18 Orang Terbunuh dalam Serangan di Gereja Nigeria

25 April 2018 3:32 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera Nigeria di depan Nigeria Trade Office (Foto: Tyrone Siu/reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Nigeria di depan Nigeria Trade Office (Foto: Tyrone Siu/reuters)
ADVERTISEMENT
Sebanyak 18 orang terbunuh dalam serangan di sebuah gereja di pusat Nigeria, Selasa (24/4). Dua di antara korban tersebut diketahui adalah pendeta gereja.
ADVERTISEMENT
Keuskupan Katolik Makurdi --ibu kota negara bagian Benue, lokasi penyerangan-- mengonfirmasi, dua pendeta tersebut bernama Joseph Gor dan Felix Tyolaha.
Menurut komisioner polisi negara bagian Benue, Fatai Owoseni, pihaknya mencurigai sekitar 30 orang penggembala sebagai pelaku penyerangan para jemaah dan pendeta gereja.
"Mereka menyerang tempat upacara pemakanam dan juga gereja saat dua pendeta sedang mengadakan misa," ungkap Owoseni dikutip dari AFP.
Pihak kepolisian sendiri berhasil mengevakuasi tubuh 16 mayat jemaah dan 2 pendeta.
Atas penyerangan ini, Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari menyebut serangan tersebut adalah serangan 'setan'. Dia menegaskan, penyerangan terhadap orang tak bersalah adalah hal yang sangat tercela.
"Menyerang tempat ibadah, membunuh para pendeta dan jemaah tidak hanya keji, jahat, dan setan, itu jelas akan memicu konflik agama dan menjerumuskan masyarakat kita ke dalam pertumpahan darah yang tak berkesudahan," imbuh Buhari.
Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari. (Foto: AFP/Sundat Aghaeze)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari. (Foto: AFP/Sundat Aghaeze)
Saat penyerangan, para jemaah sedang berkumpul di Gereja Katolik St.Ignatius pada pukul 05.30 pagi waktu setempat. Tiba-tiba kemudian terdengar suara tembakan.
ADVERTISEMENT
Menurut salah satu penduduk setempat, Terhemen Angor, saat mengetahui serangan tersebut orang-orang langsung berlarian dan menjerit. Tak puas menyerang gereja, para penyerang kemudian bergegas ke permukiman masyarakat.
"Setelah menyerang gereja, mereka bergegas ke masyarakat dan meluluhlantakkan lebih dari 60 rumah," tambah Angor.
Masyarakat kemudian berlarian dan mengungsi ke desa tetangga supaya aman dari intaian penyerang.