10 Tahun Selamatkan Penyu, Mantan Pejudi Ini Butuh Dana untuk Pakan

4 April 2018 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu, tepatnya sejak 2007, nelayan bernama I Made Kikik (52) mengelola Konservasi Penyu Saba Asri yang berlokasi di Saba, Gianyar, Bali. Walaupun kini sudah memiliki lahan dan bangunan yang lebih layak, namun banyak tantangan yang harus ia hadapi demi mempertahankan konservasi penyu ini.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini menurutnya hanya ada 5 orang relawan di konservasi Saba Asri. Itupun aktif jika musim penyu bertelur. Mereka mengumpulkan telur-telur penyu untuk kemudian ditetaskan menjadi tukik. Jika tidak, maka para relawan itu akan kembali ke aktivitas lainnya.
Beragam tantangan harus ia hadapi, dari keluarga yang awalnya tak mendukung, pandangan masyarakat sekitar, hingga biaya yang harus dikeluarkan untuk konservasi penyu. Kegiatan yang dilakoninya ini memang sukarela, namun membutuhkan biaya operasional yang tidak sedikit terutama untuk pakan.
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
Rata-rata saat musim penyu bertelur, Kikik bisa menghabiskan sekitar Rp 6 juta per bulan hanya untuk pakan tukik dan penyu. Bahkan ia mengaku pernah berutang untuk membeli pakan tersebut karena tidak memiliki biaya.
ADVERTISEMENT
"Sampai hari ini masalah biaya masih jadi kendala. Kami kan tidak dibayar dan kami enggak punya dana. Dulu tahun 2016 pernah saya utang untuk beli pakan, di atas Rp 1 jutaan," ujarnya saat ditemui kumparan (kumparan.com), Rabu (4/4), di KKP Saba Asri, Pantai Saba, Gianyar, Bali.
Sementara telur-telur penyu yang dikumpulkan tak hanya berada di sekitar Pantai Saba namun juga dari pantai-pantai lain sepanjang Gianyar hingga Klungkung. Kikik bahkan harus membayar telur-telur tersebut jika hendak diambil untuk konservasi. Rata-rata harganya Rp 3.000 per butir.
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Pantai Saba Gianyar Bali (Foto: Cisilia Agustina Siahaan/kumparan)
"Untuk beli telur yang akan ditetaskan juga kan ada biaya. Kalau enggak dibeli takutnya telur ini dikonsumsi, kan kasihan. Pernah juga kami utang dulu untuk itu," jelasnya.
ADVERTISEMENT
"Ini juga untuk membantu, kalau telur dibiarkan menetas di luar, kemungkinan berhasilnya hanya 20 persen karena banyak gangguan dari luar. Tapi kalau di penangkaran seperti ini bisa 80 persen yang berhasil," ujar Kikik.
Untuk biaya operasional sehari-hari, uang diputar dari biaya pelepasan tukik. Biasanya wisatawan memberikan donasi Rp 30 ribu- Rp 50 ribu per ekor tukik untuk dilepasliarkan. Namun itu bisa dilakukan musiman saat telur-telur menetas dan menjadi tukik.
"Uang dari pelepasan tukik yang kami putar. Jadi biasanya dari wisatawan itu yang ikut melepaskan tukik mereka kasih donasi Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per ekor," ujar ayah dari dua anak ini.
Jika belum ada, maka tidak ada tukik yang bisa dilepaskan. Sementara operasional tetap berjalan.
ADVERTISEMENT
Saat ini menurutnya bantuan yang datang dari beberapa yayasan baik untuk biaya pakan, peralatan, biaya listrik termasuk dari pihak Bali Zoo, yang memberikan bantuan untuk pembuatan pagar. Bantuan ini cukup membantu.
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
zoom-in-whitePerbesar
Konservasi penyu di Saba, Bali. (Foto: dok. Bali Zoo Turtle Conservation via Kitabisa)
Apalagi dengan adanya pagar tembok dapat mencegah anjing masuk ke area konservasi dan tidak mengganggu telur-telur yang akan ditetaskan di sana. Bangunan-bangunan dan peralatan sudah mulai tampak sebagai tempat konservasi yang lebih layak.
"Kalau dulu masih pagar hidup (pagar tanaman) itu, jadi anjing masih suka masuk, makanin telur. Sekarang sudah ada pagar lebih baik, jadi telur-telur tidak terganggu," kata Kikik.
Sebelum sibuk merawat penyu, Kikik sebelumnya adalah nelayan biasa yang hobi berjudi dan mabuk-mabukan. Namun setelah kerap melihat telur penyu dimangsa binatang-binatang lain, hati Kikik tergerak untuk menyelamatkannya. Kikik kini mendedikasikan diri sebagai perawat penyu, meninggalkan jauh kebiasaan lamanya sebagai pejudi.
ADVERTISEMENT
Bali Zoo Turtle Conservation menggalang donasi online melalui kitabisa.com untuk membantu Kikik dan konservasi penyunya. Jika Anda tergerak untuk membantu Kikik, silakan salurkan bantuan di sini atau melalui tautan berikut: