakit rhesus dicegah? Tentu bisa, yaitu dengan vaksinasi. Vaksinasi yang mengandung immunoglobulin anti-D yang diberikan kepada ibu Rh- saat kelahiran bayi Rh+ pertamanya.
Vaksin tersebut juga mulai diberikan pada usia kehamilan 28 dan 34 minggu untuk mencegah tubuh memproduksi antibodi anti-D serta untuk perlindungan dari penyakit rhesus pada kehamilan di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Meski telah mendapat vaksinasi, disarankan agar semua ibu dengan Rh+ melakukan tes darah untuk mengukur tingkat anti-D dalam darah sebelum dinyatakan hamil.
Umumnya, semakin tinggi jumlah anti-D, semakin besar kemungkinan penyakit rhesus akan terjadi pada kehamilan di masa depan.
Bayi baru lahir (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Bayi baru lahir (Foto: Pixabay)
Lalu jika ternyata bayi telah dilahirkan dengan penyakit ini, apa yang harus dilakukan?
Jika tidak segera ditangani, bayi yang lahir dengan komplikasi penyakit rhesus akan berpotensi mengidap anemia, penyakit kuning atau masalah jantung yang bisa berisiko kematian.
Untuk mengobati kondisi darah bayi dengan penyakit ini, dibutuhkan transfusi darah yang akan memperbarui sel darah merah baru ke dalam tubuh bayi. Pergantian darah itu juga akan menghilangkan antibodi anti-D yang mungkin ditransfer dari ibu.
ADVERTISEMENT