news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wow, Seorang Ibu Asal Brasil Bisa Melahirkan Meski Tak Punya Rahim

23 April 2019 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kaki bayi. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kaki bayi. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pengalaman menakjubkan dialami seorang wanita yang tidak memiliki rahim. Dia usianya yang ke-32 tahun, ia bisa melahirkan seorang bayi perempuan.
ADVERTISEMENT
Hal itu bisa terjadi berkat adanya transplantasi rahim yang ia dapatkan dari seorang pendonor yang telah meninggal dunia. Menurut The Independent, wanita yang tidak mau disebutkan namanya itu berhasil melahirkan seorang bayi dengan berat 2,7 kg. Bayi mungil itu lahir pada usia kehamilan 35 minggu dengan bantuan operasi caesar.
Berita ini telah dipublikasikan dalam laporan di Jurnal Lancet sebagai pencapaian spesial di bidang pengobatan kesuburan. Ya, banyak ahli yang sebenarnya mulai meragukan keampuhan metode transplantasi rahim dari seorang pendonor yang telah meninggal, setelah sebelumnya terjadi 10 kali kegagalan.
Berhasil atau tidaknya metode itu sangat bergantung pada organ yang harus tetap berfungsi setelah pendonor meninggal. Dalam kasus ini, tim dokter berhasil melakukan transplantasi rahim pada sang ibu, setelah organ itu berada dalam kondisi tanpa suplai oksigen selama 8 jam.
Ilustrasi ibu hamil akan melahirkan. Foto: Shutterstock
Dr. Dani Ejzenberg dari Hospital das Clinicas University of Sao Paulo yang memimpin tim itu mengatakan bahwa kesuksesan ini memberikan harapan bagi semua wanita dengan kondisi infertilitas uterus, yang sebelumnya hanya memiliki pilihan adopsi atau surogasi untuk bisa menjadi ibu.
ADVERTISEMENT
"Kelangkaan pendonor hidup menjadi batasan, karena biasanya yang bersedia adalah anggota keluarga atau teman dekat. Sementara jumlah orang yang bersedia dan berkomitmen untuk mendonasikan organnya setelah meninggal jauh lebih besar dibanding pendonor hidup. Hal ini memberi kita suatu populasi pendonor yang jauh lebih luas," jelas Ejzenberg.
Di samping itu, menggunakan organ dari pendonor yang sudah meninggal akan menekan biaya dan tidak akan menimbulkan risiko kesehatan pada pendonor yang masih hidup. Dalam kasus ini, wanita tersebut menderita sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser, kondisi di mana ada bagian sistem reproduksinya, dalam hal ini adalah rahimnya, yang tidak berkembang meski ia memiliki indung telur dan menjalani masa pubertas normal.
Ilustrasi Operasi Foto: Pixabay
Operasi transplantasi pada wanita di Brasil itu sendiri terjadi pada September 2016 setelah pendonornya meninggal akibat pendarahan otak di usia 45 tahun. Operasi berjalan selama 10 jam lebih.
ADVERTISEMENT
Menariknya, setelah tranplantasi, wanita itu mulai mengalami masa haid yang teratur. Setelah 7 bulan, lapisan rahim yang ia terima dari pendonor sudah cukup tebal untuk bisa menjalani tranplantasi sel telur yang telah dibuahi.
Menurut laporan, kehamilan wanita tersebut berjalan lancar. Hanya saja, ia perlu menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi ginjal karena sistem imunnya melawan obat yang digunakan untuk mencegah penolakan organ. Setelah persalinan, rahim si ibu diangkat.