137 Peserta BDSC Belajar Adat dan Budaya Desa Penglipuran, Bali

7 Desember 2018 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 137 peserta Bali Democracy Student Conference (BDSC) mengunjungi Desa Panglipuran, Bali, Jumat (7/12). Di sana mereka berkesempatan untuk mempelajari adat dan budaya dari kawasan yang terkenal akan keindahan dan kedamaiannya itu.
ADVERTISEMENT
Desa Penglipuran berlokasi 45 km dari Denpasar, tepatnya di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli. Desa ini merupakan salah satu desa adat yang telah berkembang menjadi desa wisata sejak tahun 1993.
Banyak wisatawan, lokal maupun mancanegara, tertarik untuk berkunjung ke Desa Penglipuran karena keunikan adat dan budaya yang dimiliki desa ini.
Pertama, Desa Penglipuran memiliki adat berupa pemberian sanksi khusus bagi mereka yang berniat untuk menikah lebih dari sekali atau berpoligami.
Upacara Odolan di Desa Panglipuran, Bangli, Bali. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara Odolan di Desa Panglipuran, Bangli, Bali. (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
“Mereka yang melanggar aturan menikah lebih dari sekali harus tinggal di tempat khusus semacam pengasingan,” kata I Nengah Mahardika, warga setempat.
Lokasi pengasingan itu terletak jauh di ujung selatan desa dan dinamakan Karang Umat. Masyarakat membangun tempat tersebut secara khusus untuk mengurung mereka yang berpoligami seumur hidup.
ADVERTISEMENT
“Dikurung seumur hidup, makan bergantung sama warga, mereka nggak boleh ke utara atau ikut upacara adat di sini,” kata Mahardika.
Selain itu, keunikan lain dari Desa Panglipuran adalah masyarakatnya punya kebiasaan merayakan hari jadi tempat suci atau tempat ibadah mereka. Budaya ini dinamakan Odolan.
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
“Kan ada tempat suci di sana, kalau manusia itu hari ulang tahun tempat juga harus dirayakan dengan upacara,” ujar Kadek Dwi Putra Ariarta, warga desa lainnya.
Odolan dirayakan dengan berdoa dan memberikan seserahan berupa sesajen, makanan, dan binatang persembahan. Tujuannya semata-mata untuk bersyukur kepada Sang Pencipta.
“Binatang persembahan bermacam-macam, kalau di sini normal anjing belang bungkem yang warna coklat hitam, kadang pakai bebek, babi, rusa, kambing, atau kerbau,” kata Mahardika.
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peserta BDSC Berkunjung ke Desa Penglipuran, Bangli, Bali, Jumat (7/12). (Foto: Darin Atiandina/kumparan)
Peserta BDSC yang merupakan mahasiswa dari 57 negara di dunia tersebut berkesempatan menyaksikan Odolan secara langsung. Pada hari itu, salah satu tempat ibadah di tengah desa sedang merayakan hari jadinya.
ADVERTISEMENT
“Saya sangat senang berkunjung ke sini. Saya dapat melihat sekaligus belajar budaya yang berbeda dari masyarakat di sini,” ujar Bianka, salah satu peserta BDSC asal Hungaria.