news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

14 Tahun Damai Aceh, Pembangunan Ekonomi Masih Jadi Catatan

15 Agustus 2019 15:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haytar, sedang memberikan sambutan pada peringatan 14 tahun damai Aceh. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haytar, sedang memberikan sambutan pada peringatan 14 tahun damai Aceh. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
ADVERTISEMENT
Kesepakatan damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah RI, dalam Memorandum of Understanding (MoU) 15 Agustus 2005 di Helsinki Finlandia, kini memasuki usia 14 tahun.
ADVERTISEMENT
Momen peringatan damai itu berlangsung di Taman Sultanah Safiatuddin Banda Aceh, Kamis (15/8). Pantauan kumparan, acara diawali pembacaan doa, menyanyikan lagu Indonesia raya dan Himne Aceh.
Sebelum penyampaian pidato politik yang disampaikan oleh Plt Gubernur Aceh Nova Irianyah, Wali Nanggroe Malik Mahmud Al Haytar, Ketua DPR Aceh Sulaiman, dan Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) M Yunus. Terlebih dahulu pemutaran video proses jalannya damai.
Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al Haytar, menyampaikan momen 14 tahun damai Aceh tidak hanya sekadar seremonial, tapi bisa menjadi catatan untuk membenahi arah pembangunan Aceh ke depan lebih baik.
Dari kacamatanya, Aceh masih banyak hal yang harus dibenahi terutama sisi ekonomi. Dia mencontohkan, seperti masyarakat di kampung-kampung, mereka masih sangat perlu perhatian pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Pemerintah dan semuanya harus bekerjasama bagaimana pembangunan di Aceh dapat dibangun seperti yang diinginkan. Mudah-mudahan InsyaAllah ini akan tercapai,” katanya.
Menanggapi butir-butir MoU yang belum terealisasi, Malik Mahmud mengaku dirinya telah menginstruksikan anggota DPRA untuk menelaah apa saja butir yang sudah selesai dan belum.
“Ini sedang dipersiapkan, kalau ini sudah siap akan saya bawa ke pemerintah pusat terutama Pak Jusuf Kalla dan juga Presiden,” pungkasnya.
Peringatan 14 tahun damai Aceh. Foto: Zuhri Noviandi/kumparan
Sementara itu, Nova Iriansyah mengatakan, kebangkitan ekonomi Aceh pascadamai dari semulanya minus kini perlahan beranjak ke arah plus. Kata dia, meski pertumbuhan ekonomi Aceh belum setara nasional tapi sudah hampir mendekati.
“Kalau melihat ini sebenarnya sudah lumayan. Tapi kita tidak boleh berpuas diri karena dengan provinsi lain kita tertinggal. Tapi kalau lihat spektrumnya kita dari minus ke nol dan sudah bergerak ke plus. Tapi kan kita pembandingnya provinsi lain,”kata Nova.
ADVERTISEMENT
Nova mencontohkan, dari sisi angka kemiskinan dibandingkan dengan Bengkulu Aceh masih kalah, akan tetapi inflasi Aceh sudah bagus.
“Yang paling membanggakan kita pengendalian inflasi bukti kerja sama kita dengan beberapa pihak,” ujarnya.
Perdamaian menjadi kunci dan instrumen penting dalam mensukseskan pembangunan menuju Aceh hebat dan sejahtera. Namun, kata Nova, harus diakui dalam perjalanan 14 tahun damai tidak selalu melalui jalan lurus.
“Tidak selalu melalui jalan lurus yang bertaburan bunga, namun terkadang kita juga melalui jalan yang berliku, menanjak, penuh duri dan kerikil-kerikil tajam. Namun sebagai masyarakat Aceh yang paham dengan kearifan tentu permasalahan-permasalahan yang menghadang mesti diselesaikan secara bijaksana,” ujar dia.